Langsung ke konten utama

Mendobrak Pintu Rejeki Dengan Istighfar

Mendobrak Pintu Rejeki Dengan Istighfar

Rejeki

 

Kita semua sebagai manusia menghendaki hidup yang nyaman, bahagia, dan serba kecukupan. Untuk itu, setiap hari kita luangkan banyak waktu kita untuk pergi bekerja dan berharap rikzi selalu datang kepada kita. Tapi inilah dunia, tempat dimana kita tidak tahu kapan dan dimana kita akan mendapatkan rizki  kita. Tapi bagi orang yang percaya akan kekuatan ALLAH, rizki adalah suatu yang pasti untuk seluruh umat manusia didunia. Hanya permasalahannya adalah setiap manusia mempunyai rizkinya masing-masing. Ada yang hidupnya selalu dilimpahkan rizki, ada yang selalu kekurangan. ada yang selalu senang, ada yang selalu sedih. maka akan timbul pertanyaan, bagaimana kita bisa mendapati hidup kita selalu dalam limpahan rizki dari ALLAH SWT?

Pernahkah terpikir bahwa “hanya” dengan Istighfar ALLAH akan memudahkan segala urusan kita dan memperbanyak harta kita?

Istighfar bermakna memohon ampun kepada Allah SWT. Ketika seseorang melakukan kesalahan atau dosa, ia dapat segera memohon ampun kepada Allah dengan membaca istighfar. Mengingat setiap manusia tidak pernah lepas dari salah dan dosa, maka istighfar semestinya dilakukan setiap saat dan sesering mungkin.

Rasulullah SAW sendiri yang terjaga dari salah dan dosa (ma’sum) tidak pernah lupa membaca istighfar. Kata beliau, ”Sesungguhnya terdapat kesalahan atas kalbuku, sehingga aku membaca istighfar sebanyak seratus kali dalam sehari.” (HR Muslim). Meski demikian, istighfar tidak akan berarti apa-apa jika perbuatan dosa tersebut diulang kembali. Di sinilah pentingnya mengiringi istighfar dengan bertobat.

Tobat secara bahasa bermakna kembali. Yaitu, kembali kepada jalan yang benar. Tobat seseorang baru sempurna jika disertai dengan dua hal. Pertama, perbuatan dosa atau maksiat yang pernah dilakukan dijauhi dan tidak diulang kembali. Kedua, menyesali perbuatan dosa atau maksiat tersebut dengan diiringi tekad tidak akan melakukannya lagi.

Bukan hanya itu. Istighfar ternyata juga ada hubungannya dengan rizki dan urusan lain dalam hidup. Sabda Rasulullah SAW, ”Barangsiapa memperbanyak istighfar, maka Allah akan melapangkan setiap kesusahannya, memberi jalan keluar setiap kesukarannya, dan memberi rizki tanpa diduga-duga. (HR Abu Dawud dan Nasa’i).

Dalam salah satu ayat-Nya, Allah SWT berfirman, ”Maka aku (Nabi Nuh) katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan lebat kepadamu, membanyakkan harta dan anak-anak, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan sungai-sungai’.” (QS 71: 10-12).

Dalam menafsirkan ayat ini, ahli tafsir Ibnu Katsir mengungkapkan bahwa istighfar dan tobat seseorang kepada Allah akan menjadi jalan datangnya rizki, turunnya hujan yang membawa keberkahan, bertambahnya keturunan, dan melimpah ruahnya hasil bumi.

Pada dasarnya, orang yang beristighfar sedang mengakui kesalahan yang mengotori jiwanya. Ketika ia memohon ampun dan bertobat, noda itu akan terhapus dari hatinya. Hati yang bersih akan mudah melakukan kebaikan, termasuk mencari rizki. Hati yang bersih akan mendorong seseorang untuk mendapatkan rezeki yang baik dan halal. Dari rizki yang halal itulah turun keberkahan Allah SWT.

Sebaliknya, hati yang dihiasi dosa, akan mendorong pemiliknya melakukan kejahatan. Ia tidak akan sungkan melakukan perbuatan kotor dan tidak halal. Dengan demikian, dosa dalam hati seseorang jika tidak segera dihapus dengan istighfar dan bertobat, akan menimbulkan dosa baru lainnya.

Pada akhirnya pribadi yang kotor oleh dosa akan jauh dari keberkahan rezeki Allah sebagaimana sabda Nabi SAW, ”Seorang hamba dicegah dari rizki akibat dosa yang diperbuatnya.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Berkaitan dengan hadis ini, Ibnu Qayyim Al-Jauzi mengatakan, ”Jika ketakwaan merupakan penyebab datangnya rizki, maka meninggalkannya dapat menimbulkan kefakiran. Tidak ada satu pun yang dapat memudahkan rizki Allah kecuali dengan meninggalkan maksiat.” Wallahu a’lam.

