tag:blogger.com,1999:blog-58654032193376063202024-02-08T02:04:12.944+07:00jejarikamiJadikan Jari Sebagai Sarana Ladang AmalUnknownnoreply@blogger.comBlogger119125tag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-45638892083521869112022-06-29T22:04:00.002+07:002022-06-29T22:04:00.165+07:00Haji Mabrur<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-yPVbdh3DcCS63lI9pvLlBsFh_1YoFGP3ZMpX703aqDdit7ZEBtTixUy_Pa4qFeVIylV5ZOxPlDDP922orhKlXsyD4mXHYZeYDnPrK-xmNZu_9EdTu-nmJGATdQRoQEGSXiSYxVkcasQ-RHkP2On6nHOMwny5Q_2owzIs1TEtQ7xTiUL53yaA6azNQA/s640/haidan-sOctm8gwAqQ-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="haji" border="0" data-original-height="427" data-original-width="640" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-yPVbdh3DcCS63lI9pvLlBsFh_1YoFGP3ZMpX703aqDdit7ZEBtTixUy_Pa4qFeVIylV5ZOxPlDDP922orhKlXsyD4mXHYZeYDnPrK-xmNZu_9EdTu-nmJGATdQRoQEGSXiSYxVkcasQ-RHkP2On6nHOMwny5Q_2owzIs1TEtQ7xTiUL53yaA6azNQA/w400-h268/haidan-sOctm8gwAqQ-unsplash.jpg" width="400" /></a></div><br /><p></p><p>Tiada imbalan bagi orang yang berhaji dengan mabrur selain surga, begitulah hadits Nabi Muhammad SAW yang sangat populer. Mabrur itu artinya baik. Kebalikan dari haji mabrur ialah haji mardud. Mardud artinya tertolak. Sebagaimana kaidah ibadah umum lainnya, baik di sini maksudnya diniati, dilaksanakan dan ditindaklanjuti sesuai dengan fitrah manusia: adil dan atau tidak dzalim, ihsan dan atau nasihah, simahah dan atau zakah. Tiga prinsip yang diperintahkan Allah ini hampir selalu dibacakan setiap akhir khotbah Jum’at. Di sisi lain, di dunia pesantren dikenal luas kaidah bahwa setiap ibadah tak terkecuali haji selalu membutuhkan ilmu dan amal sebelum, ketika dan sesudahnya.<br /> <br />Mengenai adil dan atau tidak dzalim, secara global diartikan dengan tidak merugikan/menjahati/merampas hak-hak orang lain. Hasil korupsi yang dipakai untuk biaya haji misalnya, tak mungkin menghasilkan haji mabrur. Menyakiti dengan kata-kata dan atau tindakan ketika melaksanakan ibadah haji umpamanya, menandai batalnya kemabruran. Menuntut penghormatan lebih setelah pulang dari tanah suci contohnya, menunjukkan gagalnya kemabruran.<br /> <br />Berangkat haji berkali-kali yang menyebabkan hak orang lain untuk berhaji terganggu dan kepadatan berlebihan di tanah suci yang mengurangi rasa nyaman, adalah contoh nyata kedzaliman yang banyak terjadi. Mengenai hal ini usulan agar orang Indonesia cukup haji sekali seumur hidup, perlu dipertimbangkan. Pendek kata, mulai dari persiapan, pelaksanaan dan pasca ibadah haji, semestinya semua memenuhi prinsip adil dan atau tidak dzalim. Biaya yang digunakan harus halal, selama ibadah haji harus senang mengalah dan mendahulukan kepentingan orang lain, dan setelah pulang ke rumah semakin manusiawi: tambah rendah hati, tepo seliro, empati dan murah hati.<br /> <br />Adapun mengenai ihsan dan atau nasihah berarti senantiasa menghendaki kebaikan bukan hanya untuk diri sendiri melainkan bagi semua makhluk Tuhan. Nabi Muhammad SAW lebih-kurang telah bersabda, bahwa agama itu nasihah (nasehat), maksudnya menginginkan kebaikan bagi semua makhluk Tuhan dilandasi keimanan kepada-Nya, sesuai dengan yang diteladankan Rasul-Nya. Nasihah atau nasehat di sini bukan sekadar dengan kata-kata namun yang lebih penting justru dengan tindakan nyata.<br /> <br />Maka, seorang haji mabrur sejak sebelum berangkat sampai pulang kembali ke tanah air telah bertekad untuk selalu berpikiran, berkata dan berbuat demi kebaikan seluruh makhluk-Nya tanpa pamrih, pantang mundur, tak mengharap pujian sekaligus tak kecut diberondong kecaman. Sedangkan mengenai simahah dan atau zakah, artinya seorang haji mabrur senantiasa berusaha membersihkan hatinya dari egoisme dengan berkorban bagi makhluk Tuhan yang lainnya. Hanya dengan mengembangkan altruisme semata manusia dapat membersihkan hatinya dari egoisme yang membahayakan diri dan makhluk Tuhan yang lainnya.<br /> <br />Allah pun telah memerintahkan agar para calon jama’ah haji berbekal: wa tazawwaduu fa inna khoiraz zadi at-taqwa (berbekallah kalian, maka sungguh sebaik-baik bekal itu adalah taqwa). Kata “taqwa” di sini (dalam berbagai Kitab Tafsir mulai dari Kitab Jalalain karya Syeikh Jalaluddin As Suyuti dan Syeikh Jalaluddin Al Mahalli dengan sudut pandang utama bahasa yang telah jadi klasik di kalangan umat Islam hingga kitab yang agak modern seperti Kitab Maroh Labid karya Syeikh Nawawi Al Bantani) dimaknai dengan “takut merepotkan orang lain”. Dengan kata lain, “taqwa” di sini diartikan sebagai sikap tidak bergantung kepada sesama, beserta kesiapan dan kesediaan menolong dan menyantuni segenap makhluk-Nya.<br /> <br />Dalam kaca mata tasawuf, hanya keikhlasan saja yang membuka peluang seseorang memperoleh derajat haji mabrur. Keikhlasan, kemurnian motif semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya, tidak akan terjadi bila hati seseorang masih dipenuhi berbagai penyakit yang mengotorinya: riya’ (suka pamer), ujub/narsistis, takabur/sombong, iri, dendam, ambisius, tamak, pelit, munafik, kejam, benci, dan sifat-sifat buruk lainnya. Mengenai hal ini, karya agung Imam Al Ghazali Ihya Ulumuddin adalah rujukan paling menakjubkan yang menjelaskannya. Keikhlasan inilah yang membuahkan rasa cinta-kasih kepada sesama, sebagai tujuan diutusnya Rasul sesuai dengan firman Tuhan: tidak Kuutus dirimu kecuali sebagai cinta-kasih bagi semesta alam.<br /> <br />Secara kongkrit, salah satu contoh haji mabrur yang me-legenda dan diabadikan dalam kitab-kitab kuning karya ulama-ulama tepercaya ialah kemabruran seorang penjahit yang bernama Muwaffaq. Syekh Zainuddin Al Malibari dalam kitab Irsyadul ‘Ibad menuliskan kurang lebih sebagai berikut: “Setelah sepuluh tahun mengumpulkan bekal, pada malam hari menjelang keberangkatan haji, tanpa sengaja Muwaffaq melewati rumah seorang janda dengan beberapa anak-yatimnya yang merengek-rengek kelaparan. Digerakkan kekuatan Yang Maha Menggerakkan, spontan Muwaffaq menyerahkan seluruh bekal hajinya kepada mereka. Ringkas kata, selesai musim haji, beberapa waliyullah mengabarkan, bahwa satu-satunya jamaah haji yang memperoleh derajat mabrur dari Allah justru adalah Muwaffaq, yang pada kenyataannya tidak jadi pergi ke tanah suci. Lebih dahsyat lagi, karena berkah kemabruran Muwaffaq, seluruh jamaah haji pada tahun tersebut ditetapkan mabrur pula oleh Tuhan.” <br /> <br />Jadi, bila kita telah pulang dari tanah suci, kemabruran haji kita dapat ditinjau sendiri-sendiri. Kalau kita masih dengan bangga dan apalagi memperalat gelar “Pak Haji-Ibu Hajjah”, meremehkan sesama, merampas hak-hak orang lain, menipu rakyat, menindas bawahan, menjarah kekayaan alam, mencemari lingkungan, mengadu-domba anak bangsa, menebar kebencian, mementingkan diri dan keluarga ketimbang segenap anak bangsa dan sebagainya, kita harus siap-siap safari ke neraka, na’udzubillah. Walloohu a’lam.<br /> <br />(K.H. Muhammad Fuad Riyadi) <br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-24993510618944657632022-06-27T21:57:00.002+07:002022-06-27T21:57:00.178+07:00Cinta Allah dan Rasulnya<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj6JN7u_j7FQekbVwoFUzWlk_WYPwx1Zuc7TL6nT8AZJyFW2iPpOo0qEJfcRoIHiMmN1FBzwxTTAaWPVm47LhjKQ9n2fyGttwGbKK1-Hm-qSEI0seb6zBhVJx-nF4oEJTTMLTjMhZxCekIQA47QpKHni--BeAjRjo0x2t1-z8e9mtm3HbrdR0JrG27rQ/s640/freestocks-Y9mWkERHYCU-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cinta" border="0" data-original-height="427" data-original-width="640" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj6JN7u_j7FQekbVwoFUzWlk_WYPwx1Zuc7TL6nT8AZJyFW2iPpOo0qEJfcRoIHiMmN1FBzwxTTAaWPVm47LhjKQ9n2fyGttwGbKK1-Hm-qSEI0seb6zBhVJx-nF4oEJTTMLTjMhZxCekIQA47QpKHni--BeAjRjo0x2t1-z8e9mtm3HbrdR0JrG27rQ/w400-h268/freestocks-Y9mWkERHYCU-unsplash.jpg" width="400" /></a></div><br /><p></p><p>Mencintai Allah dan Rasulullah Muhammad SAW, dalam kitab Futuhul Madaniyyah karya Syeikh Nawawi Al Bantani ditempatkan pada urutan ketujuh diantara cabang-cabang keimanan yang dalam kitab atau buku tersebut disebutkan tujuhpuluh tujuh cabang. Selanjutnya, Syeikh Nawawi mengutip hadits yang diriwiyatkan dua guru -Imam Buchori dan Muslim- bahwa Rasulullah telah bersabda yang kurang-lebih artinya; “Tiga perkara, siapa saja yang dirinya mengandung tiga perkara, dia akan menemukan manisnya iman”<br /><br /><br />mencintai Allah dan Rasulullah melebihi kecintaannya kepadaselain keduanya,<br />mencintai seseorang semata-mata karena dan dalam koridor(perintah) Allah,<br />benci kalau sampai kembali ke dalam kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran, sebagaimana dia benci kalau sampai dicemplungkan ke dalam neraka.<br /><br />Mencintai Allah dan Rasulullah melebihi kecintaan kepada apa saja, merupakan salah satu syarat menuju “iman sempurna”. Mencintai berarti menomorsatukan. Segenap perintah dari Sang Kekasih sigap dilaksanakan. Setiap larangan Sang Tercinta serta-merta dijauhi. Berarti pula; bagaimana caranya mencintai Allah, ialah dengan mengikuti petunjuk Rasulullah. Mencintai Allah dilaksanakan dengan meniru bagaimana Rasulullah mencintai Allah. “Katakanlah, jika kalian (mengaku) mencintai Allah, ikutilah diriku (baca: Rasulullah), maka Allah akan mencintai dan mengampuni dosa kalian,” demikianlah kurang-lebihnya terjemahan dari salah satu ayat Al Qur’an.<br /><br />Bagi para Sahabat (orang-orang Islam yang hidup sezaman dengan Rasulullah), mereka beruntung karena secara langsung dapat melihat, mendengar dan konsultasi kepada beliau. Generasi penerusnya yang sering disebut Tabi’in, meskipun tak sezaman dengan Rasulullah, mereka beruntung karena dapat belajar secara langsung kepada para Sahabat yang terus menjaga ajaran Rasulullah. Generasi berikutnya ialah Tabi’it Tabi’in yakni barisan murid/pengikut Tabi’in. Dilanjutkan dengan generasi Ulama Salaf (Ulama Kuno) yang belajar dan mewarisi ajaran Rasulullah dari para Tabi’it Tabi’in. Adapun generasi sesudahnya disebut generasi Ulama Kholaf (Ulama Baru). Demikianlah, sudah semestinya mata-rantai pewarisan ajaran Rasulullah terus terjaga.<br /><br />“Aku tinggalkan/wariskan kepada kalian dua perkara, siapa saja yang berpegang-teguh pada keduanya, selamatlah dia. Dua perkara itu adalah Al Qur’an dan Sunnah (jalan hidup) Rasulullah,” begitulah kirakira sabda Rasulullah yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim. Maksud dari sabda Rasulullah tersebut diantaranya ialah, dalam memahami dan mengamalkan Al Qur’an, dalam ber-Islam, menjadi sah hanya bila mencontoh Rasulullah. “Sungguh sudah ada dalam diri Rasulullah contoh terbaik bagi orang-orang yang berharap dapat menghadap Allah dengan penuh keridloan,” demikian kurang-lebih bunyi firman Tuhan dalam salah satu ayat Al Qur’an. Hal ini selaras dengan dua kalimat syahadat; “aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah”, maksudnya “aku hanya menyembah Allah, dan caraku menyembah Allah ialah meniru/mencontoh/mengikuti Muhammad sebagai Rasulullah”.<br /><br />Pernah juga Rasulullah bersabda, bahwa “ulama adalah pewaris/penerus para Nabi”. Ulama yang mewarisi para Nabi merujuk kepada ‘ulama akherat’, karena Rasullullah juga menjelaskan adanya jenis ulama lain yang disebutkan oleh beliau dengan ‘ulama dunia’ yang sangat berbahaya bagi sesama. Rasulullah mengatakan, beliau lebih mengkhawatirkan pengaruh buruk ‘ulama dunia’ ketimbang bahaya pengaruh Dajjal sekalipun. Bagaimana membedakan keduanya? Imam Al Ghazali memberi resep sederhana: “Jika kita melihat atau mendekati ‘ulama akherat’ kita menjadi teringat Allah, Rasulullah, orang-orang saleh, akherat dan (meskipun hanya sejenak) kita memahami remehnya kehidupan dunia dibandingkan agungnya kehidupan di akherat, dan akhirnya bertekad kuat (meskipun akhirnya belum tentu terlaksana) untuk membaguskan peribadatan kepada-Nya”. Adapun bila melihat atau mendekati ‘ulama dunia’ atau ‘ulama busuk’ atau ‘ulama jahat’, yang terjadi adalah sebaliknya.<br /><br />Sedangkan mencintai seseorang semata-mata karena Allah ialah mencintai apa-siapa saja hanyalah dalam rangka melaksanakan kecintaannya (berarti pula: ketaatannya) kepada Allah dan Rasulullah. Seorang suami mencintai dan menyayangi istri, semata-mata karena Allah dan Rasulullah memerintahkannya. Seorang istri mencintai dan setia kepada suami, karena itulah perintah Allah dan Rasulullah. Orang tua mencintai anak-anaknya, sebab begitulah perintah Allah dan Rasulullah.<br /><br />Buku Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali yang masyhur itu merekam beberapa perilaku individu yang berhasil “jatuh cinta” kepada Allah. Individu-individu begitulah yang memperoleh sebutan auliya (kata jamak dari kata “wali”) atau barisan Kekasih Allah. Saking cintanya kepada Allah, setiap mendengar nama Sang Kekasih disebutkan, seorang wali jatuh pingsan. Masih menurut laporan Al Ghazali, di zaman Nabi Isa ada satu kejadian. Suatu ketika, dalam satu perlawatannya, di satu sudut kota Nabi Isa bertemu dengan seorang juru taman. Si juru taman memohon agar Nabi Isa sudi mendoakan, “Wahai Nabiyullah, mohonkanlah kepada Allah agar berkenan menganugrahi hatiku rasa cinta kepada-Nya.” “Engkau tak akan kuat menerimanya,” jawab Isa. “Sebesar buah apel saja,” kata si Juru Taman.“Engkau tak akan sanggup,” jawab Nabi Isa. “Sebesar separo buah apel saja,” si Juru Taman gigih memohon. “Engkau tak akan mampu menerimanya,” sahut Nabi Isa dengan cepat. “Sebesar secuil dari buah apel saja,” si Juru Taman tak menyerah.“Baiklah. Ya Allah, anugerahilah dalam hati Juru Taman ini rasa Cinta kepada-Mu, sebesar secuil buah apel saja, Amin.” Beberapa bulan setelah kejadian itu secara kebetulan Nabi Isa melewati sudut kota tempat beliau bertemu si Juru Taman. Tapi, si Juru Taman tak tampak. Nabi Isa menanyakan kepada orang-orang.<br /><br />“Wahai Nabiyullah, sejak Engkau tinggalkan beberapa bulan lalu, si Juru Taman langsung menjadi gila. Dia lari ke bukit dan menatap langit tanpa pernah berkedip. Lupa segala-galanya, tidak makan, tidak minum dan yang lain-lainnya, sampai hari ini. Nabi Isa pun mendatangi bukit yang dimaksudkan. Tampaklah oleh Nabi Isa si Juru Taman yang tengah tengadah. Bajunya sudah compang-camping. Badannya sudah tidak karu-karuan. Nabi Isa mengucapkan salam berkali-kali, tapi si Juru Taman bagai patung yang tuli dan tak mau peduli. “Hai Juru Taman, menjawab salam itu wajib!” Belum selesai sabda Nabi Isa, terdengar jawaban dari langit, “Hai Isa, si Juru Taman itu sedang asyik dengan cinta-Nya yang sebesar secuil apel. Seorang Kekasih yang sedang sibuk dan asyik bercengkrama dengan Kekasihnya, takkan pernah peduli dengan apa saja, termasuk dengan salam yang kamu ucapkan, dia tak mendengar sama sekali.”<br /><br />Namun demikian, ekspresi kecintaan kepada Allah tidak mesti ekstrim seperti contoh-contoh diatas. Bahkan, belum tentu yang ekstrem-ekstrem itu berarti auliya. kebanyakan auliya berpenampilan biasa-biasa saja. Yang ekstrim-ekstrim itu sedikit saja. Persis dengan para nabi dan rasul, yang ekstrem itu hanya Nabi Khidir. Juga dengan sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang dahsyat, hanya Uwais Al Qorni yang penampilannya ekstrem.<br /><br />Berbeda dengan nabi dan rasul yang mudah dikenali, auliya itu semacam kelompok rahasia. Kaidah populernya: laa ma’rifatal wali illal wali, tidak ada yang tahu wali kecuali sesama wali. Konsekuensinya, ketika seorang wali telah diketahui orang banyak karena “pengumuman” wali lainnya (yang mungkin berpenampilan ulama tepercaya), hal itu menunjukkan saat wafatnya telah dekat. Abuya Dimyati Banten dan Tuan Guru Ijai Martapura contohnya, begitu keduanya menjadi “rebutan” masyarakat, keduanya pun tak berapa lama (2-3 tahun) kemudian wafat.<br /><br />Fenomena kewalian ini sering menjadi bahan “pertengkaran” antara seorang muslim ‘tradisional’ dan muslim ‘modern’. Yang satu begitu mudahnya menganggap seseorang itu sebagai wali, yang lainnya begitu mudahnya menganggap seorang yang benar-benar wali sebagai orang biasa. Yang satu memberi peluang kepada barisan dukun mengaku-aku sebagai wali, yang lainnya menutup diri dari mengagumi kehebatan seorang wali. Bagaimana bisa hebat, kalau mengagumi orang hebat saja tidak bisa?<br /><br />Karena wali hanya diketahui oleh sesama wali, kita amsalkan saja dengan fenomena kyai/ulama. Ke-kyai-an itu bukan diukur dari pengakuan massa, tetapi diukur dari pengakuan kyai lainnya. Yang bisa membedakan emas dengan tembaga tentulah ahli emas, bukan setiap orang. Yang tahu ke-kyai-an seseorang tentulah barisan kyai (terutama kyai yang lebih senior), bukan masyarakat biasa.<br /><br />Kyai yang hebat kebanyakan justru tidak populer. Kyai-kyai atau dai-dai yang populer biasanya juga justru bukan yang hebat. Sesuatu yang berharga tentu tersimpan rapat. Barang-barang yang sepele tentu mudah didapat. Walloohu a’lam.<br /> <br />(K.H. Muhammad Fuad Riyadi) <br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-51231342889210851142022-06-24T21:56:00.007+07:002022-06-24T21:56:58.661+07:00Antara Berjamaah dan Sendirian<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiInI2laxHiu5z3eH67e8azmV1ecTzu6FgPot1xJTowoDpfw6yOjvSXQDzdF5c9BtjQx4MRVsBsJhNLYAcW1e_wChOf7ukeV4aqvmbIx0SPeIzKBmYZ8cZh-OUxkQyzeGDQh8mItJi76O785vt6IxJcDrFK2-iLyuxLx6FppuHj7X6adZemgtHy58mNZA/s640/masjid-pogung-raya-nSjZGmy7vG4-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="shalat berjamaah" border="0" data-original-height="481" data-original-width="640" height="301" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiInI2laxHiu5z3eH67e8azmV1ecTzu6FgPot1xJTowoDpfw6yOjvSXQDzdF5c9BtjQx4MRVsBsJhNLYAcW1e_wChOf7ukeV4aqvmbIx0SPeIzKBmYZ8cZh-OUxkQyzeGDQh8mItJi76O785vt6IxJcDrFK2-iLyuxLx6FppuHj7X6adZemgtHy58mNZA/w400-h301/masjid-pogung-raya-nSjZGmy7vG4-unsplash.jpg" width="400" /></a></div><br /><p></p><p>Sholat jama’ah itu lebih utama 27 derajat dibanding sholat sendiri, keutamaan sholat sunat di rumah (tidak berjamaah) dibandingkan sholat sunat di masjid sama dengan keutamaan sholat jamaah, begitu kira-kira Nabi Muhammad SAW telah bersabda. Dalam riwayat lain, sabda beliau: sholat jama’ah lebih utama 25 derajat daripada sholat sendiri. Jadi, 25 atau 27 derajat keutamaannya sesuai dengan kesungguh-sungguhannya, dan hanya Allah sajalah yang berhak menentukan.<br /> <br />Sebagaimana dicontohkan Nabi SAW dan dijelaskan para ulama dalam berbagai kitab (lebih-lebih kitab kuning), keutamaan sholat berjamaah itu berlaku untuk sholat wajib (sholat fardlu 5 waktu), ketika tidak sedang bepergian jauh. Bila sedang jadi musafir (bepergian jauh) sebagian ulama mengatakan, sholat wajib tidak harus berjamaah. Sepanjang hidup, Nabi SAW selalu berjamaah ketika sholat wajib. Adapun dalam sholat sunat, secara umum justru derajat (pahalanya) lebih tinggi kalau dilakukan sendiri (tanpa berjama’ah). Beliau SAW malah sering menggunakan istilah “nafilah” yang artinya “sendiri” untuk menyebut sholat sunat.<br /> <br />Meskipun secara umum sholat sunat itu lebih utama dikerjakan sendiri, ada beberapa jenis sholat sunat yang lebih utama dikerjakan secara berjamaah, yakni: sholat Id (hari raya Idul Fitri dan Adha), sholat gerhana bulan/matahari, sholat Istisqo (sholat mohon hujan), sholat jenazah, dan beberapa ulama menambahkan: sholat tarawih dan dhuha. Gampangnya, sholat sunat yang disertai khotbah sebagai rangkaiannya, lebih utama dikerjakan secara berjamaah. Bolehkah sholat Id atau sholat gerhana sendiri? Sebagian ulama terpercaya mengatakan boleh, tetapi tidak usah memakai khotbah.<br /> <br />Mengenai solat tahajud, 4 sahabat yakni Abu Bakar r.a, Umar r.a, Usman r.a, Ali k.w sebagaimana diungkapkan dalam hadits yang sudah populer, masing-masing mengerjakan di sudut-sudut masjid yang berbeda (maksudnya, mereka mengerjakan sendiri-sendiri, tidak berjamaah) ketika Nabi SAW memperhatikan dan memuji kekhusyukan mereka masing-masing. Yang lebih menegaskan hal tersebut ialah sabda Beliau SAW yang kurang lebih artinya sebagai berikut: “Ringankanlah ketika kalian jadi imam sholat, karena diantara makmum mungkin ada yang sudah tua dan lemah, serta panjangkanlah (maksudnya: buatlah lama) ketika kalian sholat sunat”<br /> <br />Demikianlah, sholat sunat itu memang bisa dibilang “kemewahan pribadi” yang terasa makin “mewah” tatkala dikerjakan sendiri, diamdiam, tak banyak orang yang mengetahui. Bahkan para wali yang senantiasa hati-hati, merasa sedih dan tidak “mereken” ibadah sunat yang mereka kerjakan manakala diketahui orang lain. Memang, secara umum, semua ibadah yang sifatnya wajib seperti zakat, puasa Ramadhan, haji yang pertama, pelunasan nadzar atau hutang, dll itu letak keutamaannya justru ketika pelaksanaannya diketahui banyak orang (untuk tujuan memotivasi orang lain agar turut mengerjakan).<br /> <br />Adapun semua ibadah sunah seperti puasa sunah, sodaqoh, infak, haji yang kedua, termasuk juga sholat sunah, letak keutamaannya dalam mengerjakan justru ketika semakin sedikit orang yang melihat/ mengetahuinya. Dalam Al Qur’an ada kalimat: fis sirri wa ‘alaaniyyah, secara diam-diam (sirri) bila mengerjakan kesunatan, secara terangterangan (‘alaaniyyah) bila mengerjakan kewajiban. Bahwa di sana-sini ada perkecualian seperti dituliskan di atas, tentu saja. Walloohu a’lam.<br /><br /><br />(K.H. Muhammad Fuad Riyadi) <br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-84709724355968476832021-11-24T09:14:00.001+07:002021-11-24T09:14:00.158+07:00Riwayat dari KH Badrus Salam<p> </p><p>Lahir di Desa Tempursari, Kecamatan Klaten, Solo Jateng, pada Tahun
1906. Wafat Sabtu, 9 Muharram 1394 H (2 Februari 1974). Dimakamkan di
Pemakaman Umum Kasin, Malang. Pendidikan Ponpes Jamsaren, Solo.
