Langsung ke konten utama

Panduan Memberikan Nama Anak Dalam Islam

 

nama anak yang baik dan islami

Jejarikami - Anak merupakan karunia yang luar biasa yang diberikan Allah kepada suami istri sebagai titipan dan pelanggeng keturunan. Sudah menjadi bagian insting dasar manusia untuk memiliki keturunan.

Sudah menjadi suatu kelaziman,suami-istri bermusyawarah untuk menyepakati nama yang diinginkan kalau anak mereka kelak lahir laki-laki atau perempuan. Bahkan, kadangkala kesepakatan mereka dimusyawarahkan lagi dengan kedua orang tua mereka untuk memperoleh restu.

Sebenarnya menyepakati nama yang baik oleh suami-istri tidak sulit, tetapi yang kadang terjadi ialah adanya ke-tidaksepakatan sehingga sampai bayi lahir, mereka belum menetapkan satu nama yang disetujui bersama. Karena itu, terkadang si anak bernama ganda, masing-masing dari pemberian suami dan istri. Kalau terhadap hal yang demikian maka ayahlah yang berhak menetapkan nama.

Pemberian nama yang baik adalah hak anak

Seorang anak berhak memperoleh nama yang baik dari orang tuanya. Seorang sahabat datang kepada Rasulullah saw. dengan menggandeng anaknya. Dia bertanya,”Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini atasku?”Rasulullah saw. menjawab, ”Membaguskan namanya, memperbaiki adabnya (sopan santun), dan menempat-kannya pada kedudukan (posisi) yang baik (fisik dan spiritual).” (HR ath-Thusi)

Para fuqaha berpendapat, bila anak sudah dewasa dan menyadari bahwa nama yang disandangnya sebagai pemberian kedua orang tuanya menurut anggapannya nama tersebut buruk dan bertentangan dengan tuntunan ajaran agama, maka anak tersebut berhak mengganti namanya dengan nama lain yang dianggapnya baik, islami, dan sesuai dengan tuntunan serta ajaran Rasulullah saw..

Kaitan Nama dengan sifat orang tuanya

Suatu pertanyaan yang sulit dijawab dan dibuktikan secara ilmiah dan kenyataan, yaitu tentang kaitan nama dengan sifat orang yang menyandang nama tersebut.Al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah berpendapat bahwa antara nama dengan sifat orangnya, ada kaitan dalam makna dan hikmah.

Setidak-tidaknya, nama dapat me-nimbulkan sugesti (pengaruh yang dapat menggerakkan hati) dan sifat optimisme (memberi harapan yang baik).Ketika Rasulullah saw. bertemu ketua tim perunding dalam perjanjian damai Hudaibiyah (Sulhul Hudaibiyyah), Suhail (yang berarti mudah), maka Rasulullah merasa optimis bahwa persetujuan itu akan tercapai.Meskipun demikian, adanya keterkaitan antara nama dengan sifat orangnya tidak dapat dibuktikan secara ilmiah maupun dengan data yang nyata dan akurat. Ada kalanya, orang yang bernama Muhammad Saleh ternyata seorang penjahat yang ulung.

Seorang wanita yang bernama Nur (cahaya) atau Jamilah (cantik) ternyata se-baliknya.Rasulullah saw. pernah menyuruh mengganti nama-nama orang seperti: Syararah (percikan api), Harb (perang), dan Waadi al-Maut (lembah kematian).Rasulullah juga pernah mengganti nama istrinya, Barrah binti al-Harits menjadi Maimunah binti al-Harits.Pada suatu hari tatkala Rasulullah saw. berjalan di-lembah antara dua bukit, beliau bertanya tentang nama kedua bukit tersebut. Dijawab oleh para sahabat, ”Bukit kecewa dan bukit aib.” Mendengar nama itu Rasulullah saw. kurang senang.

Nama yang Islami

Keluarga muslim hendaknya mencarikan nama yang beridentitas muslim tetapi tidak jarang terjadi yang mereka temukan ialah nama-nama yang beridentitas nonmuslim, yang sulit dibaca serta berat didengar.

Bahkan, ada yang berasal dari nama-nama hewan, nama-nama alam, dan kejadian yang seram-seram. Apalagi sekarang inibanyak orang tua menamakan anak dengan nama-nama bintang film dan penyanyi pop.

Tidak ada halanganbila nama yang beridentitas muslim ditambah dengan yang beridentitas daerah atau suku.

Anjuaran Rasulullah tentang pemberian nama yang baik

”Sesunggunya kamu kelak pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama-namamu dan nama-nama ayah-ayahmu, maka perindahlah namamu.” (HR Abu Daud dan Ibnu Hibban)

”Muliakanlah anak-anakmu dan perbaguslah nama-nama mereka.” (HR Ibnu Majah)”Nama-nama yang paling disukai oleh Allah Ta’ala ialah Abdullah dan Abdurrahman.” (HR Muslim, Abu Daud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Umar r.a.)

