Langsung ke konten utama

Sebuah Kisah: Ikan dan Kura-Kura

 



Allah menciptakan apapun selalu ada maksud dan tujuannya. Begitu pula dengan penciptaan kura-kura ini supaya manusia dapat mengambil hikmah, pelajaran dan itibar. Mari kita simak kisah percakapan antara seekor kura-kura dan seekor ikan dibawah ini.


Seekor ikan bertanya kepada kura–kura:
“Kenapa setiap saat kamu sedang mendapat masalah selalu bersembunyi, masuk ke dalam cangkangmu?”
Kura–kura menanggapi:
“Apakah penting pertanyaan kamu itu aku jawab?”
Ikan berkata :
“Semua mahluk di sini heran dengan sifatmu yg selalu bersembunyi bila menghadapi masalah..”
Kura–kura menjawab:
"Komentar orang lain apakah penting?
Aku tak menghindar, Aku tak lari dari kenyataan, Aku hanya mencari suasana yg lebih damai didalam cangkangku."
Ikan bertanya lagi :
“Tapi apa kamu tidak peduli selalu jadi bahan omongan?”
Kura–kura berujar:
“inilah alasan mengapa aku lebih panjang umur dari pada kalian. Kalian terlalu sibuk mengurusi kehidupanku sampai kalian lupa siapa diri kalian. Kalian terlalu sibuk memperhatikan diriku sampai kalian lupa siapa diri kalian.”

Dalam hidup ini kita sendiri yg menentukan pilihan, berbuatlah yg terbaik & biarkanlah orang lain mau berkomentar apapun. Orang yg menyukaimu tetap akan membenarkanmu sekalipun kamu keliru. Sebaliknya, orang yg membencimu selalu akan menyalahkanmu sekalipun kamu benar. Berapa banyak waktumu terbuang hanya tuk mengurusi kehidupan orang lain??


Sehingga kamu lupa pada dirimu sendiri kapan harus makan & istirahat. Sayangi dirimu dengan lebih peduli pada urusanmu sendiri sebab. Engkau akan menjadi orang yg selalu kekurangan saat kamu selalu ingin tau urusan orang lain.

 

Baca juga: 8 Golongan Manusia Beruntung

Postingan populer dari blog ini

Haji Mabrur

  Tiada imbalan bagi orang yang berhaji dengan mabrur selain surga, begitulah hadits Nabi Muhammad SAW yang sangat populer. Mabrur itu artinya baik. Kebalikan dari haji mabrur ialah haji mardud. Mardud artinya tertolak. Sebagaimana kaidah ibadah umum lainnya, baik di sini maksudnya diniati, dilaksanakan dan ditindaklanjuti sesuai dengan fitrah manusia: adil dan atau tidak dzalim, ihsan dan atau nasihah, simahah dan atau zakah. Tiga prinsip yang diperintahkan Allah ini hampir selalu dibacakan setiap akhir khotbah Jum’at. Di sisi lain, di dunia pesantren dikenal luas kaidah bahwa setiap ibadah tak terkecuali haji selalu membutuhkan ilmu dan amal sebelum, ketika dan sesudahnya.   Mengenai adil dan atau tidak dzalim, secara global diartikan dengan tidak merugikan/menjahati/merampas hak-hak orang lain. Hasil korupsi yang dipakai untuk biaya haji misalnya, tak mungkin menghasilkan haji mabrur. Menyakiti dengan kata-kata dan atau tindakan ketika melaksanakan ibadah haji umpamanya, me...

Antara Berjamaah dan Sendirian

  Sholat jama’ah itu lebih utama 27 derajat dibanding sholat sendiri, keutamaan sholat sunat di rumah (tidak berjamaah) dibandingkan sholat sunat di masjid sama dengan keutamaan sholat jamaah, begitu kira-kira Nabi Muhammad SAW telah bersabda. Dalam riwayat lain, sabda beliau: sholat jama’ah lebih utama 25 derajat daripada sholat sendiri. Jadi, 25 atau 27 derajat keutamaannya sesuai dengan kesungguh-sungguhannya, dan hanya Allah sajalah yang berhak menentukan.   Sebagaimana dicontohkan Nabi SAW dan dijelaskan para ulama dalam berbagai kitab (lebih-lebih kitab kuning), keutamaan sholat berjamaah itu berlaku untuk sholat wajib (sholat fardlu 5 waktu), ketika tidak sedang bepergian jauh. Bila sedang jadi musafir (bepergian jauh) sebagian ulama mengatakan, sholat wajib tidak harus berjamaah. Sepanjang hidup, Nabi SAW selalu berjamaah ketika sholat wajib. Adapun dalam sholat sunat, secara umum justru derajat (pahalanya) lebih tinggi kalau dilakukan sendiri (tanpa berjama’ah). Belia...

Cinta Allah dan Rasulnya

  Mencintai Allah dan Rasulullah Muhammad SAW, dalam kitab Futuhul Madaniyyah karya Syeikh Nawawi Al Bantani ditempatkan pada urutan ketujuh diantara cabang-cabang keimanan yang dalam kitab atau buku tersebut disebutkan tujuhpuluh tujuh cabang. Selanjutnya, Syeikh Nawawi mengutip hadits yang diriwiyatkan dua guru -Imam Buchori dan Muslim- bahwa Rasulullah telah bersabda yang kurang-lebih artinya; “Tiga perkara, siapa saja yang dirinya mengandung tiga perkara, dia akan menemukan manisnya iman” mencintai Allah dan Rasulullah melebihi kecintaannya kepadaselain keduanya, mencintai seseorang semata-mata karena dan dalam koridor(perintah) Allah, benci kalau sampai kembali ke dalam kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran, sebagaimana dia benci kalau sampai dicemplungkan ke dalam neraka. Mencintai Allah dan Rasulullah melebihi kecintaan kepada apa saja, merupakan salah satu syarat menuju “iman sempurna”. Mencintai berarti menomorsatukan. Segenap perintah dari Sang Kekasih s...