Putra/Putri 7 Orang</p>
<p>Perjuangan/Pengabdian : Guru Madrasah Muallimin, Jagalan, Mengajar di
beberapa masjid, termasuk di Masjid Agung Jami’ Malang, menjadi Imam
Rowatib, dan Pengurus Takmir Masjid Agung Jami’ Malang, menjadi Syuriyah
NU Cabang Malang.</p>
<p>Kiai yang Menjadi Khodimul Ummah</p>
<p>“Dan tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan hanya untuk
mengabdikan diri kepada-Ku.” Salah satu ayat dalam Al Qur’an surat
Addariyat ayat 56 itulah yang menjadi pedoman dasar KH. Badrus Salam.
Karenanya, tidaklah heran jika kemudian segala aktivitas hidup beliau
lebih banyak dicurahkan untuk mengabdi kepada Allah SWT, dan menjadi
khodimul ummah (melayani kepentingan umat). Prinsipnya, segala aktivitas
hidup itu harus diniati untuk beribadah, tanpa pamrih atau mengharapkan
sesuatu dari manusia. “Orang hidup itu untuk beribadah, kata KH Badrus
Salam, kala itu.</p>
<p>Kiai low profile, yang berpenampilan kalem ini dilahirkan pada tahun
1906 di Desa Tempursari, Kecamatan Klaten, Solo Jateng. Beliau putra
sulung dari tiga bersaudara. Pendidikan Kiai Badrus Salam sejak kecil
lebih banyak diasuh oleh H Muhsin, ayahnya, dan kemudian nyantri di
Ponpes Jamsaren, Solo.</p>
<p>Keluarga Kiai Badrus, termasuk orang yang mentaati hasil keputusan
pertemuan Kiai se Jawa, yang waktu itu melawan politik penjajahan
Belanda, hingga terjadinya perang Diponegoro sekitar tahun 1918-1925.
Pada pertemuan itu, para Kiai se Jawa memberi fatwa agar umat Islam
harus membentengi diri dari pengaruh politik Belanda, hingga umat Islam
harus mengisolir diri ke desa-desa. Bahkan, para kiai mengharamkan
segala sesuatu yang berbau Belanda. Seperti memakai celana, sepatu,
berdasi, makan menggunakan sendok dan garpu, termasuk sekolah umum, kata
KH Abdullah Iskandar, santri Kiai Badrus Salam di Madrasah Muallimin,
Jagalan yang mendampingi sejak tahun 1941 hingga menjelang beliau wafat.</p>
<p>Dengan mematuhi fatwa para kiai itulah, Kiai Badrus akhirnya lebih
menekuni belajar ilmu agama di Ponpes Jamsaren, Solo. Sayangnya, kapan
beliau masuk Kota Malang tidak diketahui secara pasti. Hanya saja, Kiai
Badrus ke Malang bersama beberapa kiai lainnya, seperti KH. Syukri
Ghozali dan KH. Damanhuri itu atas ajakan KH. Nahrowi Thohir untuk ikut
mengajar di Madrasah Muallimin, Jagalan (kini menjadi Madrasah KH Badrus
Salam), yang dirintis KH Nahrowi pada tahun 1924.</p>
<p>Selain mengajar di madrasah, Kiai Badrus juga mengajar ngaji di
beberapa masjid, termasuk di Masjid Agung Jami’ Malang, dengan
mengajarkan Al Qur’an dan tafsir, serta menjadi imam rowatib. Pada tahun
1961, beliau menjadi Pengurus Takmir Masjid Agung Jami’ Malang urusan
Hukum dan Ibadah bersama KH Abdullah Sattar. Selain itu, juga menjadi
Syuriyah NU Cabang Malang.</p>
<p>Kiai yang alim dibidang fiqih dan tasawuf ini, lebih konsen terhadap
dunia pendidikan Islam. Bahkan, beliau tidak terlalu memikirkan masalah
dunia. Hingga masalah rumah pun ikut dengan mertuanya. Beliau memiliki
rumah sendiri, sekitar tiga tahun menjelang wafat. Itupun karena
pemberian orang.</p>
<p>“Beliau itu pernah diminta menjadi Ketua Pengadilan Agama (PA) Malang
sekitar tahun 1970, namun tidak mau. Kiai Badrus lebih memilih mengajar
di madrasah dan berdakwah. Karenanya, beliau itu orang yang qona’ah dan
ikhlas, tidak pernah pilih-pilih, siapa yang membutuhkannya atau
mengundang akan sangat diperhatikan, tutur KH Abdullah Iskandar, yang
juga Pengasuh Pengajian Aswaja ini.</p>
<p>Berkat ketulusan dan kerendahan hati beliau, banyak santri-santrinya
di Muallimin yang menjadi tokoh masyarakat, seperti Brigjen (Pur) H
Sulam Samsun, mantan Pengurus PBNU, Hj Siamah, Hj Muthomimah, Hj Chusnul
Chotimah (mereka bertiga menjabat Pengurus Cabang Muslimat NU Kota
Malang), Hj Habibah, dan H Thoha Mashudi (mantan anggota DPRD Kota
Malang), serta beberapa tokoh di Malang lainnya.</p>
<p>Menurut Drs. HM. Kamilun Muhtadin, Ketua I Takmir Masjid Agung Jami’
Malang, Kiai Badrus Salam termasuk kiai sufi yang penuh ketulusan dan
kehalusan budi. Bahkan, hampir tidak pernah absen menjadi imam rowatib
di Masjid Agung Jami’. “Bila ada khotib atau pengasuh pengajian yang
berhalang hadir, tanpa keberatan beliau langsung menggantikannya. Sejak
pukul 10.30 pagi, beliau sudah ada di masjid untuk mengajar tadarrus Al
Qur’an. Bahkan waktu itu, kami mengikuti sambil memijati kaki dan
punggung beliau, ujar Kamilun Muhtadin, yang juga menjabat Kepala Kantor
Pendidikan Nasional Kabupaten Malang.</p>
<p>Demikian juga setiap 10 hari terakhir malam Ramadhan, sebelum
melakukan shalat malam, Kiai Badrus memberikan mauidhoh hasanah sekitar
10 menit, kemudian listrik dipadamkan untuk melaksanakan shalat malam.</p>
<p>Kiai Badrus menikah dengan Hj Tursina, adik kandung H. Dardiri
(ayahanda H. Hudan Dardiri, mantan Bupati Jombang, dan H. Gatot Muhdil
Islam Dardiri, Bendahara Masjid Agung Jami’ Malang). Dari pernikahan
itu, beliau mempunyai tujuh putra, diantaranya, Muhyil Islam, Muawinah
Syariah, Muflihul Anam, Mujahiratul Aliyah, Mubasyiratul Sholihah,
Suciati Nadifatul Qolbi, dan Mudakkir Ummah.</p>
<p>Dalam mendidik putra-putrinya, Kiai Badrus itu sangat demokratis.
Hanya saja, kami selalu ditekankan untuk mendalami ilmu agama sebelum
mempelajari ilmu umum, kata Suciati, putri Kiai Badrus yang kini
meneruskan cita-cita ayahnya mengajar di Muallimin.</p>
<p>Kiai Badrus dipanggil Allah SWT pada hari Sabtu Pahing 2 Februari
1974, bertepatan pada 9 Muharram 1394 H pukul 04.40 WIB di RSU Saiful
Anwar Malang, karena sakit tekanan darah tinggi, dan dimakamkan di
pemakaman umum Kasin.</p><p></p><p><br /></p><p>Baca juga: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/11/biografi-kh-muhammad-khozin.html">Biografi KH Muhammad Khozin</a><br /></p><p> </p><p> </p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-66289182113262265652021-11-22T09:10:00.001+07:002021-11-22T09:10:00.166+07:00Biografi KH Muhammad Khozin<p> </p><p>Mbah Khozin, KH. Muhammad Khozin, adalah seorang kyai sepuh yang
sangat zuhud dan tetap istiqamah mengajarkan al Hikam di sebuah mushola
kecil bercat putih yang berlokasi di kompleks Pesantren Mahir ar-Riyadh,
kampung Ringin Agung, Kencong-Kediri, Jawa Timur. Meski umur beliau
lebih dari 80 tahun, kyai itu sehat, jelas bicaranya, dan pendengarannya
masih bisa menangkap suara dengan baik.</p>
<p>Beliau melakukan aktivitas sehari-harinya di mushola, antara lain
sembahyang, tidur, ngaji, wiridan, bersholawat 25.000 kali setiap hari,
hingga bersantai hingga terima tamu. Rumah beliau yang persis ada di
samping mushola, hanya digunakan untuk ganti baju, makan, bertemu
istrinya dan 4 anaknya. Ketika mushola sepi, Mbah Khozin hanya ditemani
kitab-kitab, alat tulis, dan kertas untuk catatan yang menumpuk rapi di
atas meja.</p>
<p>Mbah khozin tidur beralaskan sajadah, jika sedang tidak tidur,
sajadah dilipat, ditaruh di pengimaman. Di pengimaman itu pula ada
sampiran tempat Mbah Khozin menaruh serban. Di sudut mushola ada kardus
berisi air mineral untuk disajikan pada tamu.</p>
<p>Bila hari Jumat pagi tiba, mushola ramai banyak orang yang
mengerumuni Mbah Khozin. Tentunya karena kapasitas mushola yang tidak
besar, maka bagi yang terlambat datang, harus puas duduk di halaman
beralaskan tikar, atau duduk di serambi asrama pesantren. Pada hari itu,
mbah Khozin yang juga pengasuh pesantren, membuka pengajian umum. Kitab
yang dibaca karya Syekh Ibnu Atho’illah as-Sakandari, yakni al-Hikam
dan bila pada bulan puasa, Mbah Khozin membaca kita tersebut tiap hari,
ba’da subuh.</p>
<p>Pengajian al-Hikam yang Mbah Khozin penjabarannya sangat luas,
sehingga disenangi. Yang mengaji banyak pula yang tidak bawa kitab,
namun dari penjelasan yang diutarakan beliau, beliau sudah mampu memberi
pemahaman dari keterangannya tersebut. Cara memberikan pengajaran
adalah mengupas kulit hingga terdapat isinya sehingga sarinya dapat
diperoleh oleh para santrinya.</p>
<p>Merunut ke belakang, sebelum Mbah Khozin menjadi pengasuh, Pesantren
Mahir ar-Riyadh diasuh almarhum KH Zaid, salah satu Mursyid Tarekat
Syadziliyah di Jawa Timur yang wafat pada hari Selasa, 18 Agustus 2009,
di usia 90 tahun. Sepeninggal Kiai Zaid, Mbah Khozin meneruskan tradisi
yang telah digerakkan pendahulunya, di antaranya meneruskan pengajian
al-Hikam itu.</p>
<p>Beliau menyampaikan nasihatnya bahwa tujuan mempelajari hikam adalah
untuk meninggalkan segala sesuatu selaian Allah, tarku ma siwa Allah.
Termasuk kalau kita berkecimpung di organisasi, berarti kita justru
mencari selain Allah. Sekalipun dhohirnya kita hidup berserawungan
dengan manusia, namun pada prinsipnya hati kita tetap meninggalkan
segala semuanya, kecuali Allah.</p>
<p>Dengan kita hidup bersama-sama dengan manusia dan bergelut dalam
segala hal, maka berarti menjadi penghalang untuk bisa tarku ma siwa
Allah. Nah, masalahnya apa kita mampu untuk tarku ma siwa Allah? Nah, di
sinilah fungsi kitab al-Hikam yang sesunggungnya, yaitu sebagai
pengerem jika hendak keluar dari fungsi dasar manusia: Allah.</p>
<p>“Ya misalnya, duduk di pemerintahan atau kekancan dengan mereka,
adalah mengurusi selain Allah. Pemerintah kan ngurusi manusia? Sedangkan
mengamalkan Hikam itu kan hanya ngurusi Allah, artinya tidak pernah
lupa dengan dzat yang paling sempurna.</p>
<p>Ya rujak campur namanya kalau mau menerapkan Hikam di pemerintahan.
Tapi ini tantangan. Karena Allah juga membuat untuk kepentingan manusia.
Menurut al-Ghozali, sekalipun orang ini diopyok-opyok biar tenang,
namun paling hanya seribu atau seratus banding 1 yang jadi, ya lumayan
masih ada yang jadi. Imam al-Ghozali sangat menjelek-jelekkan dunia,
harta benda. Namun apa ada orang yang gak mau dengan dunia? Hehehe….
Yang jelas, jika ada 100 yang mengaji hikam, lalu ada 1 saja yang
benar-benar bisa mengamalkan dengan sempurna, itu sudah sangat baik.”
Menurut beliau, bahwa Al Hikam menjadi rujukan banyak thoriqoh karena La
yu khofu ikhtilafut turuq, tidak membuat takut dengan adanya beraneka
macam thoriqoh. Walakin gholabatusy syahwah, tapi yang paling
membahayakan adalah godaan syahwat. Contohnya saling mencaci dan mencela
antar thoriqoh.</p>
<p>“Misalnya, thoriqah ini sesat, nah ini yang keliru, ini syahwat.
Tujuan thoriqoh kan sama, tapi kalau malah saling ejek-ejekan, ya malah
bisa-bisa tidak sampai. Sebab dengan menghina dan mencaci saja kan hati
ini sudah tidak madep kepada Allah, gimana mau bisa sampai kalau hatinya
saja tidak sampai? Intinya, mau lewat mana saja bisa, asalkan serius
dan tidak neko-neko. Tapi ya, kalau sendirian mungkin bisa, kalau
gerombolan ini yang biasanya terus mencaci.”</p>
<p>Nasihat beliau kepada generasi muda agar bisa mengamalkan tasawuf dan
thoriqoh, beliau menyampikan bahwa harus sering-sering mengaji
kitab-kitab seperti Ihya’ dan Hikam ini. Sebab untuk bisa mendalami ya
perlu diasah selalu. Asahya ya hikam atau ihya’. “Nah, dengan mengaji
itu penting, sebab kita akan punya rel atau punya pijakan dalam hidup,
kalau tidak punya rel maka ya plenyak plenyok. Hal ini sebagai mana
kalau orang yang belum tahu, dia akan berdoa jika menginginkan sesuatu,
padahal dalam Hikam dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Tahu, Tuhan Maha
Adil, sehingga kalau makhluknya sudah merasa perlu, pasti akan dituruti.</p>
<p>Yang utama adalah dzikru Allah, selalu ingat Allah. Dan orang yang
selalu ingat Allah ini akan lebih cepat terkabulkan daripada yang berdoa
sampai nangis-nangis.”</p>
<p>Beliau belajar Al Hikam di Pesantren Bendo, Pare, Kediri. Lalu dikaji
setiap Ramadhan seperti ini, kemudian diadakan tiap Jum’at pagi.
Fungsine ngaji atau ngejekke ini untuk memperdalam kitab tersebut,
sambil melengkapi kekurangan-kekurangan yang belum diketahui atau
dilaksanakan. Kalau hanya sekali saja belajar, ya ndak masuk.</p>
<p>“Makanya, saya berharap kita semua bisa betah ngaji kitab tersebut.
Sebab dengan kita selalu mempelajari, maka jalan hidup kita akan
terkontrol, tidak nyunyak nyunyuk. Makanya, ngaji Hikam itu laksana kita
menanam bibit, kalau bibit ini ndak kita lihat, apa jadinya? Jadi ya
ngulik-ngulik, ndangir, ngeramut roh ya seperti ini.</p>
<p>Kalau hanya mempelajari wudhu dan sembahyang saja ya tentu tidak
cukup. Sekarang coba, apa ada di Hikam ini bab yang nerangkan wudhu dan
sholat? Semua menerangkan bagaimana bisa lebih dekat dengan Tuhan. Namun
jangan salah arti, kalau hanya bab sholat, wudhu dan seterusnya itu kan
hanya ampasnya, kalau ndak mempelajari dan menerapkan ajaran Hikam ini,
ya mana mungkin kita dapat sarinya.” Pendapat beliau tentang wacana
Indonesia dijadikan Negara Islam, “Kalau pendapat saya ini begini lo,
mereka yang mau mendirikan NII itu terlalu keluar jauh, sebagaimana
dalil dalam Al-Qur’an Ku anfusakum wa ahlikum naro. Openono awakmu utowo
keluargamu ben iso bener, kalau kalian tetap melaksanakan, maka kalian
tidak dapat manfaat apapun, akan tetapi Allah juga membuat orang yang
tidak mendapatkan manfaat apapun Allah menguatkan agama Islam sekalipun
dengan menciptakan manusia yang tidak member manfaat terhadap islam,
termasuk didalamnya adalah orang-orang yang lacut dan seterusnya.</p>
<p>Mereka yang mau mendirikan Negara Islam belum tentu bisa kuat, justru
malah akan hancur. Coba saja kalau tidak percaya! Emang kuat kamu tidak
melihat perempuan? Kamu berani atau tidak takut kalau zina lalu di
rajam? Kalau membunuh balik di bunuh. Jadi pilihan ulama waktu itu ya
sudah sangat benar. Pancasila itu sudah benar. Jadi, yang terpenting
adalah menjaga dirimu dan keluargamu, namun kalau ada yang seperti itu,
ya memang dibuat oleh Allah guna memperkuat agama itu sendiri. Kalau pun
ada yang mensyuarakan Darul Islam, ya memang sama Allah sudah dibuat
sedemikan rupa guna memperkuat susunan yang sudah ada. Sekalipun ada
Darul Islam, apakah kedzaliman lalu sirna? Tetep ada dan itu selamanya.
Orang maksiat tetap ada, sebab memang sudah dibuat sedemikian rupa.</p>
<p>Tapi bukan berarti manusia lalu semua harus sama, semua harus seperti
saya, ya tentu tidak. Ada kalanya yang di pemerintahan, ada kalanya
yang di organisasi. Tapi nek wes nyandak al-Hikam, jelas gak pengen
seperti itu, pokoknya hasbunallah wa ni’mal wakil, tapi kalau memang
kamu seperti itu, ya minimal bisa dijadikan pijakan. Saya dulu juga
pernak aktif di NU, tapi lama-lama juga mundur dan sekarang jadi penjaga
gawang.”</p>
<p>Pendapat beliau tentang ilmu Falak, “ilmu Falak itu sebenarnya adalah
gerak-laku matahari dan bulan yang terkendali, atau dipelanggerii. Lalu
di namakan ilmu pasti atau ilmu qoth’i. Nah yang menjadi kelemahan
manusia sekarang adalah kurang mampu menghitung perjalanannya yang
hingga per detik. Sedangkan yang membuat jadual adalah orang yang sangat
luar biasa, sangat njelimet tentunya.</p>
<p>Jadi, setahun itu gerak matahari sudah bisa terjadual, mulai dari
yang sifatnya setahun, sebulan, sehari hingga sedetik itu sudah bisa
dijadual, dan jadual seperti itu kok selalu cocok. Bahkan, ilmu bulan
itu malah lebih mudah sebab lebih pasti. La yang saya sanjung itu ya
pengarang kitab falak ini.</p>
<p>Yang sudah jelas itu bulan Muharam. Sebab tiap bulannya itu 29 hari
lebih 12 jam lebih 44 menit, lebih 2 detik setengah. La kalau
dikumpulkan terus, maka tiap 10 tahun tidak meleset. Akan selalu
berputar sesuai dengan rotasinya. Tapi berbeda lagi dengan bulan
lainnya. Ada yang sebulan itu 29 hari lebihnya 14 jam 2,5 detik. Lalu
nanti kalau dikaitkan dengan penanggalan masehi, sebenarnya sudah
terjadual, namun kita tidak telaten itu ya menghitung seperti ini. Nah,
kalau sudah bisa sebenarnya mudah, untuk menentukan waktu sembahyang itu
mudah. Jadi begitu. Ke sana-sananya harus dibicarakan sendiri. Tapi,
harus selalu inget Allah.”</p><p> </p><p>Baca juga: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/11/biografi-kh-bishri-syansuri-1886-1980-m.html">Biografi KH Bisri Syansuri </a><br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-4065338250183074772021-11-20T09:10:00.000+07:002021-11-20T09:10:01.034+07:00Biografi KH Bishri Syansuri (1886-1980 M)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi2YuPlu6Dvjw17cpDTdlCNZW9c24hWMvIzBqKFTn_BnS0uI1MYgb9Z-2krj738Z5hsxjHAXv6qOi4rWG8s-MoWBlpDp1MHZ66vZrXKZ2CorXoKXS87ZI2PGVKoqGClB47YJcPv0zY_2Gj2WCPcupOMdjXuA2sMBFMhnT4iVhJvNK7O_GqdZJqg2_ccbw=s800" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="KH Bishri Syansuri" border="0" data-original-height="450" data-original-width="800" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi2YuPlu6Dvjw17cpDTdlCNZW9c24hWMvIzBqKFTn_BnS0uI1MYgb9Z-2krj738Z5hsxjHAXv6qOi4rWG8s-MoWBlpDp1MHZ66vZrXKZ2CorXoKXS87ZI2PGVKoqGClB47YJcPv0zY_2Gj2WCPcupOMdjXuA2sMBFMhnT4iVhJvNK7O_GqdZJqg2_ccbw=w400-h225" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><i>(Sumber foto: nu.or.id)</i><br /></div><div><p style="text-align: left;">Seorang mukmin sejati pasti percaya bahwa ada yang mengatur perjalanan
hidup manusia, yaitu Dzat Yang Maha Berkehendak. Walaupun dalam
batas-batas tertentu Dzat Yang Maha Agung itu juga memberikan kewenangan
kepada manusia untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Begitupun,
Bishri Syansuri kecil tentu tidak akan pernah menyangka jika pada
akhirnya akan menjadi “orang“ di Denanyar Jombang, bahkan sampai menjadi
Rais ‘Aam PBNU menggantikan kakak iparnya (KH Abdul Wahab Hasbullah)
yang harus terlebih dahulu menghadap Allah SWT.<br /><br />
Beliau berkakak ipar dengan KH Abdul Wahab Hasbullah, Kiai Bisri juga
berbesan dengan KH Hasyim Asy’ari, gurunya. KH Wahid Hasyim putra KH
Hasyim Asy’ari, menikah dengan Hj. Solichah putri beliau dan dari
merekalah lahir KH Abdurrahman Wahid, alias Gus Dur, yang kelak akan
menjadi Presiden.</p><h3 style="text-align: left;">Lahir</h3>
<p>Bishri Syansuri dilahirkan di Desa Tayu, Kabupaten Pati, Propinsi
Jawa Tengah, tanggal 28 Dzulhijjah 1304 H / 18 September 1886. Ayahnya
bernama Syansuri ibn Abd. Shamad dan ibunya bernama Mariah yang
merupakan keluarga penganut tradisi keagamaan yang sangat kuat. Ia
adalah anak ketiga dari lima bersaudara.</p>
<h3 style="text-align: left;">Wafat</h3>
<p>Beliau meninggal di Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur tanggal 25
April 1980 pada umur 93 tahun dan dimakamkan di komplek Pesantren
Denanyar (PP Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang).</p>
<h3 style="text-align: left;">Pendidikan Waktu Kecil</h3>
<p>Pada usianya yang menginjak tujuh tahun, KH. Bishri Syansuri mulai
belajar agama secara teratur. Pertama-tama beliau belajar membaca
Al-Qur’an dan Tajwidnya kepada KH. Sholeh di Tayu selama lebih kurang
tiga tahun. Selanjutnya di beberapa pesantren lokal, antara lain pada
KH. Abdul Salam di Kajen, Jawa Tengah. Memasuki usai remaja, beliau
melanjutkan pendidikan keagamaannya kepada KH. Kholil Harun Kasiangan
Rembang, KH. Syua’ib Sarang Lasem. Selanjutnya perjalanannya menuju
Jombang diawali ketika pada usia 15 tahun, KH. Bishri Syansuri mulai
keluar kandang untuk nyantri kepada KH. Kholil Demangan Bangkalan
Madura. Di sinilah Bisri Syansuri secara serius mendalami ilmu Fiqh yang
dikemudian hari menjadi trade mark-nya, dan sekaligus bertemu dengan KH
Abdul Wahab Hasbullah, washilah yang membawanya ke Jombang, nyantri
kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari selama enam tahun di PP
Tebuireng Jombang, sebelum memperdalam ilmu di tanah suci Mekkah.</p>
<h3 style="text-align: left;">Pendidikan di Mekkah</h3>
<p>Ia kemudian mendalami pendidikannya di Mekkah dan belajar ke pada
sejumlah ulama terkemuka antara lain Syekh Muhammad Baqir, Syekh
Muhammad Sa’id Al-Yamani, Syekh Umar Bajened, Syekh Muhammad Sholeh
Bafadlol, Syekh Abdullah, Syekh Ibrahim Al-Madani, Syekh Jamal Maliki,
Syekh Ahmad Khatib Padang, Syekh Syu’aib Doghestani, dan Kiai Mahfudz
Termas. Ketika berada di Mekkah, Bisri Syansuri menikahi adik perempuan
Abdul Wahab Chasbullah.</p>
<p>Sepulangnya dari Mekkah, dia menetap di pesantren mertuanya di Tambak
Beras, Jombang, selama dua tahun. Ia kemudian berdiri sendiri dan pada
1917 mendirikan Pondok Pesantren PP Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang.
Saat itu, Bisri Syansuri adalah kiai pertama yang mendirikan kelas
khusus untuk santri-santri wanita di pesantren yang didirikannya.
