Langsung ke konten utama

Renungan Sang Pemegang Amanah

Sang Pemegang Amanah


 

Dirimu diwaktu malam, sujudmu yang dalam

mengokohkan ddirimu melebihi gunung membiru

lalu kau terima beban untuk mencintai semesta

membagi senyum ketika kau terluka,

memberi minum ketika kau dahaga,

menghibur jiwa-jiwa ketika kau berduka

( Salim Afillah “DALAM DEKAPAN UKHUWAH” )

Bait pujian untuk manusia terbaik sepanjang masa. pemegang amanah dari Tuhannya alam semesta. Ayat demi ayat yang turun padanya, menjadikannya pejuang sebenarnya.

masih dari “DDU”

“Kalau sekiranya kami menurunkan Al Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu melihatnya tunduk terpecah berantakan disebabkan takut pada ALLAH” ( QS Al Hasyr: 21 )

Itu kalimat yang berat, beban yang sangat berat. Beban yang kita tahu gunungpun tidak sanggup menerimanya. Beban yang dihindari langit dan bumi. Dan Muhammad harus menerimanya. Dia harus menanggungnya. maka hatinya harus lebih kokoh dari gunung. maka jiwanya harus lebih perkasa dari bumi. maka dadanya harus lebih lapang dari pada lautan. karena itu dia harus bangun diwaktu malam untuk menghubungkan diri dengan sumber kekuatan yang Maha Perkasa.

Seperti kita ketahui bersama, bahwa Rasulullah adalah orang terbaik dalam shalatnya. kualitas dan kuantitas. itulah kekuatan besar beliau, kekuatan dari Maha Dasyat yang membuat beliau menjadi orang yang sangat perkasa menjalankan amanah tak terhingga dari ALLAH SWT. ALLAH lah Sang kunci kekuatan itu. Hingga kekuatan apapun tidak akan pernah bisa menggetarkan kekuatan sejati yang dilimpahkanNya.

Saudaraku,

mari berusaha untuk senantiasa menegakkan shalat dengan sebaiknya, mendekatkan diri pada ALLAH dengan semampunya, menjadi orang terbaik dihadapanNya. maka kekuatan besar tiada terduga akan dilimpahkanNya pada kita. Kekuatan hati,  jiwa, akal, fisik, dan semua yang kita butuhkan untuk menjalani amanah kehidupan.

Sedikit renungan, semoga bermanfaat..

Postingan populer dari blog ini

Haji Mabrur

  Tiada imbalan bagi orang yang berhaji dengan mabrur selain surga, begitulah hadits Nabi Muhammad SAW yang sangat populer. Mabrur itu artinya baik. Kebalikan dari haji mabrur ialah haji mardud. Mardud artinya tertolak. Sebagaimana kaidah ibadah umum lainnya, baik di sini maksudnya diniati, dilaksanakan dan ditindaklanjuti sesuai dengan fitrah manusia: adil dan atau tidak dzalim, ihsan dan atau nasihah, simahah dan atau zakah. Tiga prinsip yang diperintahkan Allah ini hampir selalu dibacakan setiap akhir khotbah Jum’at. Di sisi lain, di dunia pesantren dikenal luas kaidah bahwa setiap ibadah tak terkecuali haji selalu membutuhkan ilmu dan amal sebelum, ketika dan sesudahnya.   Mengenai adil dan atau tidak dzalim, secara global diartikan dengan tidak merugikan/menjahati/merampas hak-hak orang lain. Hasil korupsi yang dipakai untuk biaya haji misalnya, tak mungkin menghasilkan haji mabrur. Menyakiti dengan kata-kata dan atau tindakan ketika melaksanakan ibadah haji umpamanya, me...

Antara Berjamaah dan Sendirian

  Sholat jama’ah itu lebih utama 27 derajat dibanding sholat sendiri, keutamaan sholat sunat di rumah (tidak berjamaah) dibandingkan sholat sunat di masjid sama dengan keutamaan sholat jamaah, begitu kira-kira Nabi Muhammad SAW telah bersabda. Dalam riwayat lain, sabda beliau: sholat jama’ah lebih utama 25 derajat daripada sholat sendiri. Jadi, 25 atau 27 derajat keutamaannya sesuai dengan kesungguh-sungguhannya, dan hanya Allah sajalah yang berhak menentukan.   Sebagaimana dicontohkan Nabi SAW dan dijelaskan para ulama dalam berbagai kitab (lebih-lebih kitab kuning), keutamaan sholat berjamaah itu berlaku untuk sholat wajib (sholat fardlu 5 waktu), ketika tidak sedang bepergian jauh. Bila sedang jadi musafir (bepergian jauh) sebagian ulama mengatakan, sholat wajib tidak harus berjamaah. Sepanjang hidup, Nabi SAW selalu berjamaah ketika sholat wajib. Adapun dalam sholat sunat, secara umum justru derajat (pahalanya) lebih tinggi kalau dilakukan sendiri (tanpa berjama’ah). Belia...

Cinta Allah dan Rasulnya

  Mencintai Allah dan Rasulullah Muhammad SAW, dalam kitab Futuhul Madaniyyah karya Syeikh Nawawi Al Bantani ditempatkan pada urutan ketujuh diantara cabang-cabang keimanan yang dalam kitab atau buku tersebut disebutkan tujuhpuluh tujuh cabang. Selanjutnya, Syeikh Nawawi mengutip hadits yang diriwiyatkan dua guru -Imam Buchori dan Muslim- bahwa Rasulullah telah bersabda yang kurang-lebih artinya; “Tiga perkara, siapa saja yang dirinya mengandung tiga perkara, dia akan menemukan manisnya iman” mencintai Allah dan Rasulullah melebihi kecintaannya kepadaselain keduanya, mencintai seseorang semata-mata karena dan dalam koridor(perintah) Allah, benci kalau sampai kembali ke dalam kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran, sebagaimana dia benci kalau sampai dicemplungkan ke dalam neraka. Mencintai Allah dan Rasulullah melebihi kecintaan kepada apa saja, merupakan salah satu syarat menuju “iman sempurna”. Mencintai berarti menomorsatukan. Segenap perintah dari Sang Kekasih s...