”Berilah (anak-anakmu) nama nabi-nabi.” (HR Abu Daud)

Nama Rasulullah saw.

Rasulullah saw. bernama Muhammad yang berarti terpuji oleh mereka yang di langit dan di muka bumi. Ayah beliau bernama Abdullah yang berarti penyembah Allah, meskipun tokoh-tokoh Quraisy waktu itu bangga dengan nama penyembah berhala seperti Abdul Latta, Abdul Uzza, Ibu beliau bernama Aminah yang berarti ’jujur dan dapat dipercaya’. Sedangkan yang menyusui beliau ialah bernama Halimah as-Sa’diyah. Halimah artinya ’sabar, tenang, dan bijaksana’ sedangkan as-Sa’diyah adalah nama suku Bani Sa’ad yang lengkap dan sempurna, karena memang sesungguhnya yang paling didambakan oleh setiap mukmin dalam kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang terpuji, penyembah Allah dapat dipercaya (jujur), sabar, dan bijaksana, serta bahagia sejahtera.

Itulah tadi sedikit Panduan Memberikan Nama Anak Dalam Islam. Semoga menjadi manfaat.


Baca juga: Ada hawa nafsu di balik ibadah sunnah?

Postingan populer dari blog ini

Haji Mabrur

  Tiada imbalan bagi orang yang berhaji dengan mabrur selain surga, begitulah hadits Nabi Muhammad SAW yang sangat populer. Mabrur itu artinya baik. Kebalikan dari haji mabrur ialah haji mardud. Mardud artinya tertolak. Sebagaimana kaidah ibadah umum lainnya, baik di sini maksudnya diniati, dilaksanakan dan ditindaklanjuti sesuai dengan fitrah manusia: adil dan atau tidak dzalim, ihsan dan atau nasihah, simahah dan atau zakah. Tiga prinsip yang diperintahkan Allah ini hampir selalu dibacakan setiap akhir khotbah Jum’at. Di sisi lain, di dunia pesantren dikenal luas kaidah bahwa setiap ibadah tak terkecuali haji selalu membutuhkan ilmu dan amal sebelum, ketika dan sesudahnya.   Mengenai adil dan atau tidak dzalim, secara global diartikan dengan tidak merugikan/menjahati/merampas hak-hak orang lain. Hasil korupsi yang dipakai untuk biaya haji misalnya, tak mungkin menghasilkan haji mabrur. Menyakiti dengan kata-kata dan atau tindakan ketika melaksanakan ibadah haji umpamanya, me...

Jangan Nasehati Orang Bodoh

  Menarik seperti apa yang dikatakan Khalifah Ali bi Abi Thalib :     “Janganlah menasehati orang yang bodoh karena  dia akan membencimu. Nasehatilah orang yang berakal karena dia akan mencintaimu” Kata kata bijak yang disampaikan oleh Khalifah Ali ini perlu kita pahami agar tahu sebutan bodoh orang itu seperti apa. Bodoh dalam hal ini lekat dengan pengertian jahilun, bukan dalam artian kemampuan akademis seseorang yang minim sehingga disebut bodoh. Makna bodoh atau jahilun Jahilun atau bodoh lebih mengacu kepada orang yang selalu benar sendiri dan tidak mau menerima kebenaran yang ada dalam Al Quran maupun Assunah. Karenanya kala menasehati orang yang paling benar bukan simpati yang didapat melah sebaliknya dia akan tersinggung dan malah menyerang. Banyaknya orang bodoh saat ini adalah penyebab kisruh dan pertikaian umat manusia saat ini, menganggap dunia itu kekal selalu tidak puas dengan apa yang didapatnya hingga yang paling parah hilangnya keimanan mereka. ...

Biografi KH Muhammad Khozin

  Mbah Khozin, KH. Muhammad Khozin, adalah seorang kyai sepuh yang sangat zuhud dan tetap istiqamah mengajarkan al Hikam di sebuah mushola kecil bercat putih yang berlokasi di kompleks Pesantren Mahir ar-Riyadh, kampung Ringin Agung, Kencong-Kediri, Jawa Timur. Meski umur beliau lebih dari 80 tahun, kyai itu sehat, jelas bicaranya, dan pendengarannya masih bisa menangkap suara dengan baik. Beliau melakukan aktivitas sehari-harinya di mushola, antara lain sembahyang, tidur, ngaji, wiridan, bersholawat 25.000 kali setiap hari, hingga bersantai hingga terima tamu. Rumah beliau yang persis ada di samping mushola, hanya digunakan untuk ganti baju, makan, bertemu istrinya dan 4 anaknya. Ketika mushola sepi, Mbah Khozin hanya ditemani kitab-kitab, alat tulis, dan kertas untuk catatan yang menumpuk rapi di atas meja. Mbah khozin tidur beralaskan sajadah, jika sedang tidak tidur, sajadah dilipat, ditaruh di pengimaman. Di pengimaman itu pula ada sampiran tempat Mbah Khozin me...