Pergerakan dan politik</p>
<h3 style="text-align: left;">Silsilah Keilmuan</h3>
<p>Silsilah keilmuan beliau antara lain:</p>
<ul><li>KH. Cholil Bangkalan</li><li>KH. Hasyim Asy’ari</li><li>Syekh Muhammad Baqir</li><li>Syekh Muhammad Sa’id Yamani</li><li>Syekh Ibrahim Madani</li><li>Syekh Jamal Maliki</li><li>Syekh Ahmad Khatib Padang</li><li>Syekh Syu’aib Daghistani</li><li>KH. Mahfudz At-Tarmasi</li></ul>
<h3 style="text-align: left;">Keturunan</h3>
<ul><li>Solichah ibunda KH. Abdurrahman Wahid</li><li>KH. Mujib Shohib Bisri (cucu)</li></ul>
<p>Dalam diri KH. Bishri Syansuri paling tidak melekat tiga karakter
sekaligus. Yaitu sebagai perintis kesetaraan gender dalam pendidikan di
pesantren, seorang ahli dan pecinta fiqh dan sekaligus seorang politisi</p>
<h3 style="text-align: left;">Perintis Kesetaraan Gender</h3>
<p>Rasanya tidak berlebihan kalau Kyai Bishri Syansuri disebut sebagai
pejuang kesetaraan gender, khususnya di kalangan pesantren. Kyai
Bishrilah orang pertama yang mendirikan kelas khusus untuk santri-santri
wanita di pesantren yang didirikannya. Walalupun baru diikuti
perempuan-perempuan di desanya.</p>
<p>Di zaman yang masih kental dengan nilai-nilai patrimonial waktu itu,
apa yang dilakukan Kyai Bisri termasuk kategori “aneh“. Untung sang guru
yang sangat dihormatinya, hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari tidak
menentang terobosan yang dilakukannya. Kalau saja hadratussyaikh
melarang, niscaya Kyai Bishri Syansuri tidak akan melanjutkan langkah
fenomenal yang telah dibuatnya. Hal ini semata-mata karena takdzimnya
yang begitu mendalam kepada sang guru yang selalu dipanggilnya “kyai“.</p>
<h3 style="text-align: left;">Ahli dan Pecinta Fiqh</h3>
<p>Karakter sebagai pecinta Fiqh terbentuk ketika Kyai Bishri nyantri
kepada KH. Kholil Bangkalan, dan semakin menguat setelah nyantri di
Tebuireng. Kyai Bishri memang sengaja mendalami pokok-pokok pengambilan
hukum agama dalam fiqh, terutama literatur fiqh lama. Tidak mengherankan
jika Kyai Bisri begitu kukuh dalam memegangi kaidah-kaidah hukum fiqh,
dan begitu teguh dalam mengkontekstualisasikan fiqh kepada
kenyataan-kenyataan hidup secara baik. Walaupun begitu, Kyai Bishri
tidak kaku dan kolot dalam berinteraksi dengan masyarakat. Hal itu
setidaknya terlihat dari upayanya dalam merintis pesantren yang
dibangunnya di Denanyar.</p>
<h3 style="text-align: left;">Politisi Tangguh</h3>
<p>Persinggungannya dengan politik praktis diawali ketika bergabung
dengan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) mewakili Masyumi, menjadi
anggota Dewan Konstituante dan puncaknya ketika dipercaya menjadi Ketua
Majelis Syuro PPP ketika NU secara formal tergabung dalam partai
berlambang ka’bah itu. Salah satu prestasi yang paling mengesankan,
ketika Kyai Bishri Syansuri berhasil mendesakkan disyahkannya UU
perkawinan hasil rancangannya bersama-sama ulama NU. Padahal sebelumnya
pemerintah sudah membuat rancangan undang-undang perkawinan ke Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).</p>
<p>Hasil pemilu 1955 mengantarkan dirinya menjadi anggota Konstituante,
sampai lembaga itu dibubarkan oleh Presiden Soekarno lewat dekrit
Presiden 5 Juli 1959. hasil Pemilu 1971 mengantarkan Kiai Bisri kembali
duduk sebagai anggota DPR RI dari unsur NU. Jabatan itu dipegangnya
sampai beliau wafat.</p>
<h3 style="text-align: left;">Masa Perjuangan</h3>
<p>Pada masa perjuangan kemerdekaan, ia bergabung ke dalam barisan
Sabilillah dan menjabat sebagai Kepala Staf Markas Besar Oelama Djawa
Timoer (MBO-DT) yang kantornya di belakang pabrik paku Waru, Sidoarjo.</p>
<h3 style="text-align: left;">Pendirian NU</h3>
<p>Ia termasuk salah seorang Kiai yang hadir dalam pertemuan 31 Januari
1926 di Surabaya, saat para ulama menyepakati berdirinya organisasi NU.
Kiai Bisri duduk sebagai A’wan (anggota) Syuriah dalam susunan PBNU
pertama kali itu.</p>
<p>Sejak KH Hasyim Asy’ari wafat pada tahun 1947, jabatan Rais Akbar
dihapuskan, diganti dengan Rais ‘Aam. Posisi itu dijabat oleh KH. Abdul
Wahab Hasbullah, di mana K.H. Bisri Syansuri ditetapkan sebagai
wakilnya. Tahun 1971 ia menggantikan KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagai
Rais ‘Aam sampai akhir hayatnya.</p>
<h3 style="text-align: left;">Komite Hijaz</h3>
<p>Walaupun Komite Khilafah bubar dengan sendirinya, karena gagalnya
upaya penyelenggaraan muktamar di Mekkah itu, perasaan kecewa Kiai Abdul
Wahab atas begitu sedikit perhatian kawan-kawannya ‘sekomite’ atas hal
yang dianggapnya penting, jelas mempengaruhi sikapnya. Ia mengambil
prakarsa mendirikan apa yang kemudian dinamai ‘Komite Hijaz’ guna
mencari dukungan atas apa yang dianggapnya penting itu dengan tujuan
utama mengirimkan sebuah delegasi ke Saudi Arabia untuk memperjuangkan
pendirian itu kepada raja Abdul Aziz ibn Sa’ud. Upaya mengumpulkan
dukungan para kiai pesantren itu melibatkan iparnya, Kiai Bisri, dengan
mereka berdua menanggung beban tugas berkeliling pulau Jawa, menghubungi
kiai-kiai dari Banyuwangi di ujung timur hingga ke Menes di ujung
barat.</p>
<p>Semula, gagasan membentuk sebuah komite seperti itu tidak memperoleh
restu dari guru mereka, Kiai Hasyim Tebuireng. Setelah berbulan-bulan
mengajukan argumentasi, mungkin juga melalui jasa-jasa baik sejumlah
kiai lain yang lebih tua dari Kiai Hasyim Asy’ari, akhirnya izin
diberikan. Di sini tampak lagi sikap baru Kiai Bisri dalam mengambil
keputusan. Ia tidak hanya puas menerima jawaban sekali, melainkan terus
berusaha berkali-kali hingga pada akhirnya perkenan diperoleh dari sang
guru. Kemauan keras untuk berusaha berkali-kali itu, hingga pihak yang
diajak berdialog mau mengerti apa yang diingininya, juga diperlihatkan
oleh kawan baiknya, Kiai Ma’sum Ali yang juga adalah menantu Kiai
Hasyim. Kiai Ma’sum sudah sejak tahun 1919 mengajukan usul mendirikan
sistim sekolah di pesantren Tebuireng, tetapi baru setelah empat tahun
lamanya mengajukan permintaan berulang kali percobaan tersebut
diizinkan. Mungkin dalam proses itu Kiai Ma’sum Ali terpengaruh dan
belajar dari Kiai Bisri yang secara tekun sudah membuka kelas putri di
pesantren Denanyar. Ketekunan Kiai Ma’sum untuk mengajukan kembali
permintaannya berulang kali itu juga kemungkinan besar menjadi contoh
Kiai Bisri dan Kiai Abdul Wahab, untuk ‘menyelesaikan’ kerja membuat
Komite Hijaz.</p>
<p>Seperti Komite Khilafah sebelumnya, komite ini tidak jadi mengirimkan
delegasi ke Saudi Arabia. Telegram yang mereka kirimkan kepada raja
Abdul Aziz ibn Sa’ud, yang memohon agar ada kemerdekaan menjalankan
peribadatan haji menurut cara masing-masing, menerima balasan positif
dari raja baru itu. Dengan sendirinya lalu tidak ada keperluan lagi
untuk mengirimkan delegasi ke tanah suci Mekkah dan ibukota Saudi Arabia
Riyad. Hasil itu dikomunikasikan kepada sejumlah ulama Jawa Timur dan
laporan disampaikan kepada sejumlah ulama Jawa Timur dan laporan
disampaikan kepada Kiai Hasyim Asy’ari di Tebuireng, Jombang. Menanggapi
pernyataan Kiai Abdul Wahab dan Kiai Bisri bahwa komite mereka itu akan
dibubarkan, karena telah menyelesaikan tugas dengan baik, Kiai Hasyim
Asy’ari justeru menyayangkan kalau upaya organisatoris untuk menyatukan
pendapat dan mengatur langkah bersama itu dihentikan. Mengapa justeru
Kiai Abdul Wahab tidak meneruskan saja usaha itu ke dalam sebuah
‘perkumpulan’ yang lebih bersifat permanen?</p>
<p>Dialog yang terjadi dalam tahun 1925 itu akhirnya melahirkan upaya
mendirikan Jam’iyah Nahdlatul ‘Ulama’, setahun kemudian. Cerita Kiai
Bisri lima puluhan tahun kemudian, tentang berdirinya or-ganisasi
tersebut, sangatlah menarik untuk diikuti. Kiai Bisri menggambarkan
proses itu, kalau kita simpulkan dari untaian episode bermacam-macam,
sebagai kebutuhan yang muncul dari kalangan kiai pesantren untuk
menyalurkan upaya mencari kebersamaan dalam pandangan kemasyarakatan
mereka, daripada upaya reaktif terhadap gerakan lain yang telah ada.
Bahkan usul pertama untuk membentuk Komite Hijaz justeru ditolak Kiai
Hasyim Asy’ari, karena akan menyamai usaha gerakan lain, karena dalam
pandangannya kiai-kiai pesantren akan menyimpang dari jalan benar yang
mereka tempuh selama ini, kalau mengikuti apa yang telah dirintis orang
lain untuk tujuan mereka sendiri. Karena itulah sejak semula hanya
tujuan memperjuangkan hak melakukan peribadatan menurut ‘cara lama’
kepada pemerintahan baru di Saudi Arabia saja yang mewarnai Komite
tersebut. Baru setelah tampak hasil positif itulah dirasakan kebutuhan
untuk mengorganisir diri secara lebih menetap, sudah tentu meningkatkan
effektivitas kerja di kalangan sendiri.</p>
<p>Kiai Bisri, ternyata menempatkan diri (ataukah justeru ditempatkan?)
dalam kedudukan pendamping lebih muda (junior partner) bagi pribadi Kiai
Abdul Wahab yang dinamis, sekaligus menjadi penghubung antara iparnya
itu dan Kiai Hasyim Asy’ari. Kedudukan ini ternyata, umpamanya, dalam
tugas menjemput Hadratus Syaikh itu dari Tebuireng untuk dibawa ke
Surabaya dalam peresmian berdirinya Nahdlatul-Ulama. Ternyata, walaupun
para ulama telah berkumpul di Surabaya dan berdatangan dari seluruh
daerah di pulau Jawa dan ada yang dari Kalimantan Selatan, Kiai Hasyim
yang tinggal hanya 90 kilometer dari kota tersebut belum juga tampak.
Apapun sebabnya, entah karena masih ada sedikit sisa keraguan ataupun
karena sebab lainnya, tidak datangnya guru dari banyak tokoh yang hadir
itu dapat menggagalkan rencana peresmian Nahdlatul ‘Ulama’. Kiai Bisri
adalah orang yang diminta untuk menjemput Kiai Hasyim, berangkat selepas
senja dan baru keesokan siangnya kembali dengan membawa sang guru yang
ditunggu-tunggu orang banyak itu, dengan penugasan yang kemungkinan
besar ditetapkan atau diusulkan oleh Kiai Abdul Wahab. Terlihat di sini,
bahwa penunjukan orang yang dianggap paling mungkin meyakinkan Kiai
Hasyim Asy’ari, jika memang masih merasa ragu-ragu, jatuh kepada Kiai
Bisri. Kenyataan itu menunjukkan dengan jelas fungsi penghubung yang
dipegangnya antara Kiai Hasyim dan Kiai Abdul Wahab, kalau juga tidak
dengan para kiai lain yang mengambil prakarsa mendirikan Nahdlatul
Ulama, setelah gagasan un-tuk itu sendiri semula juga datang dari
Hadratus Syaikh sendiri.</p>
<p>Dalam hal ini, peranan sebagai orang tempat menaruh keper-cayaan
tampak jelas dipegang Kiai Bisri. Antara lain, ketundukannya yang begitu
mutlak kepada sang guru memberikan jaminan akan bersihnya sesuatu hal
yang digarap dari kemungkinan penyimpangan, walau segaris tipispun, dari
kehendak semula yang dinyatakan Kiai Hasyim sendiri. Di samping itu,
keterlibatannya yang penuh kalau telah menyatakan kesedihan, merupakan
jaminan penuh bagi yang lain-lain akan keteguhan pendirian Kiai Bisri
untuk mempertahankan eksistensi organisasi baru itu, jika masih
dimungkinkan perubahan sikap di pihak sang guru mungkin sebagai hasil
pertimbangan dari pihak lain.</p>
<p>Segera setelah terbentuknya organisasi tersebut, dengan Kiai Bisri
duduk sebagai A’wan (Pembantu) dalam susunan Pengurus Besar
(Hoofdbestuur) nya. Pola kehidupan Kiai Bisri lalu segera mengalami
perubahan total dari masa sebelumnya. Di tingkat lokal, ia lalu harus
memotori perkembangan Nahdlatul Ulama di daerah kediamannya, Jombang. Di
samping itu, ia menjadi penghubung antara pelaksana kegiatan
sehari-hari kepengurusan pusat di Surabaya dan Kiai Hasyim yang dalam
muktamar pertama Nahdlatul Ulama itu telah ditetapkan sebagai Ra’is
Akbar. Di pihak lain, ia harus melakukan banyak hal di luar daerah
Jombang untuk kepentingan Nahdlatul Ulama, antara lain menjadi
penghubung antara Pengurus Besar dan para tokoh organisasi di daerah
pantai utara Jawa Tengah, yang menjadi daerah asal-usul kelahirannya.</p>
<h3 style="text-align: left;">Pendirian Pesantren Den Anyar</h3>
<p>Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren PP Mamba’ul Ma’arif Denanyar,
Jombang dan terkenal atas penguasaannya di bidang fikih agama Islam.</p>
<h3 style="text-align: left;">Memperingatkan Bung Hatta</h3><p>
Pada suatu Jum’at, KH. Bishri Syansuri melaksanakan shalat di masjid
Mataraman Jakarta. Di masjid ini pula Bung Hatta istiqamah melaksanakan
shalat. Pada saat itulah Mbah Bishri melihat Bung Hatta sedang shalat
dan saat bersujud dahinya masih tertutup oleh peci hitamnya. Seusai Bung
Hatta shalat, Mbah Bishri dengan ramah memperkenalkan diri, sekaligus
dengan lembut mengingatkan Bung Hatta jika dalam shalat, dahi tidak
boleh tertutup oleh peci. Setelah itu setiap kali Bung Hatta memasuki
masjid pecinya langsung didongakkan ke belakang sehingga tidak menutupi
dahi ketika melangsungkan sujud.</p><p>Referensi:</p><ul><li><i>“KH Bisri Syansuri, Pecinta Hukum Fiqh sepanjang Hayat”, KH Abdurahman Wahid, Majalah Amanah, 1989</i></li><li><i>“Almaghfurlah KH. M. Bishri Syansuri: Cita-Cita dan Pengabdiannya”,
karya KH. A. Aziz Masyhuri, hlm. 54-55 seperti yang ditulis KBGD </i></li></ul><p> </p><p>Artikel lainnya: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/11/biografi-dari-kh-zaini-munim.html">Biografi KH Zaini Mun'im </a><br /></p><p> </p></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-2514650555432584262021-11-10T10:38:00.000+07:002021-11-10T10:38:00.156+07:00Biografi dari KH Zaini Mun'im<p>Membaca kisah para ulama sedikit banyak dapat menambah keyakinan kita. Hikmah yang dapat diambil dari para ulama semoga bisa membawa barokah. Artikel berikut ini tentang <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/11/biografi-dari-kh-zaini-munim.html">biografi KH Zaini Mun'im</a>, seorang ulama besar dari Madura.<br /></p><p>KH. ZAINI MUN’IM dilahirkan pada tahun 1906 di Desa Galis Pamekasan
Madura. Beliau putera pertama dari dua bersaudara dari pasangan KH.
Abdul Mun’im dan Ny. Hj. Hamidah. Beliau (KH. ZAINI MUN’IM) nama
kecilnya adalah Abdul Mughni. Pada tubuh beliau mengalir darah Ulama dan
Bangsawan.</p>
<p>Ayah beliau KH. Abdul Mun’im adalah putera Kiai Mudarik bin Kiai
Ismail. Kiai Ismail adalah generasi kedua penerus Pondok Pesantren
Kembang Kuning Pamekasan Madura. Beliau keponakan Kiai Mahalli Pendiri
Pondok Pesantren Kembang Kuning. Kakek Kiai Ismail adalah Kiai Nuruddin
Gunung Tinggi Pakong, beliau (dari jalur Kiai Batu Ampar Wetan) adalah
keturunan Bendoro Saud alias Temenggung Tirtonegoro, Adipati Sumenep
yang juga keturunan Pangeran Ketandur atau cucu dari Sunan Kudus. KH.
Abdul Mun’im (ayah KH Zaini Mun’im) disamping sebagai Ulama juga dikenal
sebagai pedagang, beliau menjalankan misi perdagangannya sampai ke
Bululawang Malang dan beliau wafat serta dikebumikan di Bululawang
Malang.</p>
<p>Ibu beliau, Ny. Hj. Hamidah adalah keturunan para Raja Pamekasan
melalui jalur KH. Bujuk Azhar (Ratoh Sidabulangan), penguasa Kraton
Pamekasan Madura. Beliau berasal dari Desa Palesanggar, Kecamatan
Pegantenan Pamekasan Madura. Kehidupan keluarganya terkenal sebagai
keluarga santri.</p>
<p>Pada tahun 1937, Lora Abdul Mughni (yang akhirnya lebih populer
dengan nama KH. Zaini Mun’im) menikah dengan keponakan Kiai Abdul Majid
Banyuanyar, Nyai Nafi’ah. Dari pernikahan ini beliau dikaruniai Allah
dengan enam putera dan 1 puteri, yaitu:<br /><br />
1) Alm. KH. Moh. Hasyim, BA. (Lahir di Madura)<br /><br />
2) Alm. Drs. KH. A. Wahid Zaini, SH. (Lahir di Madura)<br /><br />
3) Nyai Hj. Aisyah (Istri KH. Hasan Abdul Wafi). (Lahir di Madura)<br /><br />
4) KH. Fadlurrahman, BA. (Lahir di Paiton)<br /><br />
5) KH. Moh. Zuhri Zaini, BA. (Lahir di Paiton)<br /><br />
6) Alm. KH. Abdul Haq Zaini, Lc, (Lahir di Paiton)<br /><br />
7) Drs. KH. Nur Chotim Zaini. (Lahir di Paiton)</p>
<p>Sejak usia dini, Beliau telah mendapatkan pendidikan agama dari kedua
orang tuanya, Nyai Hamidah dan KH. Abdul Mun’im. Menginjak usia 11
tahun, pada masa penjajahan Belanda, beliau masuk sekolah Wolk School
(Sekolah Rakyat) selama empat tahun (1917-1921). Selanjutnya, beliau
memperdalam Al-Qur’an beserta tajwidnya kepada KH. M. Kholil dan KH.
Muntaha, (menantu Kiai Kholil) di Pondok Pesantren Kademangan Bangkalan
Madura. Setelah itu, pada tahun 1922 beliau melanjutkan proses
belajarnya ke Pondok Pesantren Banyuanyar Pamekasan yang diasuh oleh KH.
R. Abdul Hamid dan puteranya KH. Abdul Majid.</p>
<p>Pada tahun 1925, beliau mulai merantau ke tanah Jawa dan mondok di
Pesantren Sidogiri Pasuruan yang diasuh oleh KH. Nawawi. Di sini beliau
hanya belajar satu tahun, karena ketika itu ayahandanya tercinta
meninggal dunia. Sehingga, sebagai putera sulung, beliau harus pulang ke
Madura, mengantikan posisi ayahandanya.</p>
<p>Di usia 22 tahun, beliau menimba ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng
Jombang yang diasuh oleh KH. Hasyim Asy’ari (Pendiri Organisasi
Nahdlatul Ulama). Di pesantren ini, beliau mempertajam ilmu agama dan
ilmu bahasa Arab pada tingkatan yang lebih atas lagi, baik kepada Kiai
Hasyim, KH. Maksum bin Kuaron Seblak (menantu Kiai Hasyim), maupun
kepada KH. Wahid Hasyim (Putera Kiai Hasyim). Di Jombang ini pula,
beliau berguru kepada KH. Maksum Ali (Seblak Jombang).</p>
<p>Pada pertengahan tahun 1928, bersama dengan nenek, ibu dan adik
kandungnya, beliau berangkat ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji
dan menetap di Sifirlain untuk menuntut ilmu. Beliau belajar di Makkah
selama lima tahun. Adapun para ulama yang menjadi guru beliau antara
lain: KH. M. Baqir (berasal dari Yogyakarta), Syekh Umar Hamdani AI
Maghribi, Syekh Alwi Al Maliki (mufti Maliki di Makkah), Syekh Sa’id
Al-Yamani (mufti Syafi’i di Makkah), Syekh Umar Bayunid (mufti Syafi’i
di Makkah), Syekh Yahya Sangkurah (berasal dari Malaysia), dan Syekh
Syarif Muhammad bin Ghulam As¬-Singkiti.</p>
<p>Sebelum pulang ke tanah air, beliau sempat mukim di Madinah selama
enam bulan. Di sini beliau mengikuti berbagai pengajian di Masjid Nabawi
dari beberapa ulama terkemuka saat itu, di antaranya dari Syekh lbrahim
Al-Barry. Pada tahun 1934, beliau pulang ke tanah air dan langsung
menetap di Madura. Sejak tahun itu beliau akrab dipanggil KH. Zaini
Mun’im, Pemimpin dan Pengasuh Pondok Pesantren Panggung Galis Pamekasan.
Di samping para guru beliau yang telah tersebut, beliau juga berguru
kepada KH. Shonhaji (Pamekasan), KH. Moh. Shaleh (Pakong Pamekasan), KH.
Abd. Hamid (Krepek Pamekasan) dan KH. Syamsul Arifin (Sukorejo
Situbondo). Kehadiran beliau di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah
Sukorejo yang saat itu diasuh oleh KH. Syamsul Arifin, menjadi bagian
dari proses beliau menetap di Karanganyar Paiton dan akhirnya mendirikan
Pondok Pesantren Nurul Jadid.</p>
<p>Ketika awal kedatangan di Desa Karanganyar, mulanya KH. Zaini Mun’im
tidak bermaksud mendirikan lembaga pendidikan pesantren, tapi hanya
ingin mengisolasi diri dari keserakahan dan kekejaman penjajah.
Selanjutnya be¬liau hendak melanjutkan perjalanannya ke pedalaman
Yogyakarta, menemui teman teman seperjuangannya.</p>
<p>Tapi sebelum cita cita luhur itu terealisasi, beliau telah
mendapatkan amanah berupa dua orang santri: Syaifuddin (Sidodadi Paiton)
dan Syafiuddin (Gondosuli Kotaanyar Paiton). Saat itu, mereka berdua
ditem¬patkan di surau kecil yang kala itu selain berfungsi sebagai
tempat shalat, juga untuk ruang tamu, mengajar dan tempat tidur santri.
Karena ada titipan dua santri itu, dan didorong oleh semangat kecintaan
beliau pada ilmu pengetahuan, maka beliau mengurungkan niat semula dan
menetap di Karanganyar. Pilihan ini kemudian bertambah bulat, seiring
meningkatnya jumlah santri yang berguru kepada beliau.</p>
<p>Di Pondok Pesantren Nurul Jadid ini, beliau tidak hanya mengajarkan
ilmu dari kitab-kitab salaf dengan pola non klasikal, melainkan beliau
juga mendirikan lembaga pendidikan klasikal. Lembaga pendidikan yang
beliau dirikan antara lain:<br /><br />
1. Madrasah Ibtidaiyah Agama (MIA,tahun 1950).<br /><br />
2. Taman kanak-kanak dan lembaga pendidikan Al-Khairiyah. (tanpa Tahun)<br /><br />
3. Flour Kelas. Berubah nama menjadi Mu’allimin (tahun 1961).
Selanjutnya pada tahun 1969, berubah menjadi Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Dan Madrasah Aliyah (MA).<br /><br />
4. Pada tanggal 1 September 1968, didirikan Akademi Dakwah dan
Pendidikan Nahdlatul Ulama (ADIPNU). Perguruan Tinggi ADIPNU yang
kemudian berubah menjadi PTID dan sekarang berkembang menjadi IAINJ.<br /><br />
5. Pada tahun 1970, beliau mendirikan SMP dan SMA, sebagai wujud
keprihatinan dan kepedulian beliau ketika menyaksikan prilaku pelajar
SMP dan SMA di luar pesantren yang jauh dari akhlaq Islami.<br /><br />
6. Pada tahun 1974, berdiri Sekolah Dasar Islam (SDI). Dua tahun
kemudian, SDI berubah nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Mun’im
(MINM).<br /><br />
7. Pada tahun 1975, didirikan lembaga Pendidikan Guru Agama Nurul Jadid
(PGA NJ) berjenjang 4 tahun. Tapi dalam proses perjalanannya, PGA NJ ini
hanya bertahan tiga tahun, karena ada kebijakan pemerintah tentang
pengurangan jumlah lembaga pendidikan PGA.</p>
<p>1. Tafsirul Ushul fil Ilmil Ushul. Kitab ini beliau tulis sebagai
upaya memudahkan santri dalam memahami Qa’idah Ushuliyah dengan metode
cepat dan praktis.<br /><br />
2. Nadham Safinatun Najah, kitab ini ditulis pada tahun 1377 H / 1956 M.
Kitab ini ditulis oleh beliau diasumsikan sebagai penyempurnaan dari
kitab-kitab Fiqh lil Mubtadiin.<br /><br />
3. Nadham Syu’abil Iman. Nadham sebanyak 313 bait ini menjelaskan
tentang Tauhid dan akhlaq. Beliau mulai menulis kitab ini sejak tahun
1387 H/1966 M. dan pada tahun 1392 H/1972 M diterjamahkan ke dalam
bahasa Indonesia. Kitab ini merupakan rangkuman dari kitab Syu’abil Iman
karya Al-Imam Al-Baihaqi.<br /><br />
4. Tafsir Qur’an bil Imla’. Kitab ini merupakan bahan acuan dalam mengajar Fi Kulliyati Tafsir.<br /><br />
5. Karya Ilmiah “Problematika Dakwah Islamiyah”, disampaikan pada Dies
Natalis ke-III PTID, dan Naskahnya dimuat di Majalah Al-Jami’ah XI IAIN
Sunan Kalijaga (Yogyakarta).</p>
<p>Banyak mutiara hikmah yang dicetuskan dari pemikiran beliau dan
kemudian menjadi pedoman dalam membentuk kepribadian santri, antara
lain : 1. Rumusan tujuan mendirikan Pondok Pesantren Nurul Jadid, Beliau
mendirikan Pesantren “Bukan hanya untuk melahirkan kiai, melainkan
untuk melahirkan muslim aktif yang siap hidup dan berguna di manapun
berada”. Rumusan tujuan ini, mendorong para santri Pondok Pesantren
Nurul Jadid tidak hanya memiliki kemampuan di bidang ilmu Agama, tapi
sekaligus memiliki kemampuan di bidang IPTEK dan keterampilan hidup,
serta ruhul jihad yang tinggi, sehingga bisa menjadi sosok muslim yang
secara aktif dalam kehidupannya berperan dalam menyelesaikan problema
umat dalam kapasitasnya sebagai apapun dan hidup di manapun.</p>
<p>2. Rumusan Trilogi Santri.<br /><br />
1) Memiliki komitmen yang tinggi dalam menjalankan Furudlul ‘Ainiyah الاحتما م با الفروض العينية<br /><br />
2) Memiliki Komitmen yang tinggi dalam menghindari dari perbuatan dosa besar. الاحتمام بتركي الكبا ئر<br /><br />
3) Berakhlaq mulia baik kepada Allah SWT maupun kepada makhluk-Nya حسن الادب مع الله ومع الخلق<br /><br />
Trilogi santri tersebut, mendorong agar santri dalam mendalami ilmu
tidak hanya untuk dimiliki atau dikuasai, melainkan untuk diamalkan.