Saudaraku,

Rizki tidak selalu berupa harta atau materi. Kesehatan kita juga adalah rizki. Teman-teman yang baik adalah rizki. Keimanan yang masih melekat di hati kita sehingga kita tergerak untuk taat, adalah rizki. Sifat sederhana yang selalu menerima takdir ALLAH sehingga kita selalu hidup bahagia juga rizki. Sungguh sebenarnya tiap jiwa senantiasa dalam rizkiNya. Hanya saja pasti ada nilai tertentu yang membedakan banyaknya rizki itu dalam penilaian ALLAH.

Jadi, jika kita ingin selalu dilimpahkan rizki olehNya, mari memperbanyak istighfar dan taubat. Semakin jauh kita dari dosa, semakin dekat kita dengan ALLAH, semakin dekat pula kita dengan kebahagiaan.

Sedikit Renungan, semoga bermanfaat..

Postingan populer dari blog ini

Haji Mabrur

  Tiada imbalan bagi orang yang berhaji dengan mabrur selain surga, begitulah hadits Nabi Muhammad SAW yang sangat populer. Mabrur itu artinya baik. Kebalikan dari haji mabrur ialah haji mardud. Mardud artinya tertolak. Sebagaimana kaidah ibadah umum lainnya, baik di sini maksudnya diniati, dilaksanakan dan ditindaklanjuti sesuai dengan fitrah manusia: adil dan atau tidak dzalim, ihsan dan atau nasihah, simahah dan atau zakah. Tiga prinsip yang diperintahkan Allah ini hampir selalu dibacakan setiap akhir khotbah Jum’at. Di sisi lain, di dunia pesantren dikenal luas kaidah bahwa setiap ibadah tak terkecuali haji selalu membutuhkan ilmu dan amal sebelum, ketika dan sesudahnya.   Mengenai adil dan atau tidak dzalim, secara global diartikan dengan tidak merugikan/menjahati/merampas hak-hak orang lain. Hasil korupsi yang dipakai untuk biaya haji misalnya, tak mungkin menghasilkan haji mabrur. Menyakiti dengan kata-kata dan atau tindakan ketika melaksanakan ibadah haji umpamanya, me...

Riwayat dari KH Badrus Salam

  Lahir di Desa Tempursari, Kecamatan Klaten, Solo Jateng, pada Tahun 1906. Wafat Sabtu, 9 Muharram 1394 H (2 Februari 1974). Dimakamkan di Pemakaman Umum Kasin, Malang. Pendidikan Ponpes Jamsaren, Solo. Putra/Putri 7 Orang Perjuangan/Pengabdian : Guru Madrasah Muallimin, Jagalan, Mengajar di beberapa masjid, termasuk di Masjid Agung Jami’ Malang, menjadi Imam Rowatib, dan Pengurus Takmir Masjid Agung Jami’ Malang, menjadi Syuriyah NU Cabang Malang. Kiai yang Menjadi Khodimul Ummah “Dan tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan hanya untuk mengabdikan diri kepada-Ku.” Salah satu ayat dalam Al Qur’an surat Addariyat ayat 56 itulah yang menjadi pedoman dasar KH. Badrus Salam. Karenanya, tidaklah heran jika kemudian segala aktivitas hidup beliau lebih banyak dicurahkan untuk mengabdi kepada Allah SWT, dan menjadi khodimul ummah (melayani kepentingan umat). Prinsipnya, segala aktivitas hidup itu harus diniati untuk beribadah, tanpa pamrih atau mengharapkan se...

Antara Berjamaah dan Sendirian

  Sholat jama’ah itu lebih utama 27 derajat dibanding sholat sendiri, keutamaan sholat sunat di rumah (tidak berjamaah) dibandingkan sholat sunat di masjid sama dengan keutamaan sholat jamaah, begitu kira-kira Nabi Muhammad SAW telah bersabda. Dalam riwayat lain, sabda beliau: sholat jama’ah lebih utama 25 derajat daripada sholat sendiri. Jadi, 25 atau 27 derajat keutamaannya sesuai dengan kesungguh-sungguhannya, dan hanya Allah sajalah yang berhak menentukan.   Sebagaimana dicontohkan Nabi SAW dan dijelaskan para ulama dalam berbagai kitab (lebih-lebih kitab kuning), keutamaan sholat berjamaah itu berlaku untuk sholat wajib (sholat fardlu 5 waktu), ketika tidak sedang bepergian jauh. Bila sedang jadi musafir (bepergian jauh) sebagian ulama mengatakan, sholat wajib tidak harus berjamaah. Sepanjang hidup, Nabi SAW selalu berjamaah ketika sholat wajib. Adapun dalam sholat sunat, secara umum justru derajat (pahalanya) lebih tinggi kalau dilakukan sendiri (tanpa berjama’ah). Belia...