Langsung ke konten utama

Manfaat Sholat Dhuha

 

Manfaat Sholat Sunnah Dhuha

shalat

Mendirikan sholat sunnah adalah anjuran untuk umat muslim. Disamping mendirikan ibadah wajib, mendirikan ibadah sunnah tidak kalah penting. Sholat sunnah memberikan manfaat yang luar biasa untuk kehidupan umat muslim baik di dunia maupun diakhirat. Apa saja manfaat sholat Dhuha? Inilah penjelasannya.

Manfaat yang pertama adalah menggantikan kegiatan bersedekah. Bersedekah adalah kegiatan untuk mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Bersedekah bisa dilakukan dengan memberikan sebagian dari rezeki yang didapatkan untuk orang yang lebih membutuhkan. Menjalankan kegiatan bersedekah ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Mendirikan sholat Dhuha bisa menjadi cara untuk mengganti kegiatan bersedekah yang jarang anda lakukan.

Manfaat yang ke dua adalah menghapuskan segala dosa. Menjalankan ibadah sunnah bisa menjadi cara untuk memperbanyak pahala di akhirat nanti. Selain menambah banyaknya pahala, sholat Dhuha mampu menghapuskan segala dosa yang dimiliki umat. Allah SWT akan mengampuni segala dosa yang telah diperbuat hambanya ketika hambanya rajin menunaikan sholat Dhuha.

Manfaat yang ke tiga adalah menjalankan wasiat yang diberika Rasulullah. Rasulullah menganjurkan umat muslim untuk senantiasa rajin menunaikan sholat Dhuha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sholat Dhuha bisa menjadi jalan umat muslim untuk beribadah dan mencari amal sebanyak – banyaknya. Rajin beribadah membuat umat muslim memiliki bekal yang banyak untuk di akhirat nantinya.

Manfaat paling utama dari mendirikan sholat Dhuha adalah bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mendekatkan diri kepada sang pencipta membuat diri memiliki iman yang lebih kuat. Ketika iman seseorang bisa kuat maka dirinya bisa jauh dari hal yang dilarang Allah SWT. Dilihat dari manfaatnya, sholat Dhuha memang penting untuk ditunaikan. Sudah saatnya para umat muslim menambah ketaatannya kepada Allah SWT dengan menunaikan ibadah sunnah.

 

Artikel lainnya: Cara Berwudhu

Postingan populer dari blog ini

Haji Mabrur

  Tiada imbalan bagi orang yang berhaji dengan mabrur selain surga, begitulah hadits Nabi Muhammad SAW yang sangat populer. Mabrur itu artinya baik. Kebalikan dari haji mabrur ialah haji mardud. Mardud artinya tertolak. Sebagaimana kaidah ibadah umum lainnya, baik di sini maksudnya diniati, dilaksanakan dan ditindaklanjuti sesuai dengan fitrah manusia: adil dan atau tidak dzalim, ihsan dan atau nasihah, simahah dan atau zakah. Tiga prinsip yang diperintahkan Allah ini hampir selalu dibacakan setiap akhir khotbah Jum’at. Di sisi lain, di dunia pesantren dikenal luas kaidah bahwa setiap ibadah tak terkecuali haji selalu membutuhkan ilmu dan amal sebelum, ketika dan sesudahnya.   Mengenai adil dan atau tidak dzalim, secara global diartikan dengan tidak merugikan/menjahati/merampas hak-hak orang lain. Hasil korupsi yang dipakai untuk biaya haji misalnya, tak mungkin menghasilkan haji mabrur. Menyakiti dengan kata-kata dan atau tindakan ketika melaksanakan ibadah haji umpamanya, menandai ba

Jangan Nasehati Orang Bodoh

  Menarik seperti apa yang dikatakan Khalifah Ali bi Abi Thalib :     “Janganlah menasehati orang yang bodoh karena  dia akan membencimu. Nasehatilah orang yang berakal karena dia akan mencintaimu” Kata kata bijak yang disampaikan oleh Khalifah Ali ini perlu kita pahami agar tahu sebutan bodoh orang itu seperti apa. Bodoh dalam hal ini lekat dengan pengertian jahilun, bukan dalam artian kemampuan akademis seseorang yang minim sehingga disebut bodoh. Makna bodoh atau jahilun Jahilun atau bodoh lebih mengacu kepada orang yang selalu benar sendiri dan tidak mau menerima kebenaran yang ada dalam Al Quran maupun Assunah. Karenanya kala menasehati orang yang paling benar bukan simpati yang didapat melah sebaliknya dia akan tersinggung dan malah menyerang. Banyaknya orang bodoh saat ini adalah penyebab kisruh dan pertikaian umat manusia saat ini, menganggap dunia itu kekal selalu tidak puas dengan apa yang didapatnya hingga yang paling parah hilangnya keimanan mereka. Kebodohannya lebih cende

Riwayat dari KH Badrus Salam

  Lahir di Desa Tempursari, Kecamatan Klaten, Solo Jateng, pada Tahun 1906. Wafat Sabtu, 9 Muharram 1394 H (2 Februari 1974). Dimakamkan di Pemakaman Umum Kasin, Malang. Pendidikan Ponpes Jamsaren, Solo. Putra/Putri 7 Orang Perjuangan/Pengabdian : Guru Madrasah Muallimin, Jagalan, Mengajar di beberapa masjid, termasuk di Masjid Agung Jami’ Malang, menjadi Imam Rowatib, dan Pengurus Takmir Masjid Agung Jami’ Malang, menjadi Syuriyah NU Cabang Malang. Kiai yang Menjadi Khodimul Ummah “Dan tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan hanya untuk mengabdikan diri kepada-Ku.” Salah satu ayat dalam Al Qur’an surat Addariyat ayat 56 itulah yang menjadi pedoman dasar KH. Badrus Salam. Karenanya, tidaklah heran jika kemudian segala aktivitas hidup beliau lebih banyak dicurahkan untuk mengabdi kepada Allah SWT, dan menjadi khodimul ummah (melayani kepentingan umat). Prinsipnya, segala aktivitas hidup itu harus diniati untuk beribadah, tanpa pamrih atau mengharapkan sesuatu dar