Sehingga tumbuh kepribadian santri yang “berilmu amaliah, beramal
ilmiyah” dan berakhlaqul karimah. Rumusan Trilogi santri ini, memberi
peluang kepada setiap muslim untuk mengembangkan dirinya berkepribadian
santri walaupun tidak pernah menuntut ilmu di Pesantren.</p>
<p>3. Panca Kesadaran Santri. Panca Kesadaran Santri ini menjadi pedoman
dalam pembinaan para santri Nurul Jadid agar mereka bisa menjadi muslim
aktif yang siap hidup dan berguna bagi agama, nusa dan bangsa dimanapun
berada dan dalam kapasitas apapun. Panca kesadaran tersebut:<br /><br />
1. Kesadaran Beragama الو عي الديني<br /><br />
2. Kesadaran Berilmu الوعي العلمي<br /><br />
3. Kesadaran Bermasyarakat الوعي جتماعي<br /><br />
4. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara الوعي الحكومي والشعبي<br /><br />
5. Kesadaran Berorganisasi الوعي النظا مي</p>
<p>Sejak masa muda, KH. Zaini Mun’im aktif dalam medan perjuangan.
Beliau memberikan perhatian yang sangat tinggi terhadap berbagai
persoalan yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara. Beliau terlibat
aktif dalam perjuangan membela hak-hak masyarakat, membela keutuhan
bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada masa
penjajahan Jepang, beliau dipercaya sebagai pimpinan Barisan Pembela
Tanah Air (PETA). Selanjutnya pada masa perang kemerdekaan, beliau juga
dipercaya sebagai pimpinan Sabilillah ketika melakukan Serangan Umum 16
Agustus 1947 terhadap bala tentara Belanda yang menguasai Kota
Pamekasan. Beliau termasuk tokoh pejuang yang menjadi target operasi
Belanda, yang dikejar-kejar karena kegigihan beliau dan sikap pantang
menyerah dalam melawan kekuatan penjajah.</p>
<p>Dalam bidang keagamaan dan sosial kemasyarakatan, beliau aktif dalam
perjuangan Jam’iyah Nahdlatul Ulama, baik ketika beliau masih berada di
pulau Madura maupun setelah hijrah ke tanah Jawa. Melalui NU beliau
melakukan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar, membela hak-hak masyarakat
dan membangun kehidupan masyarakat semakin tercerahkan. Di tengah-tengah
kesibukan beliau dalam aktifitas pengelolaan pesantren, beliau masih
memberikan waktu yang cukup untuk menangani secara langsung
permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat, baik dalam bidang
keagamaan, maupun sosial ekonomi, terutama yang menyangkut nasib petani.</p>
<p>Ketika beliau masih berada di Madura, belaiu aktif di Cabang NU
Pamekasan, maka pada saat beliau hijrah ke tanah Jawa (Tanjung Paiton),
beliau aktif di Cabang NU Kraksaan, bahkan di Wilayah NU Jawa Timur.
Sekitar tahun 1951, KH. Zaini Mun’im kedatangan tamu istimewa, yaitu KH.
Hasan Sepuh Genggong, KH. Abdul Latif dan KH. Fathullah (Pengurus NU
Cabang Kraksaan) untuk mengajak agar KH. Zaini Mun’im bersedia berjuang
membina warga melalui organisasi NU Cabang Kraksaan. Ajakan ketiga kiai
ini kemudian beliau sambut dengan tangan terbuka. Dan ketika pada tahun
1953, Rois Syuri’ah Cabang NU Kraksaan, KH. Abdul Latif meninggal dunia,
maka sebagai gantinya KH. Zaini Mun’im dipilih dan diangkat menjadi
Rois Syuriyah Cabang NU Kraksaan dan terus bertahan sampai dengan tahun
1975. Kemudian pada Muktamar NU ke 21 di Medan (Sumatera Utara) Desember
1956, KH. Zaini Mun’im terpilih sebagai salah satu anggota dewan Partai
NU dari 79 orang yang terpilih. Sejak menjadi anggota dewan Partai NU
ini, keterlibatan beliau di bidang politik Nasional semakin menonjol.
Dan selanjutnya pada tahun 1960, beliau terpilih sebagai Wakil Rois
Pengurus Wilayah (PW) NU Jawa Timur.</p>
<p>Sebagai tokoh NU, KH. Zaini Mun’im tidak suka jika ummat
dikotak-kotakkan atau dibeda bedakan. Bahkan beliau marah jika
perselisihan yang ada antara NU dan Muhammadiyah terus dipertajam.
Beliau lebih suka mencari persamaan persamaannya daripada mempertajam
perbedaannya. Meski beliau mengakui jika di antara keduanya tetap ada
perbedaan. Sikap beliau yang tidak suka terhadap pengkotak-kotakan ummat
tercermin pula dari arahan beliau kepada para santri di Pondok
Pesantren Nurul Jadid. Beliau senantiasa mengarahkan santri Nurul Jadid
agar di tengah-tengah masyarakat melebur dengan masyarakat yang lain,
beliau tidak rela santri terkotak-kotak, beliau marah ketika ada
kelompok santri berkegiatan di masyarakat dengan membawa nama atau
bendera Pondok Pesantren Nurul Jadid.</p>
<p>Beliau sosok pejuang yang tak mengenal lelah, naik-turun gunung,
keluar-masuk pelosok desa menjalankan misi kerisalahan Nabi Muhammad
SAW, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, memberikan advokasi kepada
masyarakat, memberikan pembelaan dan perlindungan terhadap hak-hak
rakyat. Beliau tidak pernah surut dalam medan perjuangan, walaupun
beliau harus menerima resiko dimasukkan penjara karena kegigihan beliau
membela hak-hak rakyat, khususnya pada saat itu pembelaan terhadap
petani tembakau. Bagi beliau perjuangan adalah harga mati, hal ini
dicerminkan dalam salah satu fatwa beliau: “Orang yang hidup di
Indonesia kemudian tidak melakukan perjuangan, dia telah ber¬buat
maksiat. Orang yang hanya memikirkan masalah ekono¬minya saja dan
pendidikannya sendiri, maka orang itu telah berbuat maksiat. Kita semua
harus memikirkan perjuangan rakyat banyak, bagaimana agar hukum hukum
Allah yang ada dalam Al-Qur’an, baik yang tersirat maupun yang tersurat,
dapat berlaku di bumi Indonesia.”</p>
<p>Dalam hubungan NU dan Politik, suatu pemikiran cemerlang beliau
sampaikan pada Muktamar NU ke 25 pada tanggal 20 s/d 25 Desember 1971 di
Surabaya. Dasar dasar pemikiran untuk kembali ke Khittah sudah
dimunculkan oleh KH. Zaini Mun’im, saat itu beliau meminta agar program
prog¬ram NU dapat dipisahkan antara kegiatan politik dan kegiatan
kemasyarakatan, menjelang menghadapi perubahan sistem kepartaian dalam
perpolitikan di Indonesia mendatang. “Jika NU tidak mau memisahkan
secara jelas antara kegiatan politik dan kemasyarakatannya, maka
Islamnya yang akan menjadi korban,” tegas Kiai Zaini.</p>
<p>Tapi, karena saat itu sayap politik tokoh tokoh NU masih sangat kuat
dan KH. Idham Chalid masih memiliki pengaruh besar, maka keinginan
(politic feeling) Kiai Zaini itu belum bisa menjadi keputusan Muktamar.
Namun dua tahun kemudian, apa yang menjadi pernyataan Kiai Zaini di atas
benar-benar terbukti. Pada tahun 1973, terjadi perubahan sistem
kepartaian dalam per¬politikan di Indonesia; Pemerintah melakukan
peleburan (Fusi) dari banyak partai menjadi dua partai politik: Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Sementara Golkar menjadi kekuatan yang mandiri, tidak melakukan fusi.
Dan Partai NU bersama partai-partai berbasis Islam lainnya fusi ke dalam
PPP. Dalam kondisi tersebut, kekuatan NU menjadi tereduksi bahkan
terkoptasi oleh kekuatan lainnya.</p>
<p>Sejalan dengan kebijakan fusi Partai NU dan Partai berbasis Islam
lainnya ke dalam PPP, dan adanya kebijakan pemerintah agar lambang
partai menggunakan lambang-lambang yang ada pada garuda pancasila, maka
beliau melakukan gerakan mencari dukungan dari Ulama sejawa untuk
mengusulkan kepada Presiden Republik Indonesia, Bapak Soeharto agar
kemauan PPP untuk menggunakan gambar Ka’bah sebagai lambang partai dapat
diterima, dan akhirnya usulan beliau dapat diterima oleh Presiden.</p>
<p>Akhirnya perjalanan hidup Sang Pejuang yang mencintai ilmu dan
masyarakat, al-Marhum al-Arif Billah KH. ZAINI MUN’IM dalam kehidupan di
dunia yang fana ini berakhir, tepat pada hari Senin tanggal 26 Juli
1976 M/ 29 Rajab 1396 H. Beliau wafat meninggalkan ribuan santri dan
muhibbin dari masyarakat dan kolega perjuangannya. Indonesia berduka,
merasa kehilangan seorang Faqih ‘Allamah yang banyak menguasai ilmu tapi
tetap tawadlu’, yang lembut tutur katanya dan menghargai setiap orang
yang ditemuinya, tegas dalam menegakkan yang haq, merangkul terhadap
semua kekuatan, memahami jeritan tangis ummat dan membelanya tanpa
mengenal lelah dengan penuh pengorbanan. Saat ini jasad beliau telah
tertimbun oleh tanah, namun… semangat beliau dalam mendalami ilmu dan
ruhul jihad dalam menegakkan sifat-sifat mahmudah beliau, tidaklah ikut
sirna. Semuanya masih segar dalam penjiwaan dan utuh dalam memori setiap
orang yang mengenalnya, dan terus tumbuh berkembang pada kepribadian
pewarisnya, mengalir kepada siapapun yang membuka pintu untuk
mentauladaninya. Karya besar beliau saat ini sudah terlihat, Pondok
Pesantren Nurul Jadid muncul menjadi kekuatan pendidikan Islam dan telah
memberikan sumbangsih untuk kejayaan Agama, Nusa dan Bangsa. Maka
sepantasnya kita umat Islam, mendoakan terus al-marhum sebagai ungkapan
rasa hormat dan terimah kasih atas jasa-jasa KH. Zaini Mun’im.</p><p> </p><p>Baca kisah para ulama lainnya:</p><p><a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/11/biografi-dari-kh-dimyathi-syafiie.html"> Biografi dari KH Dimyathi Syafi'ie Banyuwangi</a></p><p><a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/11/biografi-kh-ahmad-syakir-mashum.html">Biografi KH. Ahmad Syakir Ma'shum </a><br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-58134195767801110082021-11-09T10:46:00.000+07:002021-11-09T10:46:00.145+07:00Biografi KH. Ahmad Syakir Ma'shum<p>Mengenal para alim ulama bisa melalui dengan membaca kisah hidup mereka. Tulisan singkat berikut ini menceritakan <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/11/biografi-kh-ahmad-syakir-mashum.html">biografi KH. Ahmad Syakir Ma'shum</a>. Selamat membaca.</p><p>Ahmad Syakir merupakan anak ketiga dari perkawinan Mbah Ma’shum Lasem
(w. 1972) dengan Nyai Nuriyah binti KH. Zainuddin bin KH. Ibrahim bin
KH. Abdul Latif bin Mbah Joyotirto bin Mbah Abdul Halim bin Mbah Sambu.
Ibu Nyai Nuriyah bernama Nyai Mashfuriyah bin KH. Abdul Aziz bin KH.
Abdul Latif bin Mbah Joyotirto bin Mbah Abdul Halim bin Mbah Sambu
(Thomafi, 2007:58-59).</p>
<p>Ahmad Syakir lahir pada tahun 1920 (1338 H), tanggal dan bulan
kelahirannya tidak diketahui dengan pasti. Pendidikan awal Ahmad Syakir
diperoleh dari keluarga, dia mendapat pendidikan agama dari ayahandanya
sendiri yang merupakan ulama karismatis, yaitu Mbah Ma’shum. Ahmad
Syakir tidak pernah mengenyam pendidikan formal, karena memang pada
waktu itu masih dalam kondisi penjajahan kolonial Belanda. Meskipun
demikian, Mbah Ma’shum sangat menekankan arti pentingnya pendidikan
kepada putra-putranya. Ahmad Syakir muda di kirimnya ke beberapa pondok
pesantren terkenal di Jawa, seperti ke pondok pesantren yang diasuh oleh
Kyai Kholil Kasingan Rembang (mertua KH. Bisri Mustofa), pondok
Pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur, pondok pesantren Buntet
Astanajopura Cirebon yang diasuh oleh Kyai Abbas, pondok pesantren
Termas yang diasuh Kyai Dimyati, dan pondok pesantren Watucongol
Magelang yang diasuh KH. Dalhar.</p>
<p>Menurut KH. Muhammad Zaim (46 th) perjalanan KH. Ahmad Syakir
menuntut ilmu sering bersamaan dengan kakaknya yang pertama, yaitu Kyai
Ali Ma’shum (pengasuh Ponpes Al Munawir Krapyak Yogyakarta). Bahkan
ketika mondok di Termas, beliau selain bersama kakaknya, juga bersamaan
dengan KH. Abdul Hamid Pasuruan dan Kyai Makmur Dimyati Lasem (pengasuh
ponpes As Salatiyah Rembang).</p>
<p>Ahmad Syakir muda mengikuti jejak ayahandanya, melanglang ke berbagai
daerah untuk menuntut ilmu agama. Setelah dirasa cukup matang dalam
keilmuan, maka Ahmad Syakir disuruh oleh orang tuanya untuk kembali ke
Lasem. Dipersiapkan oleh Mbah Ma’shum untuk meneruskan pondok pesantren
yang diasuhnya. Hal ini dilakukan oleh Mbah Ma’shum karena putra
tertuanya, Ali Ma’shum, diambil menantu oleh Kyai Munawir Krapyak
Yogyakarta. Pondok Pesantren Al Munawir inilah yang kemudian membawa
nama besar Ali Ma’shum.</p>
<p>Upaya pengkaderan Mbah Ma’shum nampaknya membuahkan hasil. Kematangan
ilmu agama Achmad Syakir yang diperoleh dari berbagai pondok pesantren
mulai nampak, dia mulai membantu ayahandanya mengajar para santri.
Selain itu juga ikut berdagang ayahnya di pasar. Pendidikan yang
diberikan Mbah Ma’shum kepada Achmad Syakir ini benar-benar merupakan
tempaan yang kuat, agar kelak dia mampu melanjutkan perjuangan
ayahandanya ketika sudah dewasa.</p>
<p>Memasuki usia dewasa, sekitar usia 24 tahun Ahmad Syakir menikah
dengan Nyai Faizah binti Ahmad Mustofa dari Tegalsari Solo, pada tahun
1944. Pernikahan tersebut berawal dari kedekatan hubungan KH. Ma’shum
dengan KH. Ahmad Umar bin Abdul Mannan Pesantren Al Muayyad Solo. Nyai
Faizah ini seorang hafiḍah (penghafal al Qur’an) terbaik di Lasem, yang
melanjutkan perjuangan KH. Ma’shum dengan mengasuh pondok pesantren al
Hidayat spesialis tahfiḍul Qur’an (Luthfi Thomafi, 2007:65).</p>
<p>Pernikahan KH. Ahmad Syakir dengan Nyai Faizah ini melahirkan
ulama-ulama besar pengasuh pondok pesantren di Lasem juga. Adapun buah
pernikahan KH. Ahmad Syakir dengan Nyai Faizah ini adalah :</p>
<p>1. Mustofa yang lahir pada tahun 1948, sekarang mukim di Pasuruan.</p>
<p>2. Faizin yang lahir pada tahun 1951 dan wafat pada tahun 1974.</p>
<p>3. Nur Jihan (lahir pada tahun 1955) yang diperistri oleh KH. Muafi
pengasuh pondok pesantren Nazhatut Thulab Krajan Camplong Sampang
Madura.</p>
<p>4. Nur Inayah (lahir tahun 1957) yang diperistri oleh KH. Hasan Fauzi pengasuh pondok pesantren As Syakiriyah Soditan Lasem.</p>
<p>5. Sihabudin yang lahir pada tahun 1960, yang sekarang mengasuh pondok pesantren An Nuriyah Soditan Lasem.</p>
<p>6. Muhammad Nasih (meninggal pada waktu masih kecil). Kondisi
kelahiran Muhammad Nasih ini penuh dengan keanehan, tidak seperti bayi
pada umumnya. Dia lahir dalam kondisi seperti orang dewasa, rambut sudah
lebat, penuh dengan jamban dan jenggot. Keanehan inilah yang membuat
Nasih tidak berumur panjang, karena biasanya hal-hal yang aneh itu tidak
akan bertahan lama (canda KH. Muhammad Zaim).</p>
<p>7. Muhammad Zaim yang lahir pada tanggal 1 Agustus 1965, satu-satunya
putra KH. Ahmad Syakir yang diketahui tanggal, bulan, dan tahun
kelahirannya. Menurut penuturan KH. Muhammad Zaim sendiri, tanggal dan
bulan kelahirannya itu berdasarkan almari pakaian yang dibeli oleh
abahnya, KH. Ahmad Syakir. “Di belakang almari tersebut tertuliskan
tanggal 31 Juli 1965, dan kata abah, saya itu lahir satu hari setelah
pembelian almari tersebut. Dengan demikian saya lahir pada tanggal 1
Agustus 1965”.</p>
<p>KH.Ahmad syakir menjadi penerus perjuangan KH. Ma’shum di Lasem,
mengasuh santri-santri di pondok pesantren Al Hidayat yang telah
dirintis sejak tahun 1916 oleh ayahnya tersebut. Dalam mengasuh para
santri KH. Ahmad Syakir dibantu oleh ibundanya, Nyai Nuriyah yang
mengajar tahfiḍul Qur’an. Pondok Pesantren al Hidayat ini diasuh oleh
KH. Ahmad syakir sampai akhir hayatnya, yaitu pada tanggal 31 Januari
1991.</p>
<p>Setelah KH. Ahmad Syakir wafat, maka saat itu juga tanggung jawab
pondok pesantren Al Hidayat diasuh oleh Muhammad Zaim, putra bungsunya.
Semenjak diasuh oleh Muhammad Zaim inilah nama pondok pesantren Al
Hidayat mengalami beberapa perubahan dan kemajuan. Namun Muhammad Zaim
ini tidak bertahan lama mengasuh pondok warisan kakek dan ayahnya ini,
dia berusaha mendirikan pondok pesantren sendiri. Maka mulai bulan
Oktober 1992 pondok pesantren As Syakiriyah ini diserahkan kepada kakak
sepupunya, yaitu KH. Zainuddin, sampai sekarang.</p>
<p>Cita-cita Muhammad Zaim untuk mendirikan pondok pesantren ini baru
terwujud pada tahun 2003. Pada tanggal 27 Ramadhan 1424 H atau 21
November 2003 adalah awal berdirinya pondok pesantren, yang kemudian
diberinya nama Pesantren Kauman. Pondok pesantren tersebut terletak di
Desa Kauman Karangturi, yang merupakan pusat pemukiman warga Tionghoa
Lasem. Setting sosio budaya masyarakat Desa Kauman Karangturi ini yang
mengilhami KH. Muhammad Zaim ini untuk berjuang, menegakkan nilai-nilai
Islam yang rahmatal lil ‘alamin. Mengajarkan para santrinya untuk
menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi (tasamuh) dengan etnis lain.
Dengan harapan para santri Pondok Pesantren Kauman kelak menjadi
generasi yang berakhlakul karimah, sesuai dengan ajaran Ahlus Sunnah wal
jama’ah.</p>
<p>Ungkapan Jawa, “anak macan pada akhirnya akan menjadi macan juga”,
nampaknya sangat tepat untuk menggambarkan keberhasilan pendidikan dan
ketokohan KH. Ma’shum Lasem. Doa orang tua agar diberikan anak-anak yang
saleh, yang menegakkan salat dan memperjuangkan agamanya Allah SWT
nampaknya tercermin dalam keberhasilan KH. Ma’shum dalam mendidik
anak-anaknya. Hal ini terbukti dari generasi yang dilahirkannya, anak
cucunya menjadi ulama pengasuh pondok pesantren. Demikian juga dengan
KH.Ahmad syakir ini, anak ketiganya yang juga melahirkan ulama-ulama
pengasuh pondok pesantren.</p>
<p>KH.Ahmad Syakir tidak banyak menghasilkan karya tulis. Menurut
penuturan KH. Muhammad Zaim (46 th) hanya ada 3 buah karya KH. Ahmad
Syakir, yaitu : Qamus Ulama Zuama, Kitab Nahwu (metode praktis memahami
bahasa Arab dengan skema), dan kitab Al Ḥikmah yang terdiri dari 4
jilid. Kitab-kitab tersebut sebenarnya masih ada aslinya, yang masih
berupa tulisan tangan KH. Ahmad Syakir sendiri. Namun semua sudah hilang
dibawa oleh putra pertamanya, Mustofa yang berada di Pasuruan Jawa
Timur. Hanya satu kitab yang masih terselamatkan, yaitu kitab al Ḥikmah,
yang ditulis pada tahun 1973. Naskah tersebut sudah dibuat salinannya
oleh Ahmad Yasin bin ‘Aqib salah seorang santri Lasem yang berasal dari
Pasuruan. Penyalinan kitab tersebut dilakukan oleh Yasin ketika
melanjutkan mondok di Yogkakarta. Naskah aslinya setelah dikembalikan
kepada Mustofa, juga turut hilang entah kemana. Penyalinan kitab al
Ḥikmah yang dilakukan oleh Ahmad Yasin ini selesai pada tanggal 4
Sya’ban 1404 H atau sekitar tahun 1983.</p>
<p>B. Kitab al Ḥikmah Karya KH. Ahmad Syakir</p>
<p>KH.Ahmad Syakir tidak banyak menghasilkan karya tulis. Menurut
penuturan KH. Muhammad Zaim (46 th) hanya ada 3 buah karya KH. Ahmad
Syakir, yaitu : (1) Qamus Ulama Zuama, berisi tentang ensiklopedi ulama
dan pemimpin; (2) Kitab Nahwu, metode praktis memahami bahasa Arab
dengan skema dan gambar; dan (3) Kitab Al Ḥikmah, yang berisi tentang
fikih, terdiri dari 4 juz (jilid). Kitab-kitab tersebut sebenarnya masih
ada aslinya, yang masih berupa tulisan tangan KH. Ahmad Syakir sendiri.
Namun semua sudah hilang dibawa oleh putra pertamanya, Mustofa yang
berada di Pasuruan Jawa Timur. Hanya satu kitab yang masih
terselamatkan, yaitu kitab al Ḥikmah, yang ditulis pada tahun 1973.
Naskah tersebut sudah dibuat salinannya oleh Ahmad Yasin bin ‘Aqib salah
seorang santri Lasem yang berasal dari Pasuruan. Penyalinan kitab
tersebut dilakukan oleh Yasin ketika melanjutkan mondok di Yogkakarta.
Naskah aslinya setelah dikembalikan kepada Mustofa, juga turut hilang
entah kemana. Penyalinan kitab al Ḥikmah yang dilakukan oleh Ahmad Yasin
ini selesai pada tanggal 4 Sya’ban 1404 H atau pada tahun 1983.</p>
<p>Kitab al Ḥikmah fi Wiqayatil ummati ‘anil ḍulmah yang ditulis oleh
Syeh Ahmad Syakir Ma’shum ini merupakan kitab fikih yang disusun
berdasarkan pendapat 4 imam mazab (maẑahibul arba’ah). Kitab tersebut
terdiri dari 4 juz, juz pertama membahas tentang masalah Ṭaharah, juz
kedua membahas khusus tentang masalah haid, juz ketiga membahas tentang
masalah salat, dan juz keempat membahas masalah zakat. Keempat kitab
tersebut ditulis dengan aksara Pegon dan menggunakan bahasa Jawa Krama
Madya. Pada penelitian ini yang dibahas hanya pada juz I, yaitu kitab
tentang Ṭaharah.</p>
<p>Kitab al Ḥikmah jilid I ini terdiri dari 33 halaman, yang disambung
dalam satu bendel dengan kitab al Hikmah jilid II, yang membahas masalah
haid. Dengan demikian kitab tersebut antara jilid I dan II berada dalam
satu bendel. Kitab al Hikmah jilid I yang membahas masalah taharah ini
dibagi menjadi menjadi beberapa bab. Pembahasan dalam kitab berdasarkan
pokok-pokok permasalahan, yaitu : Ṭaharah wa alatuha, al ahdaś, fawāidu
muhimmat, an najasāt, faidah, al mai musta’mal, al mai mutagayir,
fawāidu muhimmat min masāilul miyahi, al ma’fuwat, dan masalah-masalah
yang terjadi pada zaman sekarang.</p>
<p>Pada mukadimah atau pembukaan kitab al Hikmah, dijelaskan tentang
asal mula munculnya hukum terhadap benda atau segala sesuatu. Segala
sesuatu di dunia ini pada mulanya adalah suci, kecuali jika ada ‘illat
atau dalil yang menunjukkan bahwa benda tersebut adalah najis. Kemudian
benda-benda tersebut dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : (1) Hayawanat,
yaitu segala sesuatu yang memiliki nyawa atau yang hidup; (2) Faḍalat,
yaitu kotoran yang keluar dari dalam tubuh makhluk hidup; dan (3)
Jumadat, yaitu segala sesuatu yang tidak bernyawa dan yang bukan
merupakan bagian atau sesuatu yang keluar dari makhluk hidup. Pembukaan
dalam kitab ini merupakan pokok bahasan umum dalam kitab-kitab fikih
klasik, sebelum masuk pada materi tentang hukum suatu benda. Namun ada
hal-hal yang menunjukkan perbedaan dengan kitab-kitab fikih klasik,
yaitu : (1) aksara dan bahasa yang digunakan. Dengan menggunakan aksara
Pegon dan bahasa Jawa Krama Madya menunjukkan nilai lokalitas ulama Jawa
dalam mendakwahkan ajaran Islam sesuai dengan masyarakat yang
dihadapinya; (2) kitab tersebut disusun berdasarkan permintaan umat,
masyarakat sekitar (Lasem-Rembang) yang masih tergolong awam tentang
hukum Islam, khususnya masalah taharah (bersuci). Oleh sebab itu, dalam
kitab tersebut contoh-contoh yang diberikan adalah masalah sehari-hari
yang dihadapi masyarakat Lasem dan sekitarnya. Seperti masalah najis
atau alat-alat bersucinya, dengan menggunakan contoh: petis, minyak
tanah, kotoran cecak, bambu, ragi, ukuran air dengan menggunakan
Kilogram, Liter atau Kati (Jawa).</p>
<p>Tidak hanya aksara, bahasa, dan istilah-istilah lokal (Jawa) yang
digunakan oleh KH. Ahmad Syakir dalam kitab al Hikmah, tetapi terdapat
juga permasalahan kontemporer yang sudah dibahas dalam kitab tersebut.
