Langsung ke konten utama

4 Obat Mujarab untuk Kesulitan Hidup Manusia


 

Obat

 

Artikel berikut tentang beberapa kesulitan hidup yang sering dilalui manusia dan tips untuk mengobatinya. Mari kita simak bersama.

Sebagai seorang manusia, tentu hidup kita tak akan pernah mungkin jauh dari permasalahan. Sejatinya masalah itu adalah sebuah cobaan atau ujian yang Allah alamatkan pada kita, hambaNya, untuk menguji sebesar apakah keimanan kita kepadaNya, sekaligus proses kenaikan derajat kita di hadapan Allah SWT. Maka, seperti anak-anak sekolah yang menghadapi ujian kenaikan atau kelulusan sekolah, jika mampu melewati ujian tersebut, maka mereka berhak untuk menaiki jenjang selanjutnya. Pun dengan ujian kehidupan ini, jika kita mampu melewatinya, maka kita akan bisa naik ke derajat yang lebih tinggi di hadapan Allah SWT.

Nah, berikut ini adalah berbagai permasalahan yang seringkali menimpa kita, beserta beberapa obat atau terapi yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya. Apa sajakah itu?

1. Sakit-sakitan
Sering sakit atau mengalami kondisi tubuh yang kurang fit untuk jangka waktu lama, apalagi saat aktivitas dituntut sangat padat, tentu akan membuat kita merasakan ketidaknyamanan. Seharusnya kita mampu melakukan banyak hal, namun nyatanya kita tak mampu melakukan apapun saat kondisi tubuh seringkali drop atau lemah.

Nah, kondisi tubuh yang sering sakit atau drop, bisa dikarenakan organ-organ dalam tubuh terlalu keras dipaksa bekerja. Hal ini bisa dipicu karena padatnya aktivitas dan kurang istirahat, namun tak jarang juga karena konsumsi makanan kurang sehat serta berlebihan.
Untuk itu, BERPUASA mampu membantu organ-organ tubuh kita, terutama organ-organ pencernaan, untuk sedikit beristirahat atau rilex. Karena pada kondisi berpuasa, organ-organ akan bisa kembali bekerja normal dan tidak terlalu ‘ngoyo’. Berpuasa juga mampu mengontrol diri kita dari mengkonsumsi makanan-makanan tak sehat yang mampu memicu banyak penyakit, dengan saat sahur atau buka juga tidak terlalu makan atau minum yang berlebihan.

2. Emosi Berlebihan
Emosi berlebihan, atau menuruti amarah diri, ternyata bisa sangat memicu peningkatan stress dan tentunya sakit fisik dan hati pada diri kita. Dan jika hal tersebut tak segera kita obati, maka emosi atau amarah yang gampang menyerang kita bisa saja sewaktu-waktu mengendalikan akal kita, dan menuntun kita pada hal-hal yang merugikan. Kita bisa saja jatuh dalam bujukan setan untuk melakukan maksiat atau dosa besar. Na’udzubillaah.

Untuk itu, sebagai terapi atau pengobatannya, kita perlu memperbanyak BERWUDHU dan BERISTIGHFAR. Karena sentuhan air wudhu ternyata dapat menenangkan pikiran dan psikis kita yang sedang kalut oleh emosi atau amarah, dan perasaan-perasaan tidak menenangkan yang lain. Apalagi jika ditambah dengan istighfar, meminta ampun kepada Allah. Maka hati kita akan terasa semakin tenang karena merasa Allah melindungi kita.

3. Hati Tidak Tenang
Ada kalanya saat sedang merasa amat jatuh atau sendiri, kita merasakan ditinggalkan, kesepian, atau tak seorang pun berpihak pada kita. Sejatinya memang tak ada yang abadi dari semua ciptaan Allah, semua akan diminta oleh Allah dari kita pada masanya nanti. Termasuk orang-orang terdekat kita. Nah, pada saat itulah, kita rawan mengalami ketidaktenangan hati yang membuat hidup kita terasa tidak bahagia.

Obat atau terapi yang bisa kita lakukan adalah BERDZIKIR atau mengingat Allah selalu. Tak hanya saat ditimpa musibah atau ujian, namun di setiap waktu kita, mengingat Allah selalu membuat kita tenang. Karena kita akan selalu merasa dekat dengan Allah dan kita sadar bahwa Allah selalu ada dekat sekali dengan kita. Maka tak lagi perlu kita merasa sedih, gelisah, atau perasaan-perasaan tidak tenang yang lain.

4. Permasalahan Hidup yang Berat
Setiap orang memiliki permasalahan sendiri-sendiri dalam hidupnya. Dan Allah sebenarnya memberi kita ujian justru kepada apa-apa yang kita senangi atau cintai. Ada yang diuji lewat anak-anak atau pasangan hidupnya, ada yang diuji lewat kedua orangtuanya, ada yang diuji lewat teman atau sahabatnya, dan ada yang diuji lewat harta. Semua itu Allah sesuaikan dengan kemampuan setiap hambaNya.

