Langsung ke konten utama

Proses Itu Perlu Progres dan Tujuan

yang namanya proses itu perlu progres dan perlu tujuan | tanpanya, proses itu hanya jadi alasan untuk kemaksiatan
kenapa belum berhijab salihat? "emm.. anuu, aku masih dalam proses" | hanya dari dua tahun lalu jawabannya sama, ini proses tanpa progres
kok ta'aruf tapi udah 3 tahun? lama bingit? "aaa.. itu.. masih proses" | kalau proses tanpa tujuan ya begitu, mengambang, menggantung
yang namanya proses itu serius, ada tujuan yang ingin dicapai, dan langkahnya sungguhan | bukan alasan yang diberikan untuk tetep maksiat
atas nama proses, kita kadang beralasan untuk tak kunjung baik | padahal proses itu seperti perjalanan, ada awalnya dan ada akhirnya
kalau tujuan kita jelas, proses akan lebih mudah dilakukan | tapi bila tujuan kabur, ya prosesnya juga kapan tau jadinya..
dan tiap proses mestilah berprogres, dan tiap progres itu nggak nyaman | jadi memang proses itu nggak nyaman, nggak enak, sulit
jadi proses itu, ya mesti nambah pemahaman lewat kajian | mesti latihan dan pengulangan lewat pembiasaan
dan tidak semua orang yang bisa istiqamah dalam proses | karenanya yang istimewa itu jumlahnya memang sedikit, yang mau lewati proses
semangat ya berproses hijrah ke yang lebih salih dan salihah | bila niatan kita sudah tetap, Allah pasti akan mudahkan, serius..

Ustadz Felix Siauw

 
 
 
Baca juga: Sebuah peringatan 

Postingan populer dari blog ini

Haji Mabrur

  Tiada imbalan bagi orang yang berhaji dengan mabrur selain surga, begitulah hadits Nabi Muhammad SAW yang sangat populer. Mabrur itu artinya baik. Kebalikan dari haji mabrur ialah haji mardud. Mardud artinya tertolak. Sebagaimana kaidah ibadah umum lainnya, baik di sini maksudnya diniati, dilaksanakan dan ditindaklanjuti sesuai dengan fitrah manusia: adil dan atau tidak dzalim, ihsan dan atau nasihah, simahah dan atau zakah. Tiga prinsip yang diperintahkan Allah ini hampir selalu dibacakan setiap akhir khotbah Jum’at. Di sisi lain, di dunia pesantren dikenal luas kaidah bahwa setiap ibadah tak terkecuali haji selalu membutuhkan ilmu dan amal sebelum, ketika dan sesudahnya.   Mengenai adil dan atau tidak dzalim, secara global diartikan dengan tidak merugikan/menjahati/merampas hak-hak orang lain. Hasil korupsi yang dipakai untuk biaya haji misalnya, tak mungkin menghasilkan haji mabrur. Menyakiti dengan kata-kata dan atau tindakan ketika melaksanakan ibadah haji umpamanya, menandai ba

Jangan Nasehati Orang Bodoh

  Menarik seperti apa yang dikatakan Khalifah Ali bi Abi Thalib :     “Janganlah menasehati orang yang bodoh karena  dia akan membencimu. Nasehatilah orang yang berakal karena dia akan mencintaimu” Kata kata bijak yang disampaikan oleh Khalifah Ali ini perlu kita pahami agar tahu sebutan bodoh orang itu seperti apa. Bodoh dalam hal ini lekat dengan pengertian jahilun, bukan dalam artian kemampuan akademis seseorang yang minim sehingga disebut bodoh. Makna bodoh atau jahilun Jahilun atau bodoh lebih mengacu kepada orang yang selalu benar sendiri dan tidak mau menerima kebenaran yang ada dalam Al Quran maupun Assunah. Karenanya kala menasehati orang yang paling benar bukan simpati yang didapat melah sebaliknya dia akan tersinggung dan malah menyerang. Banyaknya orang bodoh saat ini adalah penyebab kisruh dan pertikaian umat manusia saat ini, menganggap dunia itu kekal selalu tidak puas dengan apa yang didapatnya hingga yang paling parah hilangnya keimanan mereka. Kebodohannya lebih cende

Biografi dari KH Zaini Mun'im

Membaca kisah para ulama sedikit banyak dapat menambah keyakinan kita. Hikmah yang dapat diambil dari para ulama semoga bisa membawa barokah. Artikel berikut ini tentang biografi KH Zaini Mun'im , seorang ulama besar dari Madura. KH. ZAINI MUN’IM dilahirkan pada tahun 1906 di Desa Galis Pamekasan Madura. Beliau putera pertama dari dua bersaudara dari pasangan KH. Abdul Mun’im dan Ny. Hj. Hamidah. Beliau (KH. ZAINI MUN’IM) nama kecilnya adalah Abdul Mughni. Pada tubuh beliau mengalir darah Ulama dan Bangsawan. Ayah beliau KH. Abdul Mun’im adalah putera Kiai Mudarik bin Kiai Ismail. Kiai Ismail adalah generasi kedua penerus Pondok Pesantren Kembang Kuning Pamekasan Madura. Beliau keponakan Kiai Mahalli Pendiri Pondok Pesantren Kembang Kuning. Kakek Kiai Ismail adalah Kiai Nuruddin Gunung Tinggi Pakong, beliau (dari jalur Kiai Batu Ampar Wetan) adalah keturunan Bendoro Saud alias Temenggung Tirtonegoro, Adipati Sumenep yang juga keturunan Pangeran Ketandur atau cucu dari Su