Diantara permasalahan kontemporer yang dibahas dalam kitab al Hikmah
yaitu: masalah tahi lalat buatan, menggunakan rambut palsu, transfusi
darah, alkohol, bank susu, dan donor mata.</p>
<p>Nuansa lokalitas dan kontemporer kitab al Hikmah ini yang menjadi
fokus pembahasan dalam penelitian ini. Hal ini dianggap penting karena
menunjukkan sikap arif seorang ulama Jawa yang peduli terhadap
masyarakatnya dalam menghadapi perkembangan zaman.
Permasalahan-permasalahan modern yang belum ditemukan atau dibahas dalam
kitab-kitab fikih klasik disajikan dalam kitab al Hikmah ini.</p><p> </p><p>Kisah para ulama:</p><p><a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/11/biografi-dari-kh-dimyathi-syafiie.html">Biografi dari KH Dimyathi Syafi'ie Banyuwangi</a></p><p><a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/11/biografi-dari-kh-zaini-munim.html">Biografi dari KH Zaini Mun'im</a></p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-84868653470249568802021-11-08T10:37:00.005+07:002021-11-08T10:38:09.707+07:00Biografi dari KH Dimyathi Syafi'ie Banyuwangi<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh1UOxsurf5tXrxkMU98qCK8va4NT8qzpUabjz9EP5y_6wPuFlzjJVTw53X7NnD_ghl12sOr0kz15MM0w2Rq3J-oQ254Xi8kzxJoLmXV-7zOs4zAj1goxXw4fz0i8G6N60YE2nKHhCQ16u2uFRlLwOGmOJdYcCiEtPaqT4EsMvYIvywIou1a-lTb9LyBw=s333" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="KH Dimyathi Syafiir Banyuwangi" border="0" data-original-height="333" data-original-width="250" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh1UOxsurf5tXrxkMU98qCK8va4NT8qzpUabjz9EP5y_6wPuFlzjJVTw53X7NnD_ghl12sOr0kz15MM0w2Rq3J-oQ254Xi8kzxJoLmXV-7zOs4zAj1goxXw4fz0i8G6N60YE2nKHhCQ16u2uFRlLwOGmOJdYcCiEtPaqT4EsMvYIvywIou1a-lTb9LyBw=w240-h320" width="240" /></a></div><br /><p>Mengenal para ulama bisa dengan cara membaca biografinya. Berikut ini adalah sedikit <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/11/biografi-dari-kh-dimyathi-syafiie.html">kisah KH Dimyathi Syafi'ie Banyuwangi</a>.<br /></p><p>Pada zaman-zaman perjuangan merebut kemerdekaan, banyak sekali korban
yang harus dipertaruhkan oleh bangsa Indonesia. Tak terhitung lagi
korban yang telah dipersembahkan demi sebuah kemerdekaan. Bukan sekedar
harta dan nyawa, namun juga perasaan terhinakan karena terus
dikejar-kejar dan terusir dari kampung halaman. Namun tentu saja banyak
sekali para pahlawan yang justru memanfaatkannya untuk berjuang di dua
ranah, yakni perjuangan fisik dengan mengangkat senjata dan perjuangan
dakwah dengan mendidik generasi penerus bangsa.</p>
<p>Salah satu di antara sekian banyak para pahlawan bangsa yang berjuang
di dalam dua medan perjuangan sekaligus ini adalah KH Dimyati
Banyuwangi. Seorang ulama kharismatik yang telah memiliki banyak jasa
bagi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Beliau adalah
salah satu di antara para ulama Nahdlatul Ulama dengan andil besar dalam
perjuangan fisik yang berpuncak pada meletusnya Resolusi Jihad
Nahdlatul Ulama.</p>
<p>Salah satu bentuk sumbangsih nyata bagi perjuangan fisik merebut
kemerdekaan adalah fatwa Beliau yang berbunyi, “seluruh santri santri di
daerah Banyuwangi selatan (kawasan Blambangan lama) wajib masuk
Hizbullah.” Fatwa ini memiliki konsekwensi yang cukup besar bagi
santri-santri di kawasan Banyuwangi selatan. Dengan adanya fatwa ini,
para santri memiliki tugas ganda. Pada malam hari mereka harus
mengendap-endap untuk menyerang pos-pos keamanan tentara Belanda dan
Jepang.</p>
<p>Sementara pagi harinya mereka kembali memeluk kitab-kitab yang berisi
ajaran-ajaran agama. Walhasil sebenarnya mereka belajar di atas
timbunan amunisi dan mesiu hasil rampasan dari tentara penjajah. Memang
secara struktural, KH Dimyati adalah Komandan Hizbullah (laskar pejuang
yang berafiliasi ke NU) untuk wilayah Blambangan selatan.</p>
<p>Kegiatan ganda semacam ini di jalani oleh KH Dimyati bersama dengan
santri-santrinya di Pondok Pesantren Nahdlatut Thullab. Bukan tanpa
resiko, selain menantang bahaya pada malam hari, mereka juga selalu
diintai bahaya pada keesokan hari ketika mereka sedang mengaji.
Banyaknya intel penjajah yang berkeliaran membuat keselamatan mereka
selalu dipertaruhkan setiap saat.</p>
<p>Selain mengasuh Pondok Pesantren Nahdlatut Thullab, KH Dimyati juga
dipercaya sebagai Rois Suriyah I Nahdlatul Ulama cabang Blambangan (saat
itu Banyuwangi selatan). Sementara pada waktu tersebut Pengurus
Tanfidiyah dipercayakan kepada K Syuja’i. Keduanya, bersama para ulama
lain, bahu membahu memimpin penduduk di sana untuk melawan penjajahan.
Baik secara fisik maupun melawan terhadap segala dampak buruk penindasan
Belanda dan Jepang, termasuk kebudayaan negatif yang dibawa oleh setiap
pemerintah penjajah.</p>
<p>Keadaan ini berlangsung terus hingga masa-masa setelah kemerdekaan.
Dalam mempertahankan kemerdekaan, para santri terus melakukan
penyerangan-penyerangan terhadap pos-pos tentara Belanda pada malam
hari. Maka benar saja, lama kelamaan perlawanan mereka pun tercium oleh
Belanda. Sehingga pondok pesantren yang dipimpinnya pun digerebek oleh
tentara Belanda.</p>
<p>Seluruh bangunan dibakar, termasuk bangunan pesantren dan tempat
tingaal KH Dimyati diratakan dengan tanah oleh Belanda. Seluruh
kitab-kitab Beliau sebanyak dua lemari besar pun habis di makan api.
Karena di bawah bangunan pesantren banyak tertanam amunisi dan mesiu
hasil rampasan para santri ketika bergerilya malam hari, maka akibat
pembakaran semakin menjadi-jadi. Mesiu-mesiu ini mengakibatkkan api yang
melalap gedung pesantren semakin menyala menjadi-jadi dan menimbulkan
ledakan-ledakan hebat.</p>
<p>Meski para santri telah diperintahkan menyingkir dan berpencar, salah
seorang santri bernama Muhammad Fadlan tertembak dan gugur pada
penyerangan Belanda tersebut. Muhammad Fadlan kemudian dikuburkan
sebagai syuhada dan dipindahkan ke Makam Pahlawan Banyuwangi pada tahun
1962.</p>
<p>Sementara KH Dimyati ditangkap oleh Belanda dan ditahan selama 27
bulan hingga pertengahan tahun 1949. Komandan Hizbullah Blambangan
selatan ini sebenarnya sudah hampir dieksekusi oleh Belanda. Namun
menurut beberapa cerita, ketika menjelang hari-hari eksekusi,
dokumen-dokumen pidananya oleh Belanda ternyata hilang dan tidak pernah
ditemukan lagi. Sehingga eksekusi tidak pernah benar-benar dilaksanakan,
sampai waktunya ia dibebaskan karena kekalahan-kelahan Belanda di
Indonesia.</p>
<h3 style="text-align: left;">Lahan untuk para Santri</h3>
<p>Setelah keluar dari tahanan Belanda dan bangsa Indonesia kembali
menata kehidupannya dengan merdeka, maka KH Dimyati kembali membangun
pesantrennya.</p>
<p>Pada tahun 1950 KH Dimyati mengumpulkan para tokoh agama di wilayah
Banyuwangi selatan, dan pada tahun 1951 beliau secara resmi mengasuh
Pesantren Nahdlatut Thullab kembali.</p>
<p>Pada tahun 1957 Beliau dan keluarganya mendirikan Yayasan Nahdlatut
Thullab. Beberapa saudara-saudara dan relasi keluarga KH Dimyati
kemudian mengajukan permohonan kepada Presiden Soekarno di Jakarta.
Rupanya pengajuan ini berhasil dan mendapatkan dana yang cukup untuk
membangun kembali kompleks pesantren yang telah dibumihanguskan Belanda
tersebut.</p>
<p>Dana dari Presiden Soekarno ini rupanya diirit-irit oleh panitia
pembangunan, sehingga memiliki sisa yang cukup untuk dibelikan sawah
seluas 5 hektare yang kemudian dikelola oleh para santri untuk menunjang
kehidupan mereka selama mondok di Pesantren Nahdlatut Thullab.</p>
<p>Metode penggarapan sawah oleh santri ini merupakan perluasan manfaat
yang didapatkan oleh KH Dimyati dari pengalamannya selama Beliau
menuntut ilmu di berbagai pesantren di Jawa Timur.</p>
<p>Menurut ceritanya, dahulu sewaktu KH Dimyati menginjak masa-masa
remaja, ia ingin menuntut ilmu ke luar dari wilayah Blambangan
(Banyuwangi). Maka, ia pun mengutarakan maksudnya ini kepada ibundanya.
Namun sang ibu menyatakan bahwa keluarganya sedang tidak memiliki bekal
yang cukup untuk membiayai keinginannya. Keluarga di Banyuwangi hanya
memiliki tanah persawahan yang tidak dapat diharapkan banyak karena
sulitnya zaman akibat penjajahan.</p>
<p>Namun Dimyati nampaknya telah teguh dengan keinginannya. Ia
menginginkan untuk menjual sawah yang menjadi bagain warisannya kelak
ketika dewasa. Kendati terheran-heran dan ham[ir tak percaya, Ibunya pun
kemudian menyangupi ketika melihat tekad bulat anaknya ini. Ibunya
lebih heran lagi ketika melihat bahwa semua uang hasil penjualan sawah
satu satu hektar bagiannya, ternyata seluruhnya dibelikan kitab. Saking
herannya ibunya bahkan sempat mengatakan, ”Makan tuh kitab.”</p>
<p>Walhasil Dimyati pun segera meninggalkan rumahnya untuk modok ke
Pesantren Termas, di Pacitan. Karena seluruh uangnya telah dibelikan
kitab, maka ia hanya dibekali oleh ibunya dengan sekarung
cengkaruk/karak campur jagung. Bahan makanan ini berupa bahan yang
menunjukkan betapa sebenarnya keluarga Dimyati di banyuwangi juga
sama-sama susah akibat penjajahan Belanda.</p>
<p>Namun rupanya dengan bekal hanya sekarung cengkaruk ini, Dimyati
mampu bertahan hingga tiga tahun di Pesantren Termas. Rupanya ia
bertahan di Termas dengan cara bekerja ke sawah untuk mencukupi
kebutuhannya selama mondok. Karenanya KH Dimyati kemudian menerapkan
metode ini di pesantrennya yang telah ia bangun kembali.</p>
<p>Selama mondok Dimyati memang terkenal sebagai santri yang tekun,
konon ia adalah santri kesayangan sang pengasuh Pesantren Termas. Pada
saat itu pondok Termas berada di bawah bimbingan KH. Hafidz Dimyati.
Karena saking sayangnya, di sinilah Dimyati berganti namanya menjadi
Dimyati, nama yang digunakannya hingga akhir hayatnya. Sebelumnya, nama
lahirnya adalah Muhibbut Thobari. Maka setelah boyongan dari Pesantren
Termas, ia pun menggunakan nama Dimyati. Sementara nama lahirnya,
Muhibbut Thobari, tak lagi digunakan.</p>
<p>Dalam pandangan KH Dimyati, para santri sah-sah saja bekerja selama
menimba ilmu di pesantren, karena justru akan membantu mereka untuk
mandiri sejak dini dan tidak membebani orang tua di rumah. Pesantren
dapat menyediakan lahan yang digunakan oleh para santri untuk bercocok
tanam atau membuka usaha, asalkan tidak mengesampingkan tugas utamanya,
yaitu belajar ilmu agama. Dengan demikian para santri dapat menopang
sendiri hidupnya, sehingga tidak perlu dikirim oleh orangtua dari rumah.</p>
<p>Begitulah yang dijalaninya selama mengaji di tiga pesantren, yakni
Pesantren Termas Pacitan, Pesantren Cemoro di bawah asuhan KH Abdullah
Fakih dan Pesantren Idham Sari, Genteng di bawah bimbingan KH Abdullah
Syuja’. Kedua pesantren yang terakhir berada di wilayah Banyuwangi
sendiri.</p>
<p>Maka demikian pun ia mempraktekkan ilmunya ketika telah mengasuh
pesantren. Para santri di Nahdlatut Thullab tidak harus membawa bekal
atau dibekali oleh orang tuanya dari rumah. Asalkan santrinya bekerja
keras tentu dapat menopang kehidupan dan membiayai pendidikannya selama
di pesantren. Karenanya, dana pembangunan pesantren yang dari Presiden
Soekarno disisakan untuk membeli lahan, agar para santri tidak membebani
orang tua masing-masing.</p>
<p>Kenyataan ini adalah yang sebenarnya, karena entah kebetulan atau
tidak, jumlah santrinya tidak pernah lebih dari kapasitas lahan yang
tersedia untuk menopang kehidupan dan kebutuhan belajar mereka. Sehingga
KH Dimyati dapat benar-benar mendidik mereka dengan seksama, termasuk
ketika harus membina mereka sebagai laskar Hizbullah pada kegelapan
malam. Mengendap-endap dan menyergap musuh, untuk merangkul kitab kuning
pagi harinya di pesantren.</p>
<h3 style="text-align: left;">Berjalan Kaki ke Uzbekistan</h3>
<p>Dari KH Musthofa Bisri dalam pertemuannya dengan Kiai Hambali,
Pemalang menceritakan sebagai berikut: “Alhamdulillah, kemarin, di
Warung Asem Pekalongan ketemu kiai sepuh yang benar-benar sepuh, Kiai
Hambali (118 tahun!) dari Pemalang. Beliau cerita banyak dari ceritanya
itu, di samping menunjukkan bahwa ingatannya masih kuat, beliau juga
terus mengikuti perkembangan zaman.</p>
<p>Beliau misalnya cerita saat mondok ke pesantren tua TERMAS dan
bertemu Allah yarham KH. Dimyathi. Dalam bahasa Pekalongan yang medok,
beliau menceritakan waktu pertama kali datang di Termas ditanya Kiai
Dimyathi, “Naik apa dari Pemalang?” beliau menjawab, “Jalan kaki.” |
“Berapa lama?” | “16 hari” | “Ah, masih lama aku,” kata Kiai Dimyathi;
“Ketika aku mencari ilmu ke Uzbekistan, jalan kaki sampai 2 tahun.”
Beliau mondok Termas mulai tahun 1912 hingga tahun 1922. Kemuidan ke
Mataram, Lombok Barat dg berjalan kaki 26 hari. Ngaji ke Kiai Hasan
Hariri. Beliau juga cerita tentang Kiai Abdul Manan bin Kiai Dzulkifli
Weleri yang merobohkan pohon dengan diameter 5 meter dari alas Roban dan
memotongnya 4 bagian. 2 di antaranya diperuntukkan Kiai Dimyathi, untuk
soko guru mesjid Termas dan Kiai Saleh Darat, dibuat bedug.</p>
<p>Beliau sempat mengritik kiai-kiai yang ikutan menjadi tim sukses di
pemilihan umum, pilpres maupun pilkada; tentang adanya ‘haji hadiah’
dari pemerintah; sampai dengan bicara soal kekayaan Indonesia, termasuk
produksi emas Freeport, yang kemanfaatannya tidak kembali kepada
rakyat.”</p>
<h3 style="text-align: left;">Sorogan Tak-langsung dan Pendidikan Bilfi’li</h3>
<p>Dalam sistem pendidikan di pesantrennya, KH Dimyati mengandalkan
lebih mengandalkan sistem sorogan. Sistem ini menjadikan
santri-santrinya menyimak dengan seksama. Karena sorogan yang dipakai
oleh KH Dimyati adalah “sorogan tak langsung”. Artinya para santri
mengulangi membaca kitab yang telah dibaca oleh sang kyai beberapa hari
sebelumnya. Jadi para santri secara otomatis akan mendengarkan dengan
seksama ketika sang kyai sedang membacakan, karena mereka harus
mengulanginya secara terjadwal.</p>
<p>Sementara cara lain yang digunakan oleh KH Dimyati di Pesantrennya
adalah metode bandongan. Dalam mekanisme bandongan sang kyai bebas
menerangkan agar para santri mengerti maksud-maksud tersirat dari
teks-teks kitab yang sedang dipelajari. Cara ini lazim digunakan di
madrasah-madrasah Blambangan selatan sebagaimana juga
pesantren-pesantren Nusantara lainnya.</p>
<p>Selama mengasuh pesantren, selain terlibat dalam perjuangan fisik
secara langsung di malam hari, KH Dimyati juga sempat membuat karangan
tentang akhlak (karakter) yang semestinya dimiliki oleh para remaja
Islam. Karangan ini berbentuk nadzam (semacam pantun dalam bahasa Arab,
yang menggunakan susunan rima ab ab. Nadzam karangan KH Dimyati ini
berjudul Muidzotus Syibyan (Nasehat untuk para Remaja).</p>
<p>Pesantren Nahdlatut Thullab sendiri sangat mengutamakan penguasaan
ilmu alat, nahwu dan shorof. Meski tentu saja kitab2 tafsir juga menjadi
kajian utama para santrinya. Menurut beberapa santri yang sempat
menimba ilmu kapada KH Dimyati, kehebatan Pesantren Nahdlatut Thullab
adalah dalam pengembangan aqoid 50-nya. Melalui pembinaan Aqoid 50 ini
para santri yang telah boyongan dapat memberikan solusi untuk
masalah-masalah ketuhanan kepada masyarakat di daerah alumni itu
sendiri.</p>
<p>Beberapa santri bahkan menyatakan ilmu-ilmu tersebut dapat mereka
kuasai secara ”ladunni”. Artinya, dulu ketika diajar langsung terkadang
mereka tidak memahami pelajaran saat itu juga, namun setelah kelaur dan
mengabdi untuk masyarakat, mereka tiba-tiba teringat dan mengerti maksud
penjelasan KH Dimyati sewaktu di pesantren dahulu.</p>
<p>Metodenya pembelajaran KH Dimyati sebenarnya sangat sederhana sekali.
Namun karena keyakinan tinggi dari para santrinya, maka mereka
mendapatkan semacam pencerahan. Hal pertama yang ditancapkan kepada para
santri adalah Al-Qur’an. Para santri diwajibkan senantiasa mendawamkan
membaca Al-Qur’an di sepanjang hari, di setiap aktifitas mereka.
Kemudian barulah didoktrin dengan Aqoid 50 dan baru belajar nahwu shorof
serta ilmu-ilmu lainnya.</p>
<p>Hal penting lain yang diajarkan KH Dimyati adalah pendidikan
bilhal/bifi’li. Yakni pendidikan praktek langsung, bukan hanya teori. KH
Dimyati terkenal suka mengajak para santrinya untuk bersilaturrahim.
Hal ini adalah salah satu aspek pendidikan yang terus tertanam di hati
para santrinya sepanjang hidup mereka.</p>
<p>Beberapa santri bahkan menyatakan, sifat kewiraan KH. Dimyati banyak
menitis/menurun kepada anak didiknya. Mereka sering didatangi oleh KH
Dimyati jika malakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran KH
Dimyati. Jika mereka mengalami hambatan atau kendala dalam kehidupan,
kemudian bertawassul kepada KH Dimyati, maka biasanya mereka kemudian
segera menemukan solusi dari permasalahan mereka.</p>
<p>”Semasa masih di pondok, para santri seakan tidak merasakan
keistimewaan menimba ilmu kepada KH Dimyati, namun setelah mereka
kembali pulang ke daerahnya masing-masing, barulah mereka mengerti
keistimewaan tinggal di pondok ini. Kebanyakan para santri baru
menyadari manfaat menimba ilmu pesantren Nahdlatut Thullab, Kaliogoro
Kepundungan Srono Banyuwangi, ini setelah berdakwah di rumah,” demikian
diungkapkan KH Syaifullah Ali Subagiono, Pengasuh Pondok Pesantren
al-Hikmah, Ketapang Banyuwangi.</p>
<h3 style="text-align: left;">Berbagi Relasi untuk para Santri</h3>
<p>Menurut Subagiono, KH Dimyati benar-benar menjadikan hidupnya sebagai
pengabdian sepenuhnya kepada sesama, termasuk kepada orang-orang dari
tanah kelahirannya, Yogyakarta. Di manapun para alumni berada, biasanya
mereka mendapatkan solusi terkait relasi yang ditunjukkan oleh KH
Dimyati. Hal ini dikarenakan KH Dimyati yang berasal dari keluarga
Yogyakarta memang memiliki banyak relasi di Jakarta, Yogyakarta dan
daerah-daerah lain.</p>
<p>Luasnya jaringan relasi di kalangan para pemimpin bangsa, dibuktikan
oleh kunjungan berkala dari ketiga menteri agama Republik Indoensia
yangd ari NU, yakni KH A. Wahid Hasyim, KH Syaifuddin Zuhri dan KH Ahmad
Dahlan, termasuk KH Ahmad Syaikhu. Meski sudah menjadi pejabat negara
di tingkat pusat, namun tamu-tamu ini tetap bersikap santai di
pesantren. Mereka biasa tiduran dan bercengkerama dengan santri di
pendopo pesantren.</p>
<p>Terpenting KH Dimyati selalu menanamkan jiwa ke-NU-an di hati anak
didiknya. Beliau menyatakan ingin hidup sebagai orang NU dan kelak jika
meninggal pun sebagai orang NU. KH Dimyati mengabdikan seluruh hidupnya
untuk kemajuan NU. Sementara untuk urusan anak-anaknya, ia menyatakan,
toh mereka bisa mencari hidup sendiri-sendiri.</p><p>
Tokoh Kharismatik dari Blambangan selatan ini, terlahir pada tahun
1912 dan dibawa pindah ke kawasan Blambangan selatan oleh keluarganya,
yang berasal dari Wonokromo Yogyakarta, sekitar tahun 1915-an dan
boyongan dari pesantren untuk mendirikan pesantren dan berdakwah di
daerah Blambangan selatan pada tahun 1936. pada tahun 1959 setelah usai
merampungkan pembangunan gedung pesantrennya dan menyediakan cukup lahan
untuk para santrinya menopang kehidupan dan biaya belajar selama di
sana, KH Dimyati berangkat menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Namun di
sanalah rupanya Beliau datang untuk menghadap kepada Rabb-nya pada usia
47 tahun. Sebuah pemakaman tanpa penghormatan militer, meskipun Beliau
selalu berada di garis terdepan dalam pertempuran melawan
tentara-tentara Belanda. Selamat jalan Komandan Hizbullah Blambangan
selatan. Semoga generasi masa kini dapat meneruskan perjuanganmu
mengusir imperialisme dari bumi Nusantara.</p><p> </p><p>Baca kisah para ulama lainnya:</p><p> <br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-82146258572197848112021-10-24T16:18:00.001+07:002021-10-24T16:18:00.173+07:00Mengajari Anak Bersedekah Lewat Cerita Islami<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgNlYapDYBozeCd6G-hMxnlDGqzUjCZp_o_zRCS3boXVu66_6iJ970_LHN5LcTY9OorA7mafF_cXisV1LzIggFrcrwd5G0Vpl59vlyyZHVC_SOV0ZeXhwW5aHkY_B8oVnIKmk8but8GnjStqgn8D_xdXsXIpLbV0BcTDn03ljNDNzqGPVz3otGygaalYA=s640" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="kisah islami" border="0" data-original-height="426" data-original-width="640" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgNlYapDYBozeCd6G-hMxnlDGqzUjCZp_o_zRCS3boXVu66_6iJ970_LHN5LcTY9OorA7mafF_cXisV1LzIggFrcrwd5G0Vpl59vlyyZHVC_SOV0ZeXhwW5aHkY_B8oVnIKmk8but8GnjStqgn8D_xdXsXIpLbV0BcTDn03ljNDNzqGPVz3otGygaalYA=w400-h266" width="400" /></a></div><p></p><p>Salah satu metode yang tingkat keberhasilannya tinggi dalam mengajari anak adalah lewat bercerita. Anda ingin mengenalkan anak dengan sedekah? Berikut adalah artikel mengenai <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/10/mengajari-anak-bersedekah-lewat-cerita.html">Mengajari Anak Bersedekah Lewat Cerita Islami</a>.<br /></p><p>Menanamkan kebiasaan bersedekah pada anak usia dini memang bukan hal yang mudah, tetapi Anda dapat membiasakan karakter baik ini dengan membacakan cerita anak Islami yang berhubungan dengan sedekah. Cerita-cerita tersebut dapat Anda peroleh dari buku cerita anak, atau bahkan Anda unduh secara gratis di internet. Seperti contohnya cerita berikut ini.<br /><br /><b>Cerita anak Islami dan Pahala dari sebuah sedekah</b> </p><p>Alkisah pada jaman dahulu ada seorang saudagar yang didatangi oleh pengemis. Si pengemis berkata bahwa ia meminta sedekah bagi anak istrinya berupa 10 potong roti, 5 potong daging, dan uang 2 dirham. Saudagar itu mengatakan agar pengemis datang pada waktu setelah dhuhur dan pengemis pun datang untuk menagih janji setelah waktu dhuhur. Ternyata si Saudagar kembali berdalih dan meminta pengemis untuk datang di waktu setelah asar, dan sudah dapat ditebak bahwa setelah waktu asar tiba, saudagar pun tidak memberikan apa-apa kepada pengemis.<br /><br />Dengan hati kecewa pengemis pun pulang dan dalam perjalanan ia bertemu dengan orang lain. Dengan mengiba, pengemis meminta sedekah kepada orang ini dan mengatakan bahwa keluarganya membutuhkan makanan pada hari itu. Tanpa berpikir panjang orang tersebut segera memenuhi kebutuhan pengemis. Dengan hati girang pengemis pun pulang kepada keluarganya.<br /><br />Cerita anak Islami ini berlanjut dengan mimpi si Saudagar. Dalam mimpinya pada malam itu ia melihat sebuah istana yang terbuat dari emas, permata, dan batu-batuan berharga. Dalam mimpinya ia mendengar sebuah suara bahwa seandainya ia memenuhi permintaan pengemis yang datang ke rumahnya siang tadi maka istana tersebut akan menjadi milikny, tetapi sekarang justru menjadi milik orang lain. Menyesallah si Saudagar yang menahan hartanya untuk membantu saudaranya sehingga ia urung mendapatkan pahala dari sedekah kepada pengemis itu. <br /><br /><b>Membacakan cerita anak islami kepada Si kecil<br /></b><br />Setelah membacakan cerita anak Islami itu, Anda dapat menyisipkan nasehat bahwa sebagai umat muslim kita tidak boleh menumpuk-numpuk harta melainkan harus mau berbagi dengan orang lain terutama orang yang membutuhkan. Sebagai wujud nyata bersedekah, ajaklah si Kecil ke panti asuhan atau lembaga sosial lain dan memberi bingkisan kepada mereka. Jadi, cerita anak islami bukanlah sekedar teman menjelang tidur bagi anak; namun, ada makna-makna positif yang bisa anda disisipkan untuk membentuk karakter anak.</p><p>Itulah tadi artikel tentang <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/10/mengajari-anak-bersedekah-lewat-cerita.html">mengajari anak akan kelebihan sedekah</a>. Walaupun singkat, diharapkan artikel ini dapat menginspirasi orang tua dalam mendidik anaknya secara Islam.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Baca juga: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/10/doa-ziarah-kubur-dan-terjemahan-serta.html">Hendak ziarah kubur? Ini doanya.</a><br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-56234668291354658082021-10-22T16:07:00.004+07:002021-10-22T16:24:07.731+07:00Doa Ziarah Kubur dan Terjemahan serta Tata Caranya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgVn-RV9VS6b7o6qv-gOarThiraRaGjVmozoPzKSV4qraizjLuuzCwjvLq_l2dYOTOsubwzLcBk2XvNTcbnBcCAxR7rWvvwG6JflVL8HN3WLM_kN8FD79KCDzB7NxKvG39-oFIz82jBypHBGy6XB8x8ymFAMWiCyHTAH-FrwSTpnUoLC4AElSpNSZRJVQ=s960" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="doa ziarah kubur" border="0" data-original-height="960" data-original-width="640" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgVn-RV9VS6b7o6qv-gOarThiraRaGjVmozoPzKSV4qraizjLuuzCwjvLq_l2dYOTOsubwzLcBk2XvNTcbnBcCAxR7rWvvwG6JflVL8HN3WLM_kN8FD79KCDzB7NxKvG39-oFIz82jBypHBGy6XB8x8ymFAMWiCyHTAH-FrwSTpnUoLC4AElSpNSZRJVQ=w266-h400" title="ziarah kubur" width="266" /></a></div><p>Ziarah kubur sangat dianjurkan di dalam ajaran Islam. Selain untuk mendoakan mereka yang sudah meninggal, ziarah kubur juga dapat membuat kita lebih ingat akan pastinya datangnya kematian. Di bawah ini adalah artikel yang berjudul <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/10/doa-ziarah-kubur-dan-terjemahan-serta.html">Doa Ziarah Kubur dan Terjemahan serta Tata Caranya</a>.<br /></p><p>Berikut doa ziarah kubur lengkap dengan bacaan latin beserta terjemahnya. Perhatikan pula tata cara ziarah kubur dalam penjelasan di bawah ini.<br /><br />Melakukan ziarah kubur adalah ajaran Sunnah yang diajarkan oleh agama Islam sebagai bentuk refleksi diri seorang Muslim. Ziarah kubur sendiri sudah menjadi budaya di Indonesia dari zaman nenek moyang kita.<br /><br />Umumnya ziarah kubur dilakukan pada momen-momen tertentu, seperti saat awal puasa maupun menjelang lebaran. Sedangkan di luar dari itu waktu yang tepat untuk melakukan ziarah kubur adalah pada hari Kamis setelah ashar maupun hari Jumat. Karena pada dasarnya menurut kepercayaan Islam hari Jumat adalah hari yang paling baik di antara hari baik lainnya.<br /><br /><b>Doa Ziarah Kubur</b><br /><br /><i>A'udzubillahi minasyaithoonir rojim. Bismillahirrohmannirrohim. Alhamdullilahi robbil 'alamin, hamdan syakiriin, hamdannaa'imiin, hamdan yuwaafiini'amahu wayukaafii mazidah, yaa robbanaa lakal hamdu kamaa yanbaghi lijalali wajhika wa'adzimi sultonik, allohumma shoolli wasalim 'ala sayyidina muhammad wa'ala alii sayyidina muhammad.<br /><br />Alloh humma taqobal wa ausil sawaaaba maa qoro, nahu minal qur'anil 'adzim, wa maa halalna wa maa sabahna wamastaghfarnaa wamaa sholaina 'atsayyidina muhammad sollallohu'alaihi wasallam, hadiyatan wasilatan, warohmatan najilatan wa barokatan samilatan ilaa hadoroti habibina wasafi'ina waquroti a'ayuninaa sayyidina wamaulanaa muhammadin sollallohu 'alaihi wa sallam, wa ila jami'ii ikhwanihi minal anbiyaai walmursaliina wal auliyaai, wassuhadai, wassolihina, wassohabati wattabi'ina wal'ulamail 'alimina wal mushonnafiinal mukhlisiina wa jami'il mujaa-hidiina fi sabilillahi robbil 'alaminn, wal malaikatil muqorrobina khusushan ila sayyidina syaih abdul qodir zailanii.<br /><br />Summa ilaa jami'i ahlil qubur, minal muslimiina wal muslimati, wal mu miniina wal mu minaati, min masaarikil ardhi ila magooribiha barriha wabahriha khusushan ila aabaaina wa ummahaa tiinaa, wa ajdaadina, wanakhussu khusushan manijtam'anaa hahunaa bisababihi waliajlihi.</i><br /><br />Artinya:<br />Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah penguasa alam semesta, sebagaimana orang-orang yang bersyukur dan orang-orang yang mendapat banyak kenikmatan memuji-Nya. Dengan pujian yang sepadan dan nikmat-Nya dan memungkinkan pertambahannya. Wahai Tuhan kami, pujian hanyalah untuk-Mu, sebagaimana yang layak akan kemuliaan Dzat-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu. Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada Nabi Muhammad junjungan kami dan kepada keluarga beliau.<br /><br />Ya Allah, terimalah dan sampaikanlah pahala Alquran yang kami baca, tahlil kami, tasbih kami, istighfar kami dan shalawat kami kepada Nabi Muhammad SAW sebagai hadiah yang menjadi penyambung, sebagai rahmat yang turun dan sebagai berkah yang menyebar kepada kekasih kami, penolong kami dan buah hati kami, pemuka dan pemimpin kami, yaitu Nabi Muhammad SAW, juga kepada seluruh kawan-kawan beliau dari kalangan para Nabi dan Rasul, para wali, para syuhada', orang-orang shalih, para sahabat, para tabi'in, para ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas dan orang-orang yang berjihad di jalan Allah Tuhan semesta alam, serta para malaikat yang selalu beribadah, khususnya ditujukan kepada Syekh Abdul Qadir Jailani.<br /><br /><b>Tata Cara Melakukan Ziarah Kubur</b><br /><br />Karena melakukan ziarah kubur hukumnya Sunnah, berikut adalah urutan tata cara melakukan ziarah kubur menurut Sunnah:<br /></p><ul style="text-align: left;"><li> Diutamakan berwudhu</li><li> Mengucap salam kepada ahli kubur</li><li> Memanjatkan doa kepada Almarhum</li><li> Membaca ayat-ayat pendek Al-Quran</li><li> Jangan menginjak bagian atas kuburan</li><li> Jangan bertindak berlebihan<br /></li></ul><p>Demikian tadi <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/10/doa-ziarah-kubur-dan-terjemahan-serta.html">Doa Ziarah Kubur dan Terjemahan serta Tata Caranya</a>. Semoga dapat menambah pengetahuan kita bersama.<br /></p><p><br />Baca juga: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/10/panduan-memberikan-nama-anak-dalam-islam.html">Cara kasih nama anak</a><br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-1693313271919786582021-10-12T15:06:00.004+07:002021-10-12T15:06:40.470+07:00Panduan Memberikan Nama Anak Dalam Islam<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgdnMZ_cD60pc8sd4wGwXktJfg5RtA12iRC5G73y5byzIzwfctTyNYvGcKJxfcr53qdFlc4_dQrI-n2YmDGfkAN2JDFjTlIxiZGoVJxXXXHM804pfp0K-X1ymI6Bv-TA_qW6CQfJHQ-kJ8lzl0Lyz8Ft1A6MixRAaJpZcYmfVKOyOjKsk6Hpvd7_F1s0Q=s1280" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="nama anak yang baik dan islami" border="0" data-original-height="960" data-original-width="1280" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgdnMZ_cD60pc8sd4wGwXktJfg5RtA12iRC5G73y5byzIzwfctTyNYvGcKJxfcr53qdFlc4_dQrI-n2YmDGfkAN2JDFjTlIxiZGoVJxXXXHM804pfp0K-X1ymI6Bv-TA_qW6CQfJHQ-kJ8lzl0Lyz8Ft1A6MixRAaJpZcYmfVKOyOjKsk6Hpvd7_F1s0Q=w400-h300" title="nama islami" width="400" /></a></div><br /><p></p><p><a href="https://jejarikami.blogspot.com">Jejarikami</a> - Anak merupakan karunia yang luar biasa yang diberikan Allah kepada suami istri sebagai titipan dan pelanggeng keturunan. Sudah menjadi bagian insting dasar manusia untuk memiliki keturunan.<br /></p><p>Sudah menjadi suatu kelaziman,suami-istri bermusyawarah untuk menyepakati nama yang diinginkan kalau anak mereka kelak lahir laki-laki atau perempuan. Bahkan, kadangkala kesepakatan mereka dimusyawarahkan lagi dengan kedua orang tua mereka untuk memperoleh restu.<br /><br />Sebenarnya menyepakati nama yang baik oleh suami-istri tidak sulit, tetapi yang kadang terjadi ialah adanya ke-tidaksepakatan sehingga sampai bayi lahir, mereka belum menetapkan satu nama yang disetujui bersama. Karena itu, terkadang si anak bernama ganda, masing-masing dari pemberian suami dan istri. Kalau terhadap hal yang demikian maka ayahlah yang berhak menetapkan nama.<br /></p><h3 style="text-align: left;">Pemberian nama yang baik adalah hak anak<br /></h3><p>Seorang anak berhak memperoleh nama yang baik dari orang tuanya. Seorang sahabat datang kepada Rasulullah saw. dengan menggandeng anaknya. Dia bertanya,”Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini atasku?”Rasulullah saw. menjawab, ”Membaguskan namanya, memperbaiki adabnya (sopan santun), dan menempat-kannya pada kedudukan (posisi) yang baik (fisik dan spiritual).” (HR ath-Thusi)<br /><br />Para fuqaha berpendapat, bila anak sudah dewasa dan menyadari bahwa nama yang disandangnya sebagai pemberian kedua orang tuanya menurut anggapannya nama tersebut buruk dan bertentangan dengan tuntunan ajaran agama, maka anak tersebut berhak mengganti namanya dengan nama lain yang dianggapnya baik, islami, dan sesuai dengan tuntunan serta ajaran Rasulullah saw..<br /></p><h3 style="text-align: left;">Kaitan Nama dengan sifat orang tuanya<br /></h3><p>Suatu pertanyaan yang sulit dijawab dan dibuktikan secara ilmiah dan kenyataan, yaitu tentang kaitan nama dengan sifat orang yang menyandang nama tersebut.Al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah berpendapat bahwa antara nama dengan sifat orangnya, ada kaitan dalam makna dan hikmah.<br /><br />Setidak-tidaknya, nama dapat me-nimbulkan sugesti (pengaruh yang dapat menggerakkan hati) dan sifat optimisme (memberi harapan yang baik).Ketika Rasulullah saw. bertemu ketua tim perunding dalam perjanjian damai Hudaibiyah (Sulhul Hudaibiyyah), Suhail (yang berarti mudah), maka Rasulullah merasa optimis bahwa persetujuan itu akan tercapai.Meskipun demikian, adanya keterkaitan antara nama dengan sifat orangnya tidak dapat dibuktikan secara ilmiah maupun dengan data yang nyata dan akurat. Ada kalanya, orang yang bernama Muhammad Saleh ternyata seorang penjahat yang ulung.<br /><br />Seorang wanita yang bernama Nur (cahaya) atau Jamilah (cantik) ternyata se-baliknya.Rasulullah saw. pernah menyuruh mengganti nama-nama orang seperti: Syararah (percikan api), Harb (perang), dan Waadi al-Maut (lembah kematian).Rasulullah juga pernah mengganti nama istrinya, Barrah binti al-Harits menjadi Maimunah binti al-Harits.Pada suatu hari tatkala Rasulullah saw. berjalan di-lembah antara dua bukit, beliau bertanya tentang nama kedua bukit tersebut. Dijawab oleh para sahabat, ”Bukit kecewa dan bukit aib.” Mendengar nama itu Rasulullah saw. kurang senang.<br /></p><h3 style="text-align: left;">Nama yang Islami<br /></h3><p>Keluarga muslim hendaknya mencarikan nama yang beridentitas muslim tetapi tidak jarang terjadi yang mereka temukan ialah nama-nama yang beridentitas nonmuslim, yang sulit dibaca serta berat didengar.<br /><br />Bahkan, ada yang berasal dari nama-nama hewan, nama-nama alam, dan kejadian yang seram-seram. Apalagi sekarang inibanyak orang tua menamakan anak dengan nama-nama bintang film dan penyanyi pop.<br /><br />Tidak ada halanganbila nama yang beridentitas muslim ditambah dengan yang beridentitas daerah atau suku.<br /></p><h3 style="text-align: left;">Anjuaran Rasulullah tentang pemberian nama yang baik<br /></h3><p>”Sesunggunya kamu kelak pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama-namamu dan nama-nama ayah-ayahmu, maka perindahlah namamu.” (HR Abu Daud dan Ibnu Hibban)<br /><br />”Muliakanlah anak-anakmu dan perbaguslah nama-nama mereka.” (HR Ibnu Majah)”Nama-nama yang paling disukai oleh Allah Ta’ala ialah Abdullah dan Abdurrahman.” (HR Muslim, Abu Daud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Umar r.a.)<br /><br />”Berilah (anak-anakmu) nama nabi-nabi.” (HR Abu Daud)<br /></p><h3 style="text-align: left;">Nama Rasulullah saw.<br /></h3><p>Rasulullah saw. bernama Muhammad yang berarti terpuji oleh mereka yang di langit dan di muka bumi. Ayah beliau bernama Abdullah yang berarti penyembah Allah, meskipun tokoh-tokoh Quraisy waktu itu bangga dengan nama penyembah berhala seperti Abdul Latta, Abdul Uzza, Ibu beliau bernama Aminah yang berarti ’jujur dan dapat dipercaya’. Sedangkan yang menyusui beliau ialah bernama Halimah as-Sa’diyah. Halimah artinya ’sabar, tenang, dan bijaksana’ sedangkan as-Sa’diyah adalah nama suku Bani Sa’ad yang lengkap dan sempurna, karena memang sesungguhnya yang paling didambakan oleh setiap mukmin dalam kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang terpuji, penyembah Allah dapat dipercaya (jujur), sabar, dan bijaksana, serta bahagia sejahtera.</p><p>Itulah tadi sedikit <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/10/panduan-memberikan-nama-anak-dalam-islam.html">Panduan Memberikan Nama Anak Dalam Islam</a>. Semoga menjadi manfaat.</p><p><br /></p><p>Baca juga: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/09/potensi-hawa-nafsu-dibalik-ibadah-sunah.html">Ada hawa nafsu di balik ibadah sunnah?</a><br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-78232839878821307842021-09-15T21:44:00.003+07:002021-09-15T21:44:51.000+07:00Potensi Hawa Nafsu dibalik Ibadah Sunah<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGnyCSU6rQXBG5GsSHh6J_agAS3vuxAYA0lQwAjxL8PQwbPBZLpQsjrM7Oc9CX68Ls-e4NrCvcpWv2KbuOmsuxC6kiWNCp8FYRWY3zqB_OFe6VVH8H2gOcbgxSVgzikosV2UKZKzBwIrh-/s640/pexels-pixabay-161153.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="islam" border="0" data-original-height="346" data-original-width="640" height="216" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGnyCSU6rQXBG5GsSHh6J_agAS3vuxAYA0lQwAjxL8PQwbPBZLpQsjrM7Oc9CX68Ls-e4NrCvcpWv2KbuOmsuxC6kiWNCp8FYRWY3zqB_OFe6VVH8H2gOcbgxSVgzikosV2UKZKzBwIrh-/w400-h216/pexels-pixabay-161153.jpg" width="400" /></a></div><p></p><p><br /></p><p>Setan dapat akan selalu mencoba untuk menggoda dan membuat manusia tergelincir ke dalam kubangan dosa. Cara-cara setan bisa berupa cara yang jelas atau bisa juga dengan cara yang lebut nan halus. Salah satu cara yang halus adalah lewat hawa nafsu dalam beribadah.<br /><br />Ibnu Athailah dalam kitabnya Al hikam menyatakan bahwa terlalu mengutamakan ibadah Sunnah adalah bentuk hawa nafsu<br /><br /><i>"Salah satu tanda seseorang menghamba hawa nafsu adalah kesegeraan dalam memenuhi panggilan kebaikan tambahan dan kelambatan dalam memenuhi panggilan kewajiban."<br /></i><br />Karena itu berhati hatilah karena itu mengapa gerak hati atau niat seseorang sangatlah penting dalam ibadah. Saat ini ibadah sunah atau tambahan menjadi hal yang sangat menarik untuk diutamakan ketimbang ibadah wajib. Pemicunya adalah ibadah sunah menawarkan ganjaran besar seperti puasa muharam dapat menghapuskan dosa setahun atau terkait langsung dengan kebutuhan nafsu seseorang misalnya dengan shalat dhuha dapat melancarkan rezeki misalnya.<br /><br />Banyak lagi contohnya seperti kewajiban haji hanyalah sekali seumur hidup namun kebanggan diri untuk berkali kali haji dan umrah kalau ditelusuri lebih jauh banyak gerak riya daripada niat karena Allah.<br /><br />Begitu juga orang yang gemar melakukan ziarah ke makam makam wali atau aulia, bila tidak hati hati akan lebih banyak meminta berkah saja daripada untuk mengetahui kewajiban atas dengan menguatkan fondasi keimanan terlebih dahulu dengan niat hanya karena Allah. Niat berziarah juga dapat dilakukan untuk niat mendekatkan diri kepada para aulia untuk dapat bertawasul kepada mereka.<br /><br />Dalam salah satu Haditsnya, Rasulullah Saw juga pernah bersabda, ” Gunakan washilah dengan Aku dan para ahli Bait-ku pada Allah SWT. Karena sesungguhnya tidak ditolak orang yang bertawassul pada kami. (HR. Ibnu Majah).<br /><br />Niat yang lainnya juga bukan pula kepada makamnya adalah belajar atau meneladani orang orang baik tersebut untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata.<br /><br />Sebenarnya itu sah sah saja terkait ibadah yang wajib sudah tuntas dilaksanakan dan ibadah sunah menjadi penyempurna bagi ibada wajib. Dalam kaitan ini membaca gerak hati adalah penting seberapa niat kita dalam melaksanakan ibadah sunah tersebut.<br /><br />Ada hal menarik dalam hubungan sunah dan wajib dalam hubungan muamalah. Saat seseorang bertobat tidak serta merta istuighfar ratusan kali dan melakukan hal sunah lainnya agar Allah mengampuninya. Satu kewajiban harus dipenuhi agar seseorang diampuni yakni berhubungan langsung dengan obyek dimana dosa dilakukan.<br /><br />Seperti orang yang berhutang, maka bersegeralah untuk melunasi dan itulah kewajibannya. Kala kita berbuat salah atau merugikan seseorang maka bersegeralah meminta maaf dan bila kita mengambil hak orang lain atau merampasnya maka sebaiknya adalah menyerahkan dulu. Dengan gambaran demikian menyegerakan yang wajib adalah hal yang mutlak untuk dapat diampuni baru lakukan ibadah tambahan.</p><p><br /></p><p>Bacaan lainnya: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/09/jangan-nasehati-orang-bodoh.html">Menasehati orang bodoh? Jangan lakukan.</a><br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-73144226704445233972021-09-01T10:00:00.001+07:002021-09-01T10:00:03.835+07:00Jangan Nasehati Orang Bodoh<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCeF-U3Mo2qD7xRYAAZgv6LXI-VD_O6LrOTevJY3CfN8mP6UbffkWL55oOtnDXIAixXxrnPNVCNq_Z05SqVsu_dfDZv_qYB5CsC_uLJ87kxVUJmOZT1BiGnK3yL8C-Herh0_nsu-1YMpGP/s1280/puzzle-432569_1280.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="bodoh" border="0" data-original-height="895" data-original-width="1280" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCeF-U3Mo2qD7xRYAAZgv6LXI-VD_O6LrOTevJY3CfN8mP6UbffkWL55oOtnDXIAixXxrnPNVCNq_Z05SqVsu_dfDZv_qYB5CsC_uLJ87kxVUJmOZT1BiGnK3yL8C-Herh0_nsu-1YMpGP/w400-h280/puzzle-432569_1280.jpg" width="400" /></a></div><p></p><p><br /></p><p>Menarik seperti apa yang dikatakan Khalifah Ali bi Abi Thalib :<br /><br /> <i>“Janganlah menasehati orang yang bodoh karena dia akan membencimu. Nasehatilah orang yang berakal karena dia akan mencintaimu”</i><br /><br />Kata kata bijak yang disampaikan oleh Khalifah Ali ini perlu kita pahami agar tahu sebutan bodoh orang itu seperti apa. Bodoh dalam hal ini lekat dengan pengertian jahilun, bukan dalam artian kemampuan akademis seseorang yang minim sehingga disebut bodoh.<br /><br /><b>Makna bodoh atau jahilun</b><br /><br />Jahilun atau bodoh lebih mengacu kepada orang yang selalu benar sendiri dan tidak mau menerima kebenaran yang ada dalam Al Quran maupun Assunah. Karenanya kala menasehati orang yang paling benar bukan simpati yang didapat melah sebaliknya dia akan tersinggung dan malah menyerang.<br /><br />Banyaknya orang bodoh saat ini adalah penyebab kisruh dan pertikaian umat manusia saat ini, menganggap dunia itu kekal selalu tidak puas dengan apa yang didapatnya hingga yang paling parah hilangnya keimanan mereka. Kebodohannya lebih cenderung karena tipuan baik dari hawa nafsunya yang ternyata menyesatkan. Dia tidak dapat membedakan mana teman dan mana musuh.<br /><br /><b>Makna orang berakal</b><br /><br />Lalu bagaimana orang sebaliknya yakni berakal, tentu kebalikan dengan orang yang bodoh yang sangat paham akan jati dirinya selalu menjaga Al Quran dan assunah sebagai petunjuk dan pedomannya. Orang berakal ini adalah orang yang cerdas yang mampu membedakan baik dan buruk sehingga tidak memperturutkan hawa nafsu, menjadikan kebutuhan dunia sebatas dapat beribadah kepada Allah dan sangat dapat membedakan mana kawan dan mana musuh sehingga hidupnya tertata dan lurus penuh berkah.<br /><br />orang yang berakal bila mendapat nasehat dia akan mencerna lebih dahulu tidak melihat siapa yang mengucapkan sehingga obyektif pada kebenaran yang diucapkan. Bila benar dia kan bersyukur di ingatkan walau itu muncul dari musuhnya sekalipun.<br /><br /><b>Cara menghadapi orang bodoh</b><br /><br />Bila demikian pikir dulu kalau ingin menasehati orang bodoh. Ungkapan jangan yang disebutkan Khlaifah Ali tentu memiliki makna ada mudharat atau sia sia bila melakukannya.<br /><br />Terkait dengan menasehati orang bodoh ada pendapat ulama imam Syafiie kala menghadapi orang bodoh :<br /><br /> <i> “Orang bodoh bicara padaku dengan segenap kejelekan dan akupun enggan menjawabnya. Dia semakin bertambah kejahilannya dan aku semakin bertambah kesabarannya seperti gaharu di bakar, akan semakin menebar kewangian.”<br /></i><br />Dari ungkapan itu Imam Safiie enggan berhadapan dengan orang bodoh apalagi berdebat dengannya ada beberapa alasan lain yakni bila kita melayani akan susah sendiri dan bila dijadikan teman akan selalu menyakiti hati.<br /><br />Wallahu a’lam</p><p><i>Sumber: https://perkarahati.com/2019/02/27/jangan-menasehati-orang-bodoh-karena-dia-akan-membencimu/</i></p><p><i> </i></p><p>Baca juga: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/08/sebuah-kisah-ikan-dan-kura-kura.html">Kisah Ikan dan Kura-Kura</a><i> </i><br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-78128695036249923982021-08-22T10:20:00.011+07:002021-09-28T16:49:58.602+07:00Sebuah Kisah: Ikan dan Kura-Kura<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjZ24TVDHPntKIf2GNHYztZcRLNL8YQ6FiUpexoVlvvHH-uVrVEbheYsiOP9vRwXUC1rzZlLsR_ZA6sp08BcwrAXowSn7lqvUAY2dLsFtbP_UZpxcibhN9mymduLotY6BIYqO2_c-hmqOACQ7-rhNKMa2rLUsbPjsViY7WBr_kJxEAJXrr7LjjqYfxRng=s640" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="426" data-original-width="640" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjZ24TVDHPntKIf2GNHYztZcRLNL8YQ6FiUpexoVlvvHH-uVrVEbheYsiOP9vRwXUC1rzZlLsR_ZA6sp08BcwrAXowSn7lqvUAY2dLsFtbP_UZpxcibhN9mymduLotY6BIYqO2_c-hmqOACQ7-rhNKMa2rLUsbPjsViY7WBr_kJxEAJXrr7LjjqYfxRng=w400-h266" width="400" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Allah menciptakan apapun selalu ada maksud dan tujuannya. Begitu pula dengan penciptaan kura-kura ini supaya manusia dapat mengambil hikmah, pelajaran dan itibar. Mari kita simak kisah percakapan antara seekor kura-kura dan seekor ikan dibawah ini.</p><p><br />Seekor ikan bertanya kepada kura–kura:<br />“Kenapa setiap saat kamu sedang mendapat masalah selalu bersembunyi, masuk ke dalam cangkangmu?”<br />Kura–kura menanggapi:<br />“Apakah penting pertanyaan kamu itu aku jawab?”<br />Ikan berkata :<br />“Semua mahluk di sini heran dengan sifatmu yg selalu bersembunyi bila menghadapi masalah..”<br />Kura–kura menjawab:<br />"Komentar orang lain apakah penting?<br />Aku tak menghindar, Aku tak lari dari kenyataan, Aku hanya mencari suasana yg lebih damai didalam cangkangku."<br />Ikan bertanya lagi :<br />“Tapi apa kamu tidak peduli selalu jadi bahan omongan?”<br />Kura–kura berujar:<br />“inilah alasan mengapa aku lebih panjang umur dari pada kalian. Kalian terlalu sibuk mengurusi kehidupanku sampai kalian lupa siapa diri kalian. Kalian terlalu sibuk memperhatikan diriku sampai kalian lupa siapa diri kalian.”<br /><br />Dalam hidup ini kita sendiri yg menentukan pilihan, berbuatlah yg terbaik & biarkanlah orang lain mau berkomentar apapun. Orang yg menyukaimu tetap akan membenarkanmu sekalipun kamu keliru. Sebaliknya, orang yg membencimu selalu akan menyalahkanmu sekalipun kamu benar. Berapa banyak waktumu terbuang hanya tuk mengurusi kehidupan orang lain??</p><p><br />Sehingga kamu lupa pada dirimu sendiri kapan harus makan & istirahat. Sayangi dirimu dengan lebih peduli pada urusanmu sendiri sebab. Engkau akan menjadi orang yg selalu kekurangan saat kamu selalu ingin tau urusan orang lain.</p><p> </p><p>Baca juga: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/05/8-golongan-manusia-yang-dicintai-allah.html">8 Golongan Manusia Beruntung</a> <br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-15903854159191873252021-07-26T10:13:00.003+07:002021-07-26T10:13:13.313+07:004 Obat Mujarab untuk Kesulitan Hidup Manusia<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: left;"> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUylhGwO5D5n9rqE6b7WYpat0ZQaq7qBd7icFU0ORphs4lsmG_geB7l0kps96Re_yyTtWJGS8sZ58urU1wdDbD661TDSTb6CXA3v8ik7L2NSqopvSqszb27Ub8PlisSa6aj2kJUVbun2z-/s640/christina-victoria-craft-ZHys6xN7sUE-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Obat" border="0" data-original-height="427" data-original-width="640" height="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUylhGwO5D5n9rqE6b7WYpat0ZQaq7qBd7icFU0ORphs4lsmG_geB7l0kps96Re_yyTtWJGS8sZ58urU1wdDbD661TDSTb6CXA3v8ik7L2NSqopvSqszb27Ub8PlisSa6aj2kJUVbun2z-/w400-h0/christina-victoria-craft-ZHys6xN7sUE-unsplash.jpg" width="400" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: left;"> </p><p style="text-align: left;">Artikel berikut tentang beberapa kesulitan hidup yang sering dilalui manusia dan tips untuk mengobatinya. Mari kita simak bersama.</p><p style="text-align: left;">Sebagai seorang manusia, tentu hidup kita tak akan pernah mungkin jauh dari permasalahan. Sejatinya masalah itu adalah sebuah cobaan atau ujian yang Allah alamatkan pada kita, hambaNya, untuk menguji sebesar apakah keimanan kita kepadaNya, sekaligus proses kenaikan derajat kita di hadapan Allah SWT. Maka, seperti anak-anak sekolah yang menghadapi ujian kenaikan atau kelulusan sekolah, jika mampu melewati ujian tersebut, maka mereka berhak untuk menaiki jenjang selanjutnya. Pun dengan ujian kehidupan ini, jika kita mampu melewatinya, maka kita akan bisa naik ke derajat yang lebih tinggi di hadapan Allah SWT.<br /><br />Nah, berikut ini adalah berbagai permasalahan yang seringkali menimpa kita, beserta beberapa obat atau terapi yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya. Apa sajakah itu?<br /><br /><b>1. Sakit-sakitan</b><br />Sering sakit atau mengalami kondisi tubuh yang kurang fit untuk jangka waktu lama, apalagi saat aktivitas dituntut sangat padat, tentu akan membuat kita merasakan ketidaknyamanan. Seharusnya kita mampu melakukan banyak hal, namun nyatanya kita tak mampu melakukan apapun saat kondisi tubuh seringkali drop atau lemah.<br /><br />Nah, kondisi tubuh yang sering sakit atau drop, bisa dikarenakan organ-organ dalam tubuh terlalu keras dipaksa bekerja. Hal ini bisa dipicu karena padatnya aktivitas dan kurang istirahat, namun tak jarang juga karena konsumsi makanan kurang sehat serta berlebihan.<br />Untuk itu, BERPUASA mampu membantu organ-organ tubuh kita, terutama organ-organ pencernaan, untuk sedikit beristirahat atau rilex. Karena pada kondisi berpuasa, organ-organ akan bisa kembali bekerja normal dan tidak terlalu ‘ngoyo’. Berpuasa juga mampu mengontrol diri kita dari mengkonsumsi makanan-makanan tak sehat yang mampu memicu banyak penyakit, dengan saat sahur atau buka juga tidak terlalu makan atau minum yang berlebihan.<br /><br /><b>2. Emosi Berlebihan</b><br />Emosi berlebihan, atau menuruti amarah diri, ternyata bisa sangat memicu peningkatan stress dan tentunya sakit fisik dan hati pada diri kita. Dan jika hal tersebut tak segera kita obati, maka emosi atau amarah yang gampang menyerang kita bisa saja sewaktu-waktu mengendalikan akal kita, dan menuntun kita pada hal-hal yang merugikan. Kita bisa saja jatuh dalam bujukan setan untuk melakukan maksiat atau dosa besar. Na’udzubillaah.<br /><br />Untuk itu, sebagai terapi atau pengobatannya, kita perlu memperbanyak BERWUDHU dan BERISTIGHFAR. Karena sentuhan air wudhu ternyata dapat menenangkan pikiran dan psikis kita yang sedang kalut oleh emosi atau amarah, dan perasaan-perasaan tidak menenangkan yang lain. Apalagi jika ditambah dengan istighfar, meminta ampun kepada Allah. Maka hati kita akan terasa semakin tenang karena merasa Allah melindungi kita.<br /><br /><b>3. Hati Tidak Tenang</b><br />Ada kalanya saat sedang merasa amat jatuh atau sendiri, kita merasakan ditinggalkan, kesepian, atau tak seorang pun berpihak pada kita. Sejatinya memang tak ada yang abadi dari semua ciptaan Allah, semua akan diminta oleh Allah dari kita pada masanya nanti. Termasuk orang-orang terdekat kita. Nah, pada saat itulah, kita rawan mengalami ketidaktenangan hati yang membuat hidup kita terasa tidak bahagia.<br /><br />Obat atau terapi yang bisa kita lakukan adalah BERDZIKIR atau mengingat Allah selalu. Tak hanya saat ditimpa musibah atau ujian, namun di setiap waktu kita, mengingat Allah selalu membuat kita tenang. Karena kita akan selalu merasa dekat dengan Allah dan kita sadar bahwa Allah selalu ada dekat sekali dengan kita. Maka tak lagi perlu kita merasa sedih, gelisah, atau perasaan-perasaan tidak tenang yang lain.<br /><br /><b>4. Permasalahan Hidup yang Berat</b><br />Setiap orang memiliki permasalahan sendiri-sendiri dalam hidupnya. Dan Allah sebenarnya memberi kita ujian justru kepada apa-apa yang kita senangi atau cintai. Ada yang diuji lewat anak-anak atau pasangan hidupnya, ada yang diuji lewat kedua orangtuanya, ada yang diuji lewat teman atau sahabatnya, dan ada yang diuji lewat harta. Semua itu Allah sesuaikan dengan kemampuan setiap hambaNya.<br /><br />Dan ujian dari Allah bukanlah karena Allah tak mencintai kita. Justru Allah ingin mengingatkan kita untuk terus dekat denganNya. Karena hakikatnya manusia, saat sedang kesusahan maka siapa lagi yang akan dituju selain Tuhannya? Nah, terapi atau obat dari permasalahan apapun, baik yang kecil sampai berat sekalipun adalah SHALAT TAHAJUD.<br /><br />Di mana waktu sepertiga malam laksana jalan tol, bebas hambatan, yang mampu membuat doa-doa kita lebih mustajab dikabulkan oleh Allah. Tentunya dengan kondisi kita kusyu’ dan tawakal atas semua keputusan yang akan Allah beri, saat kita memohon kepadanya.<br /><br />Itulah berbagai permasalahan yang tentu menjadi sebuah hal lumrah dialami setiap manusia dalam kehidupannya. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa hal-hal tersebut jika dibiarkan terus akan menjadi sebuah beban hidup tersendiri dan bisa mendorong kita pada kedurhakaan pada Allah. Sehingga sedini mungkin, kita perlu menerapinya dengan obat-obat terapi yang in shaa Allah ampuh tersebut.<br /></p><p style="text-align: left;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fefefe; color: #141414; display: inline !important; float: none; font-family: "Segoe UI", "Helvetica Neue", Helvetica, Roboto, Oxygen, Ubuntu, Cantarell, "Fira Sans", "Droid Sans", sans-serif; font-size: 15px; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-thickness: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><br /></span><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fefefe; color: #141414; display: inline !important; float: none; font-family: "Segoe UI", "Helvetica Neue", Helvetica, Roboto, Oxygen, Ubuntu, Cantarell, "Fira Sans", "Droid Sans", sans-serif; font-size: 15px; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-thickness: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"></span></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-69897951589428717602021-07-16T20:56:00.005+07:002021-07-16T20:56:53.119+07:00Semua Bumi Allah Adalah Tempat Bersujud<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_qUAhzDAk4YYExmvXh86oxxxVQEdV8cYQM2SYuysil0SQMzhmCPJxKYsx2cn4aLtEXZHWNaKZBSSI4OtkTeWPUZQ7qwWzaPAUd8AvtbptLPrnHeELV_CMHOCRBzChOjQLEDj3UYzxq8OO/s1280/sujud.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_qUAhzDAk4YYExmvXh86oxxxVQEdV8cYQM2SYuysil0SQMzhmCPJxKYsx2cn4aLtEXZHWNaKZBSSI4OtkTeWPUZQ7qwWzaPAUd8AvtbptLPrnHeELV_CMHOCRBzChOjQLEDj3UYzxq8OO/w400-h266/sujud.jpg" width="400" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Shalat merupakan ibadah yang pertama kali akan dihisab di akhirat kelak. Hendaknya shalat dilakukan dengan memperhatikan syarat dan rukunnya serta di awal waktu. Tempat terbaik untuk shalat memang ada di masjid, namun kita bisa shalat dimanapun selama tempatnya sesuai syarat yang telah ditentukan.<br /><br />Ini merupakan dasar bahwa shalat itu bisa dilaksanakan dimanapun, tidak harus di masjid, tergantung kondisi dan keadaan saat shalat harus ditegakkan. Ini kisahnya sebagai berikut:<br /><br />Pada suatu ketika, Ibrahim bin Yazid At Taimi membacakan al Qur’an kepada bapaknya di halaman masjid. Ketika ia membaca ayat sajadah, si bapak kontan bersujud.<br /><br />Lalu ia bertanya kepada bapaknya, ” mengapa ayah sujud di jalanan?” Sang ayah lalu menjawab : “Aku mendengar Abu Dzar bercerita, bahwa dia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw tentang masjid yang mula mula dibangun di muka bumi. Kemudian, Rasulullah Saw menjawab Masjidil Haram. Lalu ditanyakan pula, sesudah itu masjid apalagi. Rasulullah pun menjawab, Masjidil Aqsha.<br /><br />Kemudian ditanyakan lagi, berapa lama jarak antara keduanya di bangun. Beliau menjawab empat puluh tahun. Lalu beliau melanjutkan sabdanya,” Kemudian seluruh bumi Allah adalah tempat sujud bagimu karena itu, dimana saja kamu berada, jika waktu shalat telah tiba, maka sujudlah segera.<br /><br />(buku ketawa sehat bareng ahli fiqih, Khaeron Sirin)</p><p> </p><p>Lainnya:</p><p><a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/06/keutamaan-bersedekah.html">Keutamaan Bersedekah</a> </p><p><a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/04/manfaat-sholat-dhuha.html">Manfaat Shalat Dhuha</a><br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-31240204940001945772021-06-21T10:52:00.003+07:002021-07-12T22:21:48.252+07:00Keutamaan Bersedekah<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwqRyMo4ZjOtKOiJXmAOnjrYqoxnEJmJjOGe5lpx4dG3jE9A2O7uclhIdyj3pJE_iOtFNNvwDL2LopAX9daJwIU2p4kFredDNxXIOHkEogfnSrrL_TC0QkxCZa5pbXwDfLTyMVEPuMDDYO/s640/tim-mossholder-bo3SHP58C3g-unsplash.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="memberi" border="0" data-original-height="427" data-original-width="640" height="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwqRyMo4ZjOtKOiJXmAOnjrYqoxnEJmJjOGe5lpx4dG3jE9A2O7uclhIdyj3pJE_iOtFNNvwDL2LopAX9daJwIU2p4kFredDNxXIOHkEogfnSrrL_TC0QkxCZa5pbXwDfLTyMVEPuMDDYO/w400-h0/tim-mossholder-bo3SHP58C3g-unsplash.jpg" width="400" /></a></div><br /> <p></p><p>Sedekah merupakan perbuatan baik yang sangat dianjurkan agama Islam. Bahkan Islam sendiri menyebut sedekah sebagai ibadah yang sangat baik untuk dilaksanakan. Berikut adalah sedikit keutamaan sedekah.<br /><br />Menolong sesama merupakan amal ibadah yang berfungsi dobel. Bukan saja kemanfaatan untuk diri yang memberi tapi juga kebahagiaan bagi yang diberi. Bila seorang muslim beribadah shalat, ataupun berpuasa misalnya, maka kemanfaatan itu lebih dirasa oleh mukmin yang mengerjakannya. Beda dengan sedekah, disamping pahalanya kembali kepada yang bersedekah, yang disedekahi juga terbantu dengan pemberian ini. Terbantu dengan manfaat sedekah ini.<br /><br />Dari keutamaan sedekah yang demikian wajar sekiranya bila Allah menjanjikan "Aku bersama hambaKu selama hambaKu itu menolong sesamanya." Lalu bagaimana dengan tantangan kita dalam hal bersedekah di era modern secara cerdas dan juga berujung keajaiban ?<br /><br />Hidup di era modern kita seakan-akan berada di tengah-tengah "iming-iming duniawi" yang cenderung menjauhkan diri dari Allah Ta'ala. Kalau kita mengamati sekeliling kita yang terlihat gedung-gedung mercusuar, bangunan-bangunan megah, mall-mall, hotel, restoran yang menjajakan kenikmatan.Mobil-mobil mewah dan beragam fasilitas alat komunikasi dari mulai handphone sampai aksesoris rumah tangga dengan berbagai macam variasi saja tinggal kita memilih yang model seperti apa bisa, asalkan sesuai dengan harganya.Semua kemajuan sekaligus tantangan modern ini seakan melupakan eksistensi saudara-saudara kita yang dalam hal serba banyak kekurangan dan tak berpunya.<br /><br />Pada sisi lain modernitas yang mengunggulkan unsur efisiensi dan efektifitas tampak lebih didominasi oleh nalar rasionalitas.Kondisi ini sesungguhnya semakin menyisakan banyak problem dan masalah bagi pelakunya.Kita yang disebut sebagai orang beragama diajarkan ketika sedang bermasalah kembalilah kepada Allah Sang Pengatur masalah.tapi bukan dipungkiri, kecenderungan mayoritas orang modern justru menanggalkan hal-hal ghoib yang kasat mata.<br /><br />Padahal Allah itu ghoib yang bukan bisa dilihat oleh mata, bukan bisa didengar dan bukan dapat disamakan dengan bentuk apapun di dunia.Allah saja menjanjikan diri dekat dengan kita dan Rasulullah yang diberikan gelar abu masakin (bapaknya orang-orang miskin).Intinya adalah ketika kita ingin masalah demi masalah terselsaikan dengan baik, maka carilah Allah dengan menolong sesama.<br /><br />Rasulullah mengajari kita untuk bersedekah, menolong sesama supaya Allah yang mencukupi kita.Begitupun ajaran mulia Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa sedekah menjadi benteng dari bala dan musibah, sedekah menjadi obat bagi yang sakit, dan bahkan sedekah menjadikan panjang umur dan juga penahan dari kematian yang buruk.<br /><br />Pengetahuan kita tentang berbagi manfaat ini kiranya sudah ada alam benak kita, tapi tantangan yang lebih nyata adalah godaan betapa banyaknya kebutuhan kita yang selalu melilit di setiap harinya.Allah selalu mendorong kita untuk berkeinginan untuk bertambah rejeki, jalannya adalah dengan sedekah.<br /><br />Berbagi bukan mengurangi harta kita, tapi justru melipatgandakan harta yang disedekahkan.Pilihannya sekarang ada di tangan-tangan kita sebagai muslim, menjadi "dermawan" yang percaya dengan kuasa Allah bahwa sedekah menjadi solusi di era modern ini atau menjadi sosok "bakhil" yang tersibukkan dengan harta dan semakin terjauhkan dariNya Yang Maha Kaya.<br /><br />Itulah tadi sedikit keutamaan sedekah. Semoga bermanfaat.</p><p> </p><p>Artikel lainnya: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/05/8-golongan-manusia-yang-dicintai-allah.html">8 Golongan yang disukai Allah</a> </p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-68903069648621502882021-05-19T08:15:00.004+07:002021-07-12T22:22:44.644+07:008 Golongan Manusia Yang Dicintai Allah<p>Salah satu sifat Allah ialah Al-Mahabbah (cinta), yaitu Allah mencintai hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa. Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menjelaskan mengenai orang-orang yang dicintai oleh Allah.<br /><br />Sedikit tulisan singkat ini menerangkan tentang delapan golongan manusia yang dicintai oleh Allah sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an.<br /> </p><p><b>1. Al-Muhsinun (Orang-orang yang Berbuat Baik)</b><br /><br />Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik, sebagaimana diterangkan dalam lima ayat, yakni Surat Al-Baqarah ayat 196, Surat Ali Imran ayat 134 dan ayat 148, serta Surat Al-Maidah ayat 13 dan 93:<br /><br /> “dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (Qs. Al-Baqarah:195).<br /><br />Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Qs. Ali Imran:134).<br /><br /> “Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Qs. Ali Imran:148).<br /> </p><p><b>2. At-Tawwabun (Orang-orang yang Bertaubat),</b><br /><br />sebagaimana dalam surat Al-Baqarah ayat 222;<br /><br />Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Qs. Al-Baqarah:222).<br /> </p><p><b>3. Al-Mutathahhirun (Orang-orang yang Senantiasa Bersuci)</b><br /><br />Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 222;<br /><br />Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Qs. Al-Baqarah:222).<br /> </p><p><b>4. Al-Muttaqun (Orang-orang Bertaqwa),</b><br /><br />Sebagaimana diterangkan dalam surat Ali Imran ayat 76 dan At-Taubah ayat 4 dan 7;<br /><br /> (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (Qs. Ali Imran:76)<br /><br /> “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa”. (Qs. At-Taubah:4).<br /><br /> “Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil haraam? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa’’. (Qs. At-Taubah:7).<br /> </p><p><b>5. Ash-Shabirun (Orang-orang yang Bersabar)</b><br /><br />Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 146;<br /><br />Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Qs. Ali Imran:146).<br /> </p><p><b>6. Al-Mutawakkilun (Orang-orang yang Bertawakkal)</b><br /><br />Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Imran ayat 159;<br /><br /> “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Qs. Ali Imran:159).<br /> </p><p><b>7. Al-Muqsithun (Orang-orang yang Bersikap dan Berbuat Adil)</b><br /><br />Sebagaimana dalam surat Al-Maidah ayat 42, Al-Hujurat ayat 9, dan Al-Mumtahanah ayat 8;<br /><br /> “Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil”. (Qs. Al-Maidah:42).<br /><br /> “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Qs. Al-Hujurat:49).<br /><br />Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (Qs. Al-Mumtahanah:8).<br /> </p><p><b>8. Orang-orang yang Berjuang di Jalan Allah dengan Rapi dan Teratur</b><br /><br />Sebagaimana firman Allah dalam surat Ash-Shaf ayat 4;<br /><br />Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Qs. Ash-Shaf:4).<br /><br />Jika ingin dicintai Allah Ta’ala hendaknya seseorang menghiasi diri dengan sifat-sifat mulia yang disebutkan di atas, seperti Taqwa, Tawakkal, Sabar, Ihsan (senantiasa berbuat baik), selalu bertaubat (tawwab), senantiasa mensucirkan diri (tathhir), dan berjuang di jalan Allah secara tertib, teratur dan dalam barisan yang rapi.</p><p>Demikian tadi 8 golongan yang dicintai oleh Allah. Semoga kita semua termasuk golongan-golongan tersebut.</p><p> </p><p>Artikel lainnya: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/05/tersenyumlah-karena-kalian-bangsa_10.html">Tersenyumlah Bangsa Palestina</a><br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-79892865997862780532021-05-10T12:38:00.004+07:002021-05-15T14:34:16.609+07:00Tersenyumlah, Karena Kalian Bangsa Palestina (Bagian 2)<p style="text-align: center;"><b>Tersenyumlah, Karena Kalian Bangsa Palestina</b></p><p style="text-align: center;"><b>(Bagian 2)</b></p><p style="text-align: center;"><b> </b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyjpuVHAoaVod0BNpolYRfXVIRSX29GOcJFdF1Qc-dtVF4-KzMjaxC0cK6x_4Y3aT7tQjnESJlBO1mbYtHqntacyrDJatjmj7Gi2NFIb7ildz8_ow73M-2lykHVgh3oaJKf28kqGKLfnn3/s960/183850603_10223314846370653_6046049093178028293_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="tersenyumlah Palestina" border="0" data-original-height="640" data-original-width="960" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyjpuVHAoaVod0BNpolYRfXVIRSX29GOcJFdF1Qc-dtVF4-KzMjaxC0cK6x_4Y3aT7tQjnESJlBO1mbYtHqntacyrDJatjmj7Gi2NFIb7ildz8_ow73M-2lykHVgh3oaJKf28kqGKLfnn3/w400-h266/183850603_10223314846370653_6046049093178028293_n.jpg" width="400" /></a></b></div><b><br /></b><p></p><p style="text-align: center;"><b></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBDs1NjpmftHENBAs2-zWDZeobLq5QIV8YF5loqcmFG26xuCTLSJ5QaIAtz5Y4X7ZfWVMeDauQshtRoeEQgoR1GUtBO0UwTJVJEIrYJI4IEGcUJ8s1BDE_lTK353nvsj4JZV3jVLVu6fgB/s480/183166216_10223314846650660_7408829572816288465_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="tersenyumlah Palestina" border="0" data-original-height="480" data-original-width="480" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBDs1NjpmftHENBAs2-zWDZeobLq5QIV8YF5loqcmFG26xuCTLSJ5QaIAtz5Y4X7ZfWVMeDauQshtRoeEQgoR1GUtBO0UwTJVJEIrYJI4IEGcUJ8s1BDE_lTK353nvsj4JZV3jVLVu6fgB/w400-h400/183166216_10223314846650660_7408829572816288465_n.jpg" width="400" /></a></b></div><b><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8kDA2_xzpP-KPgHDoq4D-o7eWnx-zhZS3d7xudOW7767p1CQCTmii5IuvMrboo_GUM0-lZk-sRXjkNXq9TrlOFZKsASl8RsBfaHh7Nuvir7DKG0lq0eMzCzu3oj6-Deuy6zh21bTE49hn/s480/183182669_10223314847930692_1833056812546500910_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="tersenyumlah Palestina" border="0" data-original-height="319" data-original-width="480" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8kDA2_xzpP-KPgHDoq4D-o7eWnx-zhZS3d7xudOW7767p1CQCTmii5IuvMrboo_GUM0-lZk-sRXjkNXq9TrlOFZKsASl8RsBfaHh7Nuvir7DKG0lq0eMzCzu3oj6-Deuy6zh21bTE49hn/w400-h266/183182669_10223314847930692_1833056812546500910_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0Exl6tn886mNN6rwKHfHUK4jK3yW8PcVuEP_cMSvywRkrQGYqj9XuS40k19YcSufvRKRVqlRiaLHtVzKu20HJqKCYZqne0kfJ6_QmqaLIs1es_F1j2z5szc3vRwVp3qYM3jwSayqjO4MA/s960/183696097_10223314846970668_6376272323848052975_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="tersenyumlah Palestina" border="0" data-original-height="640" data-original-width="960" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0Exl6tn886mNN6rwKHfHUK4jK3yW8PcVuEP_cMSvywRkrQGYqj9XuS40k19YcSufvRKRVqlRiaLHtVzKu20HJqKCYZqne0kfJ6_QmqaLIs1es_F1j2z5szc3vRwVp3qYM3jwSayqjO4MA/w400-h266/183696097_10223314846970668_6376272323848052975_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi6QJyEkdGuBzoT3w5eYZX3O2lpCVDLWr9hGi2liM1OcPiRi_4cH-9YedY6n_sRcYry4YIw7DMUURDK7qAGMElj818RzlzitzcNinZYejdFms5TKGxT3H6OtOC9s1bncWvnvxrrD3mhjds/s600/183699709_10223314848210699_3332334585707064858_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="tersenyumlah Palestina" border="0" data-original-height="372" data-original-width="600" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi6QJyEkdGuBzoT3w5eYZX3O2lpCVDLWr9hGi2liM1OcPiRi_4cH-9YedY6n_sRcYry4YIw7DMUURDK7qAGMElj818RzlzitzcNinZYejdFms5TKGxT3H6OtOC9s1bncWvnvxrrD3mhjds/w400-h248/183699709_10223314848210699_3332334585707064858_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWTH4h6Oqr6IdrBI5iEpksYJEG0iPpchMePmiapmCig_ODIITxAYPxuvkUIsX89EMmmpeg9Y_SnVX6WKxwsFmiDB-ipIWDyhDhJ1Qc7gJ59HUlr1tB3eA7I-WGGRaPQNw9IOKeFDYrv4d5/s960/183704593_10223314847330677_2788924681993348734_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="tersenyumlah Palestina" border="0" data-original-height="960" data-original-width="960" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWTH4h6Oqr6IdrBI5iEpksYJEG0iPpchMePmiapmCig_ODIITxAYPxuvkUIsX89EMmmpeg9Y_SnVX6WKxwsFmiDB-ipIWDyhDhJ1Qc7gJ59HUlr1tB3eA7I-WGGRaPQNw9IOKeFDYrv4d5/w400-h400/183704593_10223314847330677_2788924681993348734_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJ6t7bVfyV-9X_2kqdQL-18Ty_98KbtEif-hkuvI384st26vgPcBedABo89NKPX4lD-EQZOjxysxW0qmTOqw5IW31vSEejBNm830s1Zr50H1d4hREweOnbdPtYUAg_UAm0Wgq28hwJRN9F/s720/183734220_10223314847690686_472273079528541294_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="479" data-original-width="720" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJ6t7bVfyV-9X_2kqdQL-18Ty_98KbtEif-hkuvI384st26vgPcBedABo89NKPX4lD-EQZOjxysxW0qmTOqw5IW31vSEejBNm830s1Zr50H1d4hREweOnbdPtYUAg_UAm0Wgq28hwJRN9F/s320/183734220_10223314847690686_472273079528541294_n.jpg" width="320" /></a></div><br /></b><p></p><p style="text-align: center;"><b></b></p><p style="text-align: center;"><b></b></p><p style="text-align: center;"><b><br /></b></p><p style="text-align: left;"><i> Sumber: https://web.facebook.com/abu.yazan.gaza</i><b></b></p><p style="text-align: left;"><b><br /></b></p><p style="text-align: left;">Kunjungi: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/05/tersenyumlah-karena-kalian-bangsa.html">Tersenyumlah, Karena Kalian Bangsa Palestina (Bagian 1)</a><b><br /></b></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-7072716852889716862021-05-10T12:34:00.002+07:002021-07-12T22:23:37.357+07:00Tersenyumlah, Karena Kalian Bangsa Palestina (Bagian 1)<p style="text-align: center;"><b> Tersenyumlah, Karena Kalian Bangsa Palestina </b></p><p style="text-align: center;"><b>(Bagian Pertama) </b></p><p style="text-align: center;"><b> </b></p><p style="text-align: center;"><b></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmkCZAYTnJJuKQPtEiCzrE3ChUCwUqOK2FpncUx4FNjG_BGYimIoKgc5f5CG99l5TrqCazY-hXIN3h0-yeXV2JJVXMGH_urOHI-OfbVZh-JJ-WPUH2iboOVKNkxPp7kfEjFs0pqSjTxVww/s1347/183164674_10223314843810589_5791466856076466813_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Palestina tersenyum" border="0" data-original-height="1347" data-original-width="1080" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmkCZAYTnJJuKQPtEiCzrE3ChUCwUqOK2FpncUx4FNjG_BGYimIoKgc5f5CG99l5TrqCazY-hXIN3h0-yeXV2JJVXMGH_urOHI-OfbVZh-JJ-WPUH2iboOVKNkxPp7kfEjFs0pqSjTxVww/w321-h400/183164674_10223314843810589_5791466856076466813_n.jpg" width="321" /></a></b></div><b><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTFq71fJRIBbnZjrmvRbsh7T9dvpkG__kj8KugaTHgOu6mZd7TSgSQISdwd0XX3cyYbercF9sVEjvmps3NWVwN2_iuIC15JjKaIPkwys0iFgYmv4wlS2hG8uN_iHlLBQFZEs6Rk34nLOH7/s599/183182658_10223314845370628_8368850503937800713_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Palestina tersenyum" border="0" data-original-height="399" data-original-width="599" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTFq71fJRIBbnZjrmvRbsh7T9dvpkG__kj8KugaTHgOu6mZd7TSgSQISdwd0XX3cyYbercF9sVEjvmps3NWVwN2_iuIC15JjKaIPkwys0iFgYmv4wlS2hG8uN_iHlLBQFZEs6Rk34nLOH7/w400-h266/183182658_10223314845370628_8368850503937800713_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeAepviHrGCZn37QOpPi0M_jf39NheJ0FcRcazfe6bxbmmNJ6yPaDKfBUw3ya0a1gPwmeSecF0DccWxxCbsCTnMcJDPiRz6z0jfjU8ZYqX6gvOl-5W_OKAlkk8PqBwNRypMwJSeeVTTSrv/s480/183220196_10223314844450605_1105355176834188253_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Palestina tersenyum" border="0" data-original-height="423" data-original-width="480" height="353" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeAepviHrGCZn37QOpPi0M_jf39NheJ0FcRcazfe6bxbmmNJ6yPaDKfBUw3ya0a1gPwmeSecF0DccWxxCbsCTnMcJDPiRz6z0jfjU8ZYqX6gvOl-5W_OKAlkk8PqBwNRypMwJSeeVTTSrv/w400-h353/183220196_10223314844450605_1105355176834188253_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ7ecjVCz9dXQSm13fPdwOfK2UptdAmk7R2Rqy1L4ieB2-RXLRpVU2bYhdYa0cHahmKCFVu1ZMtGTbSngnWzKHHlu9tW9_hSympNbOi5cScO5lASWvfPDHnw1vB-mdh28BwIja9XpxhIoH/s960/183659100_10223314844130597_5940543269818556211_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Palestina tersenyum" border="0" data-original-height="960" data-original-width="855" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ7ecjVCz9dXQSm13fPdwOfK2UptdAmk7R2Rqy1L4ieB2-RXLRpVU2bYhdYa0cHahmKCFVu1ZMtGTbSngnWzKHHlu9tW9_hSympNbOi5cScO5lASWvfPDHnw1vB-mdh28BwIja9XpxhIoH/w356-h400/183659100_10223314844130597_5940543269818556211_n.jpg" width="356" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9S1O4iScOmqitmiEWZbF3p1Z83EHPpyCa4QFYlLUCBIfJsIDYD2QenpDw1YDhVUew46rzS8JoLJ59jd_WCE9-lS8Vm09w5JeimIHQB_AdC3pPnyA65mDwuHkIaloENs0H6wZLsR5k2VHU/s900/183681155_10223314845610634_8950965235579738307_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Palestina tersenyum" border="0" data-original-height="900" data-original-width="600" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9S1O4iScOmqitmiEWZbF3p1Z83EHPpyCa4QFYlLUCBIfJsIDYD2QenpDw1YDhVUew46rzS8JoLJ59jd_WCE9-lS8Vm09w5JeimIHQB_AdC3pPnyA65mDwuHkIaloENs0H6wZLsR5k2VHU/w266-h400/183681155_10223314845610634_8950965235579738307_n.jpg" width="266" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY4sWeJyb2LAVljJAMhkkYaRxZeiLwMYX3BO440BMijKOIDrTFBWO3ZOMBnVUg99v3extBhf6m67duoM8JXkVuouECLIWI0x3K7R6lL9MVGaGV8ey-WfZBcj_UDUkKVIV0F_7sIcZ9i-G9/s635/183924135_10223314846010644_77510151725167678_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Palestina tersenyum" border="0" data-original-height="424" data-original-width="635" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY4sWeJyb2LAVljJAMhkkYaRxZeiLwMYX3BO440BMijKOIDrTFBWO3ZOMBnVUg99v3extBhf6m67duoM8JXkVuouECLIWI0x3K7R6lL9MVGaGV8ey-WfZBcj_UDUkKVIV0F_7sIcZ9i-G9/w400-h268/183924135_10223314846010644_77510151725167678_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpf2dFKejXKaX9LpXvu5XLWg_o3U6nDH8bV7VaC_VQCNhYvc-x_i9f5S4PgfQCKvWW2P7Gyu0TyoX4od5t-aKRaYdzWmrXPkEaksOF1cnaV6C09A5QxQs15J1WcocF91005__43q_0xKqG/s568/182747912_10223314845050620_8604377839046137052_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Palestina tersenyum" border="0" data-original-height="568" data-original-width="320" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpf2dFKejXKaX9LpXvu5XLWg_o3U6nDH8bV7VaC_VQCNhYvc-x_i9f5S4PgfQCKvWW2P7Gyu0TyoX4od5t-aKRaYdzWmrXPkEaksOF1cnaV6C09A5QxQs15J1WcocF91005__43q_0xKqG/w225-h400/182747912_10223314845050620_8604377839046137052_n.jpg" width="225" /></a></div><br /></b><p></p><p style="text-align: left;"><b> </b><i>Sumber: https://web.facebook.com/abu.yazan.gaza </i><b></b></p><p style="text-align: left;"><b></b></p><p style="text-align: left;"><b></b></p><p style="text-align: left;"><b><br />Kunjungi juga: <a href="Tersenyumlah, Karena Kalian Bangsa Palestina (Bagian 2)">Tersenyumlah, Karena Kalian Bangsa Palestina (Bagian 2)</a></b></p><p style="text-align: left;"><b><a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/05/3-keutamaan-surat-al-mulk.html">Keutamaan Surah Al Mulk</a> <br /></b></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-28134895860411271692021-05-06T22:56:00.002+07:002021-07-12T22:24:33.148+07:003 Keutamaan Surat Al Mulk<p style="text-align: center;"><b>3 Keutamaan Surat Al Mulk </b><br /></p><p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihDmK4KrKqfcxt7FT8aWJvWeUejp9B7PakshoJ2VI7YPwtoMxSk5373nM2wqYZB7bLWQrWfS3ryT9nEsOQ8fb_n9e-JIevdcNDp2KuUgQkJykOLjUiNu-ABMDyeTdWoOTuaVR3ORnHc49y/s640/masjid-pogung-dalangan-t5wNqFyCkTI-unsplash.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Al Quran" border="0" data-original-height="481" data-original-width="640" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihDmK4KrKqfcxt7FT8aWJvWeUejp9B7PakshoJ2VI7YPwtoMxSk5373nM2wqYZB7bLWQrWfS3ryT9nEsOQ8fb_n9e-JIevdcNDp2KuUgQkJykOLjUiNu-ABMDyeTdWoOTuaVR3ORnHc49y/w400-h300/masjid-pogung-dalangan-t5wNqFyCkTI-unsplash.jpg" width="400" /></a></div><br /><p></p><p>Surat Al Mulk artinya kerajaan dan sering disebut <a href="https://worldquran.com/al-mulk">surat tabarak</a> adalah surat ke 67 termasuk surat pendek karena hanya berisi 30 ayat.<br /><br />Keutamaan dan faedahnya sangat jelas dapat memberi syfaat dan menyelamatkan bagi yang membacanya dari siksa kubur. Imam Qurthubi menjelaskan keutamaan surat ini berdasarkan pada beberapa riwayat sebagai berikut :<br /><br /><b>1.Keinginan Nabi Saw agar surat ini selalu ada dihati mukmin</b><br /><br />Dalam <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Hadis">hadist</a> yang disebutkan Ats-Tsalabi bahwa surat ini penting untuk selalu ada dihati setiap mukmin Nabi Saw bersabda:<br /><br />Aku menginginkan agar surat : Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, berada disetiap hati orang mukmin<br /><br /><b>2.Penyelamat dari siksa kubur</b><br /><br />Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata : Salah seorang sahabat Rasulullah Saw mendirkan tendanya di suatu tempat dan ia tidak menyangka kalau tempat itu adalah sebuah kubur. Ternyata kubur itu adalah orang yang membaca surat Al Mulk hingga menghatamkannya.<br /><br />Lalu ia datang kepada Nabi Saw dan berlata: Wahai Rasulullah, aku mendirikan tendaku di atas sebuah kubur. Aku tidak menyangka bahwa tempat itu adalah sebuah kubur orang yang membaca surat al Mulk hingga menghatamkannya. Lalu Nabi Saw bersabda:<br /><br />Ia adalah pencegahku, ia adalah yang menyelamatkannya dari siksa kubur.<br /><br />Dalam riwayat yang lain, Abu Hurairah Ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda:<br /><br />Sesungguhnya ada satu surat dari kitab Allah yang memiliki 30 ayat yang dapat memberi syafaat kepada seseorang hingga surat itu mengeluarkannya dari api neraka pada hari kiamat dan memasukkannya kedalam syurga. Surat tersebut adalah surat tabarak (HR Atirmidzi).<br /><br />Ibnu Mas’ud berkata: Apabila mayit diletakkan di dalam kuburnya, maka ia didatangi dari arah kedua kakinya. Lalu dikatakan: Tidak ada jalan untuk kalian. Sesungguhnya ia berdiri dengan surat al Mulk diatas kedua kakinya.<br /><br />Lalu ia didatangi dari arah kepalanya. Lalu lidahnya berkata: Tidak ada jalan untuk kalian. Ia selalu membaca surat Al Mulk. Kemudian ia berkata: Surat Al Mulk adalah pencegah dari siksa kubur.<br /><br /><b>3.Pengantar kebaikan dan mencegah hal yang mudharat</b><br /><br />Dalam Taurat disebutkan : Surat Al Mulk, barang siapa membacanya dimalam hari, maka ia telah memperbanyak dan memperbagus.<br /><br />Dalam riwayat lain bahwa barang siapa membacanya setiap malam hari, maka sesuatu yang menggiurkannya tidak akan menjadikan mudharat baginya.<br /><br />Wallahu a’lam</p><p> </p><p><i>Sumber: https://perkarahati.com/2014/07/09/keutamaan-surat-al-mulk/ </i></p><p><i> </i></p><p><i>Artikel lainnya: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/04/tingkatan-puasa-menurut-imam-ghazali.html">Tingkatan Puasa</a> </i><br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-2713318022085016772021-04-27T22:55:00.002+07:002021-07-12T22:25:10.220+07:00Tingkatan Puasa Menurut Imam Ghazali<p style="text-align: center;"><b> Tingkatan Puasa Menurut Imam Ghazali</b></p><p style="text-align: center;"><b></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIEIBJNQj0rWjuLBFyldxwjJ1vyycK5yyrYV8nozcxBq6YJZJz23U4LFIffq7FHzghIxiK_vDTDDxCp-AruRC9yzPfU_Ukafxz-15CGdntEZaK_AHi7ifn3HypifvbGnSNB-Bw44vulpHu/s640/pexels-miguel-%25C3%25A1-padri%25C3%25B1%25C3%25A1n-1061140.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="tiga" border="0" data-original-height="425" data-original-width="640" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIEIBJNQj0rWjuLBFyldxwjJ1vyycK5yyrYV8nozcxBq6YJZJz23U4LFIffq7FHzghIxiK_vDTDDxCp-AruRC9yzPfU_Ukafxz-15CGdntEZaK_AHi7ifn3HypifvbGnSNB-Bw44vulpHu/w400-h265/pexels-miguel-%25C3%25A1-padri%25C3%25B1%25C3%25A1n-1061140.jpg" width="400" /></a></b></div><b><br /></b><p></p><p>Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali menjelaskan tingkatan dalam berpuasa. puasa orang awam, puasa orang khusus, dan puasa orang khususnya khusus. Ketiganya memiliki perbedaan masing-masing.<br /></p><p><br />1. Puasa orang awam (umum)<br /><br />Puasa orang awam ialah menahan makan dan minum serta menjaga syahwat. Tingkatan puasa ini menurut Al-Ghazali adalah tingkatan puasa yang paling rendah. Karena dalam puasa ini hanyalah menahan dari makan, minum, dan hubungan suami istri. Kalau puasanya hanya karena menahan makan dan minum serta tidak melakukan hubungan suami isteri di siang hari, maka kata Rasulullah Saw puasa orang ini termasuk puasa yang merugi yaitu berpuasa tapi tidak mendapatkan pahala melainkan sedikit. Hal ini lah yang diwanti-wanti oleh Rasulullah Saw dengan sabdanya: “banyak orang berpuasa tapi tidak mendapatka pahala berpuasa, yang ia dapatkan hanya lapar dan haus.”<br /><br />2.Puasanya orang khusus<br /><br />Puasa orang khusus adalah selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan gerak panca indra dan anggota badan seperti pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa,” tulis Imam Ghazali.<br /><br />3.Puasa orang khususnya khusus<br /><br />puasa orang khususnya khusus adalah puasanya tingkatan hati. Hatinya selalu terjaga dari kepentingan jangka pendek dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan segala hal yang dapat memalingkan dirinya pada selain Allah SWT.<br /><br />Puasa khusus yang lebih khusus lagi yaitu, di samping hal di atas adalah puasa hati dari segala keinginan hina dan segala pikiran duniawi, serta mencegah memikirkan apa-apa selain Allah Swt (shaum al-Qalbi ‘an al-Himam ad-Duniyati wa al-Ifkaar al-Dannyuwiyati wakaffahu ‘ammaa siwa Allaah bi al-Kulliyati). Menurut Al-Ghazali, tingkatan puasa yang ketiga ini adalah tingkatan puasanya para nabi , Shiddiqqiin, dan Muqarrabin.</p><p> </p><p>Artikel lainnya: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/04/manfaat-sholat-dhuha.html">Shalat Dhuha dan Manfaatnya</a> <br /></p>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-29622593393880593592021-04-19T10:44:00.001+07:002021-07-12T22:25:51.519+07:00Manfaat Sholat Dhuha<p> <!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
</p><p class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b>Manfaat Sholat Sunnah Dhuha</b></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-e79oU2IGZEmRavVGW4yRMiwqsjFt1ya8uowV8-mGxbcjuDfOLybHteFb-c18RWVfOISRFHqhcbCUoH7qIXWoMXzLrnvN0bAWa8B_eRoLnBqp7xNTJ6cYXaGRgGPy4Ba_vIT-Xlmgm8Ne/s640/pray-3725149_640.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="shalat" border="0" data-original-height="427" data-original-width="640" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-e79oU2IGZEmRavVGW4yRMiwqsjFt1ya8uowV8-mGxbcjuDfOLybHteFb-c18RWVfOISRFHqhcbCUoH7qIXWoMXzLrnvN0bAWa8B_eRoLnBqp7xNTJ6cYXaGRgGPy4Ba_vIT-Xlmgm8Ne/w400-h268/pray-3725149_640.jpg" width="400" /></a></b></div><b><br /></b><p></p>
<p class="MsoNormal">Mendirikan sholat sunnah adalah anjuran untuk umat muslim.
Disamping mendirikan ibadah wajib, mendirikan ibadah sunnah tidak kalah
penting. Sholat sunnah memberikan manfaat yang luar biasa untuk kehidupan umat
muslim baik di dunia maupun diakhirat. Apa saja manfaat sholat Dhuha? Inilah
penjelasannya.</p>
<p class="MsoNormal">Manfaat yang pertama adalah menggantikan kegiatan
bersedekah. Bersedekah adalah kegiatan untuk mensyukuri segala nikmat yang
telah diberikan Allah SWT. Bersedekah bisa dilakukan dengan memberikan sebagian
dari rezeki yang didapatkan untuk orang yang lebih membutuhkan. Menjalankan
kegiatan bersedekah ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Mendirikan sholat
Dhuha bisa menjadi cara untuk mengganti kegiatan bersedekah yang jarang anda
lakukan.</p>
<p class="MsoNormal">Manfaat yang ke dua adalah menghapuskan segala dosa.
Menjalankan ibadah sunnah bisa menjadi cara untuk memperbanyak pahala di
akhirat nanti. Selain menambah banyaknya pahala, sholat Dhuha mampu
menghapuskan segala dosa yang dimiliki umat. Allah SWT akan mengampuni segala
dosa yang telah diperbuat hambanya ketika hambanya rajin menunaikan sholat
Dhuha.</p>
<p class="MsoNormal">Manfaat yang ke tiga adalah menjalankan wasiat yang diberika
Rasulullah. Rasulullah menganjurkan umat muslim untuk senantiasa rajin
menunaikan sholat Dhuha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sholat Dhuha
bisa menjadi jalan umat muslim untuk beribadah dan mencari amal sebanyak –
banyaknya. Rajin beribadah membuat umat muslim memiliki bekal yang banyak untuk
di akhirat nantinya.</p>
<p class="MsoNormal">Manfaat paling utama dari mendirikan sholat Dhuha adalah
bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mendekatkan diri kepada sang pencipta
membuat diri memiliki iman yang lebih kuat. Ketika iman seseorang bisa kuat
maka dirinya bisa jauh dari hal yang dilarang Allah SWT. Dilihat dari manfaatnya,
sholat Dhuha memang penting untuk ditunaikan. Sudah saatnya para umat muslim
menambah ketaatannya kepada Allah SWT dengan menunaikan ibadah sunnah.</p><p class="MsoNormal"> </p><p class="MsoNormal">Artikel lainnya: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/04/urutan-dan-tata-cara-wudhu.html">Cara Berwudhu</a> <br /></p>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5865403219337606320.post-44907539931689283662021-04-11T09:58:00.011+07:002021-07-12T22:26:38.778+07:00Urutan dan Tata Cara Wudhu<p class="MsoNormal" style="text-align: center;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--> <b>Urutan dan Tata Cara Wudhu</b></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZrWr4XHdRkVtWdNEY4ULkD-0_PcKlbVN9hTPV8yTB9Kfnp4Eg3izvv0Vl0srks8lxV5SpA_nCyLoX48XjAi50sV8q3fKFX0NlZEC_01VIU1AXYG4rNOYAcZzQFZBNYXqctN0ZfYG0JB0g/s640/the-man-who-drank-the-water-4067318_640.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="wudhu" border="0" data-original-height="426" data-original-width="640" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZrWr4XHdRkVtWdNEY4ULkD-0_PcKlbVN9hTPV8yTB9Kfnp4Eg3izvv0Vl0srks8lxV5SpA_nCyLoX48XjAi50sV8q3fKFX0NlZEC_01VIU1AXYG4rNOYAcZzQFZBNYXqctN0ZfYG0JB0g/w400-h266/the-man-who-drank-the-water-4067318_640.jpg" width="400" /></a></b></div><b><br /> </b><br /><p></p>
<p class="MsoNormal">Wudhu menjadi salah satu syarat yang harus dilakukan sebelum
anda melaksanakan berbagai ibadah lainnya seperti ibadah sholat dan lain
sebagainya. Oleh karena itu penting bagi anda untuk mengetahui berbagai urutan
dan juga tata cara wudhu yang benar. Mungkin anda memang sudah menghafal dengan
urutan untuk berwudhu karena anda sudah bisa melakukannya. Akan tetapi
bagaimana dengan tata cara yang tepat? Maka inilah info lengkapnya untuk anda.</p>
<p class="MsoNormal"><b>1. Dimulai dengan niat</b></p>
<p class="MsoNormal">Urutan pertama yang tentu saja harus anda lakukan adalah
melafalkan niat saat akan berwudhu. Pastikan pula anda berwudhu dengan
menggunakan air bersih yang suci mensucikan.</p>
<p class="MsoNormal"><b>2. Mencuci telapak tangan yang basah</b></p>
<p class="MsoNormal">Pastikan anda membasuh telapak tangan hingga basah secara
merata. Anda perlu untuk membasuh kedua telapak tangan sampai pada pergelangan
tangan hingga bersih.</p>
<p class="MsoNormal"><b>3. Berkumur dengan ar bersih</b></p>
<p class="MsoNormal">Selanjutnya berkumur sebanyak 3 kali untuk membersihkann
gigi hingga bersih sehingga tidak ada bekas makanan di sela sela gigi.
Disunnahkan pula untuk membersihkan hidung anda atau lebih tepatnya lubang
hidung anda, dengan membasuhnya sebanyak 3 kali.</p>
<p class="MsoNormal"><b>4. Mencuci muka</b></p>
<p class="MsoNormal">Langkah selanjutnya adalah mencuci muka sebanyak 3 kali.
Anda perlu memulainya dari tempat tumbuh rambut kepala kemudian menuju ke bawah
dagu dan dari telinga kanan hingga ke telinga kiri. Untuk anda yang memiliki
jenggot juga dianjurkan untuk menyela jenggotnya.</p>
<p class="MsoNormal"><b>5. Membasuh kedua tangan hingga siku</b></p>
<p class="MsoNormal">Membasuh kedua tangan ini dilakukan secara bergantian mulai
dari tangan kanan kemudian dilanjutkan di tangan kiri.</p>
<p class="MsoNormal"><b>6. Mengusapkan kepala</b></p>
<p class="MsoNormal">Dimulai dengan mengusapkan dahi atau sebagian kepala.</p>
<p class="MsoNormal"><b>7. Membersihkan kedua telinga</b></p>
<p class="MsoNormal">Telinga juga perlu dibersihkan dengan memasukkan telunjuk
jari kedalam telinga, lalu ibu jari mengusapkan kedua daun telinga.</p>
<p class="MsoNormal"><b>8. Membasuh kedua kaki</b></p>
<p class="MsoNormal">Kaki anda perlu dibasuh hingga bagian mata kaki. Lakukan
membasuh kaki ini mulai dari kaki kanan kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri.</p>
<p class="MsoNormal">Itulah urutan dan tata cara wudhu yang benar. Hal lain yang
juga perlu anda ketahui adalah berbagai macam-macam wudhu dan juga
ketentuannya.</p><p class="MsoNormal"> </p><p class="MsoNormal">Artikel lainnya: <a href="https://jejarikami.blogspot.com/2021/03/tips-bangun-shalat-malam.html">Tips Shalat Malam</a> <br /></p>
Unknownnoreply@blogger.com