Langsung ke konten utama

Semua Bumi Allah Adalah Tempat Bersujud

 



Shalat merupakan ibadah yang pertama kali akan dihisab di akhirat kelak. Hendaknya shalat dilakukan dengan memperhatikan syarat dan rukunnya serta di awal waktu. Tempat terbaik untuk shalat memang ada di masjid, namun kita bisa shalat dimanapun selama tempatnya sesuai syarat yang telah ditentukan.

Ini merupakan dasar bahwa shalat itu bisa dilaksanakan dimanapun, tidak harus di masjid, tergantung kondisi dan keadaan saat shalat harus ditegakkan. Ini kisahnya sebagai berikut:

Pada suatu ketika, Ibrahim bin Yazid At Taimi membacakan al Qur’an kepada bapaknya di halaman masjid. Ketika ia membaca ayat sajadah, si bapak kontan bersujud.

Lalu ia bertanya kepada bapaknya, ” mengapa ayah sujud di jalanan?” Sang ayah lalu menjawab : “Aku mendengar Abu Dzar bercerita, bahwa dia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw tentang masjid yang mula mula dibangun di muka bumi. Kemudian, Rasulullah Saw menjawab Masjidil Haram. Lalu ditanyakan pula, sesudah itu masjid apalagi. Rasulullah pun menjawab, Masjidil Aqsha.

Kemudian ditanyakan lagi, berapa lama jarak antara keduanya di bangun. Beliau menjawab empat puluh tahun. Lalu beliau melanjutkan sabdanya,” Kemudian seluruh bumi Allah adalah tempat sujud bagimu karena itu, dimana saja kamu berada, jika waktu shalat telah tiba, maka sujudlah segera.

(buku ketawa sehat bareng ahli fiqih, Khaeron Sirin)

 

Lainnya:

Keutamaan Bersedekah 

Manfaat Shalat Dhuha

Postingan populer dari blog ini

Haji Mabrur

  Tiada imbalan bagi orang yang berhaji dengan mabrur selain surga, begitulah hadits Nabi Muhammad SAW yang sangat populer. Mabrur itu artinya baik. Kebalikan dari haji mabrur ialah haji mardud. Mardud artinya tertolak. Sebagaimana kaidah ibadah umum lainnya, baik di sini maksudnya diniati, dilaksanakan dan ditindaklanjuti sesuai dengan fitrah manusia: adil dan atau tidak dzalim, ihsan dan atau nasihah, simahah dan atau zakah. Tiga prinsip yang diperintahkan Allah ini hampir selalu dibacakan setiap akhir khotbah Jum’at. Di sisi lain, di dunia pesantren dikenal luas kaidah bahwa setiap ibadah tak terkecuali haji selalu membutuhkan ilmu dan amal sebelum, ketika dan sesudahnya.   Mengenai adil dan atau tidak dzalim, secara global diartikan dengan tidak merugikan/menjahati/merampas hak-hak orang lain. Hasil korupsi yang dipakai untuk biaya haji misalnya, tak mungkin menghasilkan haji mabrur. Menyakiti dengan kata-kata dan atau tindakan ketika melaksanakan ibadah haji umpamanya, me...

Biografi KH Muhammad Khozin

  Mbah Khozin, KH. Muhammad Khozin, adalah seorang kyai sepuh yang sangat zuhud dan tetap istiqamah mengajarkan al Hikam di sebuah mushola kecil bercat putih yang berlokasi di kompleks Pesantren Mahir ar-Riyadh, kampung Ringin Agung, Kencong-Kediri, Jawa Timur. Meski umur beliau lebih dari 80 tahun, kyai itu sehat, jelas bicaranya, dan pendengarannya masih bisa menangkap suara dengan baik. Beliau melakukan aktivitas sehari-harinya di mushola, antara lain sembahyang, tidur, ngaji, wiridan, bersholawat 25.000 kali setiap hari, hingga bersantai hingga terima tamu. Rumah beliau yang persis ada di samping mushola, hanya digunakan untuk ganti baju, makan, bertemu istrinya dan 4 anaknya. Ketika mushola sepi, Mbah Khozin hanya ditemani kitab-kitab, alat tulis, dan kertas untuk catatan yang menumpuk rapi di atas meja. Mbah khozin tidur beralaskan sajadah, jika sedang tidak tidur, sajadah dilipat, ditaruh di pengimaman. Di pengimaman itu pula ada sampiran tempat Mbah Khozin me...

Biografi dari KH Zaini Mun'im

Membaca kisah para ulama sedikit banyak dapat menambah keyakinan kita. Hikmah yang dapat diambil dari para ulama semoga bisa membawa barokah. Artikel berikut ini tentang biografi KH Zaini Mun'im , seorang ulama besar dari Madura. KH. ZAINI MUN’IM dilahirkan pada tahun 1906 di Desa Galis Pamekasan Madura. Beliau putera pertama dari dua bersaudara dari pasangan KH. Abdul Mun’im dan Ny. Hj. Hamidah. Beliau (KH. ZAINI MUN’IM) nama kecilnya adalah Abdul Mughni. Pada tubuh beliau mengalir darah Ulama dan Bangsawan. Ayah beliau KH. Abdul Mun’im adalah putera Kiai Mudarik bin Kiai Ismail. Kiai Ismail adalah generasi kedua penerus Pondok Pesantren Kembang Kuning Pamekasan Madura. Beliau keponakan Kiai Mahalli Pendiri Pondok Pesantren Kembang Kuning. Kakek Kiai Ismail adalah Kiai Nuruddin Gunung Tinggi Pakong, beliau (dari jalur Kiai Batu Ampar Wetan) adalah keturunan Bendoro Saud alias Temenggung Tirtonegoro, Adipati Sumenep yang juga keturunan Pangeran Ketandur atau cucu dari Su...