Langsung ke konten utama

Di Situ, Kadang Saya Merasa Sedih (Sebuah Renungan)


SEBUAH RENUNGAN
 



Ketika teringat sabda, Setiap anak Adam pasti akan mengalami zina; mata, telinga, tangan, kaki, dan hati.
Di situ, sering saya merasa sedih.

Ketika mata ini lebih sering tergunakan untuk melihat yang haram daripada merenung mentafakkuri kebesaran-Nya. Di situ, sering saya merasa sedih. Ketika telinga ini lebih banyak mendengar musik daripada lantunan ayat Al-Quran, ghibah daripada sirah, dan curhatan gadis daripada hadits.

Ketika mulut ini lebih banyak berkata tak baik daripada yang baik, lebih sering memvonis-fitnah daripada ceramah- dakwah.

Ketika tangan ini lebih lincah melakukan maksiat, tetapi teramat kaku dalam memerangi kezhaliman.

Ketika kaki ini lebih cepat melangkah saat menuju tempat hiburan, tetapi lambat bahkan berat saat dilangkahkan menuju Masjid untuk shalat.

Ketika hati ini lebih sering berangan-angan tentang kemegahan dunia, daripada bersyukur atas apa yang telah ada.

Ketika persangkaan orang lain terhadap diri ini terlampau baik daripada siapa diri ini sebenarnya. Di situ, sering saya merasa sedih.

Ketika hati ini merasa besar saat dipuji orang lain, ujub dan berbangga diri; terlupa bahwasanya semua adalah kehendak Allah. Di situ, sering saya merasa sedih.

Ketika mengaku ummat Nabi, mengaku cinta Nabi, tetapi diri ini kepayahan dalam melaksanakan sunnahnya. Di situ, sering saya merasa sedih.

Ketika berkata, Aku selalu berbaik sangka kepada Allah tetapi sering merasa tak terima saat kehendak-Nya tak sesuai rencana. Di situ, sering saya merasa sedih.

Ketika suatu waktu, harta lebih kupentingkan daripada Allah dan Rasul-Nya. Di situ, sering saya merasa sedih.

Ketika teringat, bahwa banyak nikmat-Nya kudustakan, daripada aku syukuri. Di situ, sering saya merasa sedih.

Postingan populer dari blog ini

Haji Mabrur

  Tiada imbalan bagi orang yang berhaji dengan mabrur selain surga, begitulah hadits Nabi Muhammad SAW yang sangat populer. Mabrur itu artinya baik. Kebalikan dari haji mabrur ialah haji mardud. Mardud artinya tertolak. Sebagaimana kaidah ibadah umum lainnya, baik di sini maksudnya diniati, dilaksanakan dan ditindaklanjuti sesuai dengan fitrah manusia: adil dan atau tidak dzalim, ihsan dan atau nasihah, simahah dan atau zakah. Tiga prinsip yang diperintahkan Allah ini hampir selalu dibacakan setiap akhir khotbah Jum’at. Di sisi lain, di dunia pesantren dikenal luas kaidah bahwa setiap ibadah tak terkecuali haji selalu membutuhkan ilmu dan amal sebelum, ketika dan sesudahnya.   Mengenai adil dan atau tidak dzalim, secara global diartikan dengan tidak merugikan/menjahati/merampas hak-hak orang lain. Hasil korupsi yang dipakai untuk biaya haji misalnya, tak mungkin menghasilkan haji mabrur. Menyakiti dengan kata-kata dan atau tindakan ketika melaksanakan ibadah haji umpamanya, menandai ba

Riwayat dari KH Badrus Salam

  Lahir di Desa Tempursari, Kecamatan Klaten, Solo Jateng, pada Tahun 1906. Wafat Sabtu, 9 Muharram 1394 H (2 Februari 1974). Dimakamkan di Pemakaman Umum Kasin, Malang. Pendidikan Ponpes Jamsaren, Solo. Putra/Putri 7 Orang Perjuangan/Pengabdian : Guru Madrasah Muallimin, Jagalan, Mengajar di beberapa masjid, termasuk di Masjid Agung Jami’ Malang, menjadi Imam Rowatib, dan Pengurus Takmir Masjid Agung Jami’ Malang, menjadi Syuriyah NU Cabang Malang. Kiai yang Menjadi Khodimul Ummah “Dan tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan hanya untuk mengabdikan diri kepada-Ku.” Salah satu ayat dalam Al Qur’an surat Addariyat ayat 56 itulah yang menjadi pedoman dasar KH. Badrus Salam. Karenanya, tidaklah heran jika kemudian segala aktivitas hidup beliau lebih banyak dicurahkan untuk mengabdi kepada Allah SWT, dan menjadi khodimul ummah (melayani kepentingan umat). Prinsipnya, segala aktivitas hidup itu harus diniati untuk beribadah, tanpa pamrih atau mengharapkan sesuatu dar

Biografi dari KH Zaini Mun'im

Membaca kisah para ulama sedikit banyak dapat menambah keyakinan kita. Hikmah yang dapat diambil dari para ulama semoga bisa membawa barokah. Artikel berikut ini tentang biografi KH Zaini Mun'im , seorang ulama besar dari Madura. KH. ZAINI MUN’IM dilahirkan pada tahun 1906 di Desa Galis Pamekasan Madura. Beliau putera pertama dari dua bersaudara dari pasangan KH. Abdul Mun’im dan Ny. Hj. Hamidah. Beliau (KH. ZAINI MUN’IM) nama kecilnya adalah Abdul Mughni. Pada tubuh beliau mengalir darah Ulama dan Bangsawan. Ayah beliau KH. Abdul Mun’im adalah putera Kiai Mudarik bin Kiai Ismail. Kiai Ismail adalah generasi kedua penerus Pondok Pesantren Kembang Kuning Pamekasan Madura. Beliau keponakan Kiai Mahalli Pendiri Pondok Pesantren Kembang Kuning. Kakek Kiai Ismail adalah Kiai Nuruddin Gunung Tinggi Pakong, beliau (dari jalur Kiai Batu Ampar Wetan) adalah keturunan Bendoro Saud alias Temenggung Tirtonegoro, Adipati Sumenep yang juga keturunan Pangeran Ketandur atau cucu dari Su