Dan ujian dari Allah bukanlah karena Allah tak mencintai kita. Justru Allah ingin mengingatkan kita untuk terus dekat denganNya. Karena hakikatnya manusia, saat sedang kesusahan maka siapa lagi yang akan dituju selain Tuhannya? Nah, terapi atau obat dari permasalahan apapun, baik yang kecil sampai berat sekalipun adalah SHALAT TAHAJUD.

Di mana waktu sepertiga malam laksana jalan tol, bebas hambatan, yang mampu membuat doa-doa kita lebih mustajab dikabulkan oleh Allah. Tentunya dengan kondisi kita kusyu’ dan tawakal atas semua keputusan yang akan Allah beri, saat kita memohon kepadanya.

Itulah berbagai permasalahan yang tentu menjadi sebuah hal lumrah dialami setiap manusia dalam kehidupannya. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa hal-hal tersebut jika dibiarkan terus akan menjadi sebuah beban hidup tersendiri dan bisa mendorong kita pada kedurhakaan pada Allah. Sehingga sedini mungkin, kita perlu menerapinya dengan obat-obat terapi yang in shaa Allah ampuh tersebut.


Postingan populer dari blog ini

Haji Mabrur

  Tiada imbalan bagi orang yang berhaji dengan mabrur selain surga, begitulah hadits Nabi Muhammad SAW yang sangat populer. Mabrur itu artinya baik. Kebalikan dari haji mabrur ialah haji mardud. Mardud artinya tertolak. Sebagaimana kaidah ibadah umum lainnya, baik di sini maksudnya diniati, dilaksanakan dan ditindaklanjuti sesuai dengan fitrah manusia: adil dan atau tidak dzalim, ihsan dan atau nasihah, simahah dan atau zakah. Tiga prinsip yang diperintahkan Allah ini hampir selalu dibacakan setiap akhir khotbah Jum’at. Di sisi lain, di dunia pesantren dikenal luas kaidah bahwa setiap ibadah tak terkecuali haji selalu membutuhkan ilmu dan amal sebelum, ketika dan sesudahnya.   Mengenai adil dan atau tidak dzalim, secara global diartikan dengan tidak merugikan/menjahati/merampas hak-hak orang lain. Hasil korupsi yang dipakai untuk biaya haji misalnya, tak mungkin menghasilkan haji mabrur. Menyakiti dengan kata-kata dan atau tindakan ketika melaksanakan ibadah haji umpamanya, menandai ba

Riwayat dari KH Badrus Salam

  Lahir di Desa Tempursari, Kecamatan Klaten, Solo Jateng, pada Tahun 1906. Wafat Sabtu, 9 Muharram 1394 H (2 Februari 1974). Dimakamkan di Pemakaman Umum Kasin, Malang. Pendidikan Ponpes Jamsaren, Solo. Putra/Putri 7 Orang Perjuangan/Pengabdian : Guru Madrasah Muallimin, Jagalan, Mengajar di beberapa masjid, termasuk di Masjid Agung Jami’ Malang, menjadi Imam Rowatib, dan Pengurus Takmir Masjid Agung Jami’ Malang, menjadi Syuriyah NU Cabang Malang. Kiai yang Menjadi Khodimul Ummah “Dan tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan hanya untuk mengabdikan diri kepada-Ku.” Salah satu ayat dalam Al Qur’an surat Addariyat ayat 56 itulah yang menjadi pedoman dasar KH. Badrus Salam. Karenanya, tidaklah heran jika kemudian segala aktivitas hidup beliau lebih banyak dicurahkan untuk mengabdi kepada Allah SWT, dan menjadi khodimul ummah (melayani kepentingan umat). Prinsipnya, segala aktivitas hidup itu harus diniati untuk beribadah, tanpa pamrih atau mengharapkan sesuatu dar

Biografi KH Bishri Syansuri (1886-1980 M)

(Sumber foto: nu.or.id) Seorang mukmin sejati pasti percaya bahwa ada yang mengatur perjalanan hidup manusia, yaitu Dzat Yang Maha Berkehendak. Walaupun dalam batas-batas tertentu Dzat Yang Maha Agung itu juga memberikan kewenangan kepada manusia untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Begitupun, Bishri Syansuri kecil tentu tidak akan pernah menyangka jika pada akhirnya akan menjadi “orang“ di Denanyar Jombang, bahkan sampai menjadi Rais ‘Aam PBNU menggantikan kakak iparnya (KH Abdul Wahab Hasbullah) yang harus terlebih dahulu menghadap Allah SWT. Beliau berkakak ipar dengan KH Abdul Wahab Hasbullah, Kiai Bisri juga berbesan dengan KH Hasyim Asy’ari, gurunya. KH Wahid Hasyim putra KH Hasyim Asy’ari, menikah dengan Hj. Solichah putri beliau dan dari merekalah lahir KH Abdurrahman Wahid, alias Gus Dur, yang kelak akan menjadi Presiden. Lahir Bishri Syansuri dilahirkan di Desa Tayu, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah, tanggal 28 Dzulhijjah 1304 H / 18 September 1